Tuesday, 19 March 2024, 09:52

By: O. Solihin

“Gool! Wah, bagus juga tuh David Trezeguet, bisa mengecoh Toldo!” Ogi heboh sambil setengah terpekik.

Ogi kelihatan terkagum-kagum dengan aksi Trezeguet di Seri A Liga Italia. Satu golnya yang mengoyak gawang Inter Milan yang dikawal Toldo membuat Juventus yang dijuluki La Vecchia Signora tancap gas lagi dan meng?aman?kan jarak dengan pesaing utamanya, AS Roma. Ya, Ogi, memang maniak bola. Sampai-sampai tugas untuk besok hampir lupa dikerjakan.

“Eh, bisa nggak ya ngobrol sama Trezeguet?” tiba-tiba Ogi punya pikiran begitu.

Ogi tetap khusyuk nonton aksi-aksi para bintang lapangan hijau yang merumput di Seri A Liga Italia itu. Ia nongkrong di depan monitor sampai khatam menyak?sikan pertandingan itu. Merasa sudah puas, akhirnya meng-close program TV Tuner di komputernya, kemudian me-run program pengolah kata. Ia pun kembali sibuk dengan tugas-tugas laporan dan PR yang diberikan guru-gurunya di sekolah.

ooOoo

Sejak nonton pertandingan semalam, pikiran untuk ngobrol dengan David Trezeguet masih menjadi agenda ter?sendiri. Syukur-syukur kalau ketemu. Pokoknya, Ogi lagi ngebet dengan aksi-aksi David Trezeguet yang orang Perancis itu.

Kata orang, hidup pas-pasan itu menyenangkan. Meski tidak semua pas-pasan itu menyenangkan memang. Masa sih? Coba aja bayangkan, kalau pas kita datang ke stasiun pas kereta berangkat. Nah, pas-pasan yang begitu adalah pas-pasan yang sama sekali tidak me?nyenangkan. Tapi yang dialami Ogi kali ini adalah pas-pasan yang menyenangkan. Lagi lucky, kali. Soalnya, pas lagi pengen tahu gimana cara ngobrol sama Trezeguet, eh, kebetulan banget pas di sekolah anak-anak lagi pada ribut ngerumpiin seputar ngobrol via keyboards di internet alias chatting. Nah, Ogi langsung kepincut untuk mengikuti pembicaraan mereka. Sebenarnya Ogi udah tahu soal internet dari dulu, tapi terus terang untuk urusan chatting ini Ogi baru dengar. Kalau soal istilah homepage or e-mail sih, itu sudah sering Ogi dengar, meski boleh dibilang rada jarang ngirim e-mail atau menjelajah di dunia cyber?space itu.

“Eh, bisa nggak entar ngobrol sama David Trezeguet?” Ogi nyeletuk.

“Wah, kamu ada-ada saja, Gi!” Helmi yang rada-rada cool dengan kaca mata gaulnya berkomentar.

“Emangnya nggak boleh?” Ogi menatap Helmi.

“Bukan boleh apa nggak. Tapi sempet apa nggak si Trezeguet itu untuk ngobrol sama penggemarnya. Soalnya kalau chatting ini sifatnya agak beda dengan e-mail. Cukup singkat-?singkat saja dan bisa langsung ngobrol!” Helmi panjang lebar ngasih penjelasan sambil sesekali membe?nar?kan letak kaca matanya.

“Wah, enak dong!” Ogi makin antusias.

“Enak! Emangnya es krim?” Jamil nyeletuk sambil cengengesan. Ogi melotot ke arah Jamil yang lagi ikutan nimbrung juga.

“Terus, caranya gimana, Hel?” Ogi makin geregetan.

“Entar dulu. Sabar dong!” Helmi kembali mem?benar?kan letak kaca matanya.

“Caranya, nanti pas berhadapan dengan kompu?termu, klik icon mIRC. Setelah itu ikuti saja perintah?nya. Banyak kok fasilitasnya. Langsung bisa ngobrol tuh,” Helmi ngejelasin singkat.

“Wah, kecepatan tuh,” kata anak-anak yang lain.

“Ya udah, entar biar lebih jelasnya praktik langsung. Saya ajarin kalian!” Helmi mau berbaik hati.

“Nah, gitu dong. Baru namanya teman!” komen?tar anak-anak.

“Jadi, chatting itu lebih singkat, ya?” Ogi meyakinkan pemahamannya.

“Ho ?oh!” ujar Helmi singkat.

“Oohh.. “kata Ogi polos.

“Oo.. bulat!” Jamil nyela lagi.

Digituin Ogi melotot lagi sama Jamil, kali ini diser?tai dengan lemparan potongan kapur tulis.

“Eh, sesama anak baru ikut ngaji nggak boleh saling ledek ya!” Ogi mengeluarkan jurus andalannya.

“Huuuuuu… “koor anak-anak sampai bergema seisi ruangan kelas.

Anak-anak makin rame membahas soal chatting. Dan Helmi yang gape soal internet makin dikerubuti anak-anak yang ingin tahu cara memakaianya.

“Nggak susah kok. Pokoknya asal kalian sudah gape main komputer dan nggak buta huruf dijamin bisa pake!” kata Helmi meyakinkan.

“Huuuh…” anak-anak kembali berkoor-ria sambil ketawa-ketawa dan mengacak-ngacak rambut Helmi yang galing kayak Meggi Z.

“Ya, iya dong!” kata Jamil mengakhiri koor anak-anak.

“Kapan ke Warnet, Hel?” Ogi tembak langsung.

“Lho, kamu kan punya komputer di rumah, Gi ?” sergah Helmi.

“Iya, tapi nggak bisa dipake internet. Kataka Papaku, nggak ada modemnya ” Ogi ngasih alasan.

“Gimana kalo malam Minggu?” Helmi langsung ngasih alternatif.

“Boleh. Soalnya pas lagi nggak ada pelajaran. Malam Minggu ini, ya Hel?” Ogi cepat menyambar. Di otaknya sudah bertumpuk rencana untuk chatting. Ogi sudah nyiapin segala macam topik yang bakal diobrolin. Namun keinginan untuk ngobrol dengan David Trezeguet untuk semen?tara harus dikuburnya. Soalnya, naga-naganya nggak bakalan mungkin bisa chatting sama dia.

Ogi makin ngebet saja ketika dibilangin sama Helmi bahwa dalam chatting bisa ngobrol sama siapa pun di seluruh dunia. Nggak sampai hitungan menit, kalau yang diajak ngobrol care bisa langsung dijawab dengan cepat. Walhasil, tentu menarik sekali, serasa melanglang buana dengan bebas.

Sejak saat itu Ogi rajin mendekati Helmi yang memang sudah gape dengan yang namanya internet itu. Maklum di rumahnya ada komputer yang sudah dilengkapi fasilitas untuk akses internet. Bapaknya sering pake untuk urusan kantornya. Ya, kalau di rumah lagi rame, sementara Helmi pengen jalan-jalan menjelajah dunia, paling-paling Helmi pergi ke warnet. Pokoknya, kalau lagi kesepian, Helmi rela ngeluarin koceknya untuk mengetahui informasi apa saja yang ada di internet, termasuk kirim e-mail atau sekadar chatting.

ooOoo

“Pa, komputer Ogi dipasangin modem dong, biar bisa akses internet” Ogi merayu papanya yang lagi menekuri kolom-kolom koran sore.

“Ah, nanti kamu malah main melulu!” kata papanya sinis sambil tetap baca.

“Yee, jangan suka nuduh begitu dong Pa. Kan tuduhan Papa belum tentu salah…”

“Tuh, kan… “ujar papanya memotong sambil nunjuk hidung Ogi.

“Eh, maaf Maksudnya jangan sembarangan nuduh Pa!” Ogi cengengesan.

“Ayo, dong Pa!” Ogi setengah merengek.

Memang, meski sudah kelas dua SMU, Ogi masih rada kolokan, maklum anak satu-satunya.

“Enak aja, ayo. Emangnya beli pisang goreng?” Papanya melotot.

“Daripada ke warnet kan mahal, Pa!” Ogi kembali ngasih alasan.

“Ya, kalau sebulan sekali sih ke warnetnya, kan murah, Gi!” papanya nggak kalah set.

“Yee…emangnya apaan, sebulan sekali. Keting?galan informasi, Pa. Entar disebut PKI, lagi!” Ogi rada kesel.

“Hush.., jangan asal ngomong, kamu. Pake nyebut-nyebut PKI segala!” papanya kelihatan rada serius.

“Ya.. Papa ternyata kuper juga. PKI itu adalah Pemuda Kurang Informasi!” ujar Ogi ngeledekin papanya.

“Ohh… dikirain apa,” papanya memonyongkan kedua bibirnya sambil manggut?-manggut.

“Ayo, Pa. Bisa nggak nih?” Ogi setengah maksa.

“Nanti aja deh, Gi. Kan lagi krismon nih. Orang lain ribut-ribut soal reformasi, eh kita malah repot nasi!” kata papanya berargumen.

“Ya, udah kalo gitu di warnet saja. Tapi seminggu sekali, boleh?” Ogi ngasih alternatif.

“Boleh. Tapi ingat, nggak semua informasi di internet mendidik, lho!” kata papanya ngasih warning.

“Yes! Tenang saja Pa. Ogi nggak bakalan buka homepage-nya Playboys atau Penthouse!” Ogi meyakin?kan sambil mengepalkan jari tangannya, kemudian mengangkat dan menariknya kembali. Persis seperti di iklan.

Sejak itu Ogi jadi rajin telepon-teleponan sama Helmi untuk menanyakan tentang cara cepat dan aman menjelajah di internet. Pokoknya, Ogi jadi akrab sama makhluk yang namanya Helmi itu.

Sebenarnya, Helmi termasuk golongan berotak encer juga di kelasnya. Sayangnya, kadang kala doi suka pasang wajah serius. Tiada hari tanpa serius. Malah boleh dibilang adalah suatu ?mukjizat’ bila Helmi bisa ketawa. Dan tentu orang yang telah membuat Helmi tertawa, bodorannya sudah setara dengan Mr. Bean. Apalagi Helmi tampak lebih tua dengan kaca?matanya yang minus tiga itu. Dan dijamin tampang kayak begini selalu dimintai nasihatnya, terus dimintai hasil jawaban kalo lagi ulangan, terus dimintai juga uang jajannya (wah, tekor dong?).

ooOoo

“Gi, tolong ketikkan laporan kegiatan pengajian kemarin ya!” Koko menyodorkan draft laporan yang masih acak-acakan dengan tulisan tangan.

“Idih, ini gimana huruf sandinya?” Ogi nggak hilang guyonnya, meski dengan Koko yang silence.

“Eh, gini-gini juga bisa kebaca, Gi. Malah ada yang lebih jelek dari ini,” Koko ngasih alasan. Kali ini dia ikutan juga gaya Ogi.

“Memang ada. Itu tulisan kamu yang waktu SD!” Ogi cengegesan.

Koko juga ikutan nyengir juga Lihat kelakuan Ogi yang memang sudah kodratnya kali begitu. Tukang ngocol!

“Kapan harus selesai?” Ogi memandang Koko.

“Dua hari, bisa?” Koko memasang tampang serius.

“Insya Allah, deh!” Ogi singkat.

“Insya Allah, apa?” Koko langsung nyela.

“Ya, insya Allah saya kerjain dalam waktu dua hari itu!” Ogi meyakinkan sambil senyum melihat Koko yang kayaknya setengah nggak percaya.

Sebagai anak baru ikutan ngaji dan akitif di rohis sekolahnya, Ogi sering kebagian tugas sebagai tukang ngetik. Maklum seperti sudah diketahui, Ogi punya komputer di rumahnya dan sudah gape mengoperasikan beberapa program aplikasi, termasuk gim! He. .he. .he..

“Gi, dengar-dengar anak-anak lagi ribut soal chatting. Apaan sih itu, Gi?” bisik-bisik Koko bertanya sama Ogi.

“Kamu belum tahu?” Ogi memandang Koko. Kayaknya belagu banget. Dan yang dipandang langsung meng?anggukkan kepala.

“Itu, salah satu fasilitas di internet!” Ogi PD menjelaskan.

“Prinsipnya gimana?” Koko nanya lagi.

“Kayak e-mail, tapi bisa langsung ngobrol dengan orang-orang dan seluruh dunia yang sedang mengaktif?kan program chatting juga!” kata Ogi lebih detail.

“Kalo e-mail gimana, Gi?” Koko tambah nggak negrti.

“Hah, jadi kamu belum tahu istilah e-mail juga?” Ogi mendelik.

“Jangan melotot gitu dong, Gi!” Koko nggak enak ati.

“Sori. E-mail itu adalah electronic mail alias surat elektronik. Kalo ngirim nggak usah pake perangko segala.

“Oohh..” Koko manggut-manggut.

“Wah, bisa untuk dakwah juga dong?” imbuh Koko.

“Begitulah, “Ogi singkat.

“Eh, ngomong-ngomong. Minggu ini pengajiannya ngebahas materi apa, Ko?” Ogi mengalihkan pem?bicaraan.

“Tentang syakhsiyah!” Koko mantap.

“Apaan tuh?” Ogi mengernyitkan dahinya.

“Kepribadian!” ujar Koko singkat.

“Masih Kak Arya yang ngisi?” Ogi nanya lagi.

“Kayaknya, nggak tuh. Soalnya Kak Arya ada rencana ke luar kota!” Koko ngasih penjelasan.

“Libur, dong!” Ogi udah berbinar-binar matanya.

“Sembarangan! Ada penggantinya, tahu!” Koko rada melotot ngeliat tingkah Ogi begitu.

“Terus, siapa dong yang gantiin?” Ogi rada males nanya.

“Nggak tahu, tuh. Tapi yang jelas ada badal-nya.. “ujar Koko.

“Apa, Kadal?” Ogi bingung.

“Huss… Badal itu bahasa arab yang artinya pengganti!” Koko cengengesan.

“Oh… Jadi, nggak tahu penggantinya?” Ogi bertanya lagi.

“Ya!” Koko singkat sambii menganggukkan kepala.

ooOoo

“Ini gimana, Hel?” Ogi nanya sambil memelototi layar monitor komputer di hadapannya. Tangan kanannya nggak mau diem menggerak-gerakkan mouse.

“Klik tuh, icon mIRC!” Helmi ngasih tahu sambil menunjuk icon dengan telunjuknya.

Sambil menunggu komputer selesai mengeksekusi program, mata Ogi jelalatan melihat ke sekeliling ruangan yang penuh dengan komputer. Ia melirik arloji di lengannya. Sudah pukul setengah delapan.

“Udah gini, gimana, Hel?” Ogi nanya sama Helmi yang sudah mulai chatting.

“Isi perintahnya. Terus klik icon bertanda petir untuk connect, lalu nanti isi dan dilanjutkan ke kolom input menulis join ke channel yang ingin kamu tuju,” Helmi ngasih instruksi.

“Sip.. “Ogi berbinar.

Ogi kemudian mengerjakan perintah-perintah seperti yang diterangkan Helmi. Agak lama Ogi berpikir untuk mengisi kolom nickname.

“Ah, tulis saja: Titanic!” Ogi ngomong sendiri sambil jari tangannya dengan cepat memencet tombol huruf-huruf itu.

“Hel, udah gini, gimana?” Ogi nengok ke arah Helmi sambil menunjuk layar monitor.

“Ya, udah. itu sudah masuk. Pilih saja nickname orang lain yang kamu mau!” Helmi ngasih tahu.

“Ah, saya coba yang ini,” Ogi sambil mengklik nama Jeany.

Lalu keluar kotak dialog. Ogi langsung mengetikkan: Jeannnnnnyy!

Nggak lama di dalam kotak dialog itu muncul tulisan: Yess!

Ogi buru-buru nulis lagi dengan mengetikkan: Boleh nggak kenalan?

Lalu muncul lagi tulisan: Boleh

Ogi segera menulis a/s/l kemudian dienter. Agak lama juga nggak muncul. Akhimya daripada bengong, Ogi mencoba mengklik lagi nama yang lain yang mau diajak ngobrol. Kali ini namanya Fuyenk! Wah, aneh juga namanya. Entah nama alias dan perempuan atau laki.

Di kotak dialog Jeany muncul tulisan:

<Jeany> 17/f/Sby.

<Jeany> U’

Wah, Ogi langsung trengginas, lalu buru-buru mengetikkan:

<Titanic> 17/m/Jkt

Akhirnya terlibat obrolan panjang lebar. Dari soal hobi, alamat rumah, alamat e-mail, sekolah, sampai agama. Dan kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Ogi untuk berdakwah, meski terus terang saja, ilmu yang dimiliki Ogi belum seberapa bila dibandingkan dengan Arya. Tapi seperti kata Rasulullah saw. sampaikanlah dariku (ilmu) meskipun satu ayat. Berbekal itu, Ogi betul-betul PD. Apalagi yang diajak ngobrolnya nggak ketahuan orangnya. Lumayan lama juga Ogi ngobrol sama yang punya nickname Jeany itu. Di sela-sela nunggu jawaban dan Jeany, Ogi menghubungi nickname yang lain untuk diajak ngobrol. Walhasil, di layar monitor ada delapan orang yang berhasil dihubungi Ogi untuk ngobrol. Karuan saja, itu membuat Ogi senang dan lupa waktu. Tahu-tahu udah satu setengah jam Ogi nongkrong di depan layar monitor komputer warnet.

“Pulang yuk, Gi?” Helmi memandang Ogi yang tengah khusyuk.

“Sebentar nih. Ada yang lagi serius diajak ngobrol tentang Islam,” seru Ogi sambil menunjuk kotak dialog ber-nickname Anjani.

“Itu cewek, ya, Gi?” Helmi melihat sebentar.

“Kayaknya, sih!” Ogi tetap semangat.

<Anjani> Eh, ngomong-ngomong, kenapa sih make nama Titanic?

<Titanic> Biar keren!

<Anjani> Kok, biar keren. Tahu nggak kamu Titanic?

<Titanic>Tahu, dong. Kapal yang tenggelam dalam pelayaran menuju Amerika di tahun 1912 kan?

<Anjani> Iya, tapi bukan hanya itu.

<Titanic> Oh, itu film yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet, kan?

<Anjani> Wah, tambah ngawur kamu! Itu benar juga, tapi bukan hanya itu.

<Titanic> Abis, apa dong?

<Anjani> Kita ambil pelajarannya. Yakni jangan ngikutin kesombongan pembuat kapal itu. Saking bangganya, Titanic dikatakan sama pembuatnya, “nggak akan teng?gelam. Bahkan Tuhan pun tak akan mampu meneng?gelamkannya.”

Ogi melongo, kok kayaknya yang diajak ngobrol lebih pintar ketimbang dia. Agak lama Ogi berpikir. Tapi sebelum beres mikir, di layar monitor udah muncul kalimat:

<Anjani> Halo, halo. Titanic sudah tenggelam?

Sial. Dia malah ngeledekin. Buru-buru jari-jari tangannya menekan tuts-tuts huruf di keyboards.

<Titanic> Sori, tadi langsir dulu (hehe..)

<Anjani> Ups, rotfl!

Ogi bingung pas ada tanda begitu.

“Hel, apa ini maksudnya?” Ogi menarik tangan Helmi yang juga lagi serius ngobrol.

“Hahahaha… “Helmi ketawa lepas.

“Lho, kamu ini gimana sih? Ditanyain kok malah ketawa?” Ogi makin bingung.

“Eh, itu singkatan. Artinya rolling on the floor alias tertawa sambil berguling di lantai!” Helmi ngejelasin sambil tetap ketawa.

“Lagian, kapal kok langsir. Pantes aja dia ketawa.. ” Helmi menambahkan.

“Ohh…” Ogi kembali melongo untuk kesekian kalinya. Lagi bengong begitu, muncul lagi kalimat,

<Anjani> Halo, halo, Titanic nabrak ya?

Buru-buru Ogi ngetik lagi,

<Titanic> Enak aja. Emangnya becak?

<Titanic> Eh, ngomong-ngomong. Kamu tinggal di mana sih? Siapa tahu kita bisa ngaji bareng.

<Anjani> Ngaji bareng? Masa cowok ama cewek bareng?

<Titanic> Oh, maksudnya nanti kamu saya kenalin sama temen-temen cewek saya.

<Anjani> Jadi kamu juga punya temen-temen cewek yang ngaji juga?

<Titanic> Iya, dong!

<Anjani> Alamatnya?

<Titanic> di komplek Raflesia. Blok J. No. 7.

<Anjani> Hah, yang benar?

<Titanic> Emangnya kamu tahu alamat itu?

<Anjani> Tahu banget..

<Anjani> Namanya siapa?

<Titanic> Rosa!

<Anjani> Rosa? 😀

Ogi kembali bingung.

“Hel, ini maksudnya apa lagi?” Ogi kembali menarik lengan Helmi yang lagi serius di depan layar monitor.

“Haha…. ” Helmi tertawa lagi.

“Eh, diem. Apaan sih?” Ogi bisik-bisik.

“Dia kayaknya tahu tentang Rosa, “Helmi meyakinkan.

“Oh.. Tapi tanda ini artinya apa?” Ogi tetap memasang wajah bingung.

“Itu emoticons namanya. Artinya tertawa lebar!” Helmi kembali tertawa.

Giliran Ogi yang melongo lagi.

“Wah, kayaknya dia udah biasa chatting nih. Tapi siapa dia, kok kenal Rosa?” Ogi bertanya dalam hati. Sebelum pulih kesadarannya (idih, emangnya pingsan?), muncul lagi kalimat,

<Anjani> Halo, apakah Jack Dawson sudah tenggelam? 🙂 (ini artinya tertawa or canda, lho!)

Ogi panas. Buru-buru ia ngetik lagi,

<Titanic> Enak, aja

<Titanic> Eh, bener kamu tahu tentang Rosa?

<Anjani> Tahu dong. Tapi kamu siapa sih sebenarnya?

<Titanic> Aku temen satu kelasnya.

<Anjani> Yang kayak gimana ya, orangnya?

<Titanic> Itu lho, mantan vokalis grup band, di sekolahnya.

<Anjani> Oh.. yang kayak Alessandro Del Piero kalau dilihat dari atas Monas pake sedotan, ya?

“Hah, kok dia tahu sih?” Ogi bengong. Tapi nggak lama, buru-buru ia memencet tuts-?tuts di keyboard?nya.

<Titanic> Eh, kayaknya kamu kenal juga sama saya, ya?

<Anjani> of course! Siapa sih yang nggak kenal Ogi?

<Titanic> Hah? Kamu siapa sih sebenarnya?

<Anjani> Apa itu perlu?

<Titanic> Perlu dong, biar nanti ngomong sama Rosanya gampang.

<Anjani> Nggak usah. Aku kenal kok sama dia. Bahkan sangat mengenal pribadinya.

<Titanic> Jangan main-main, ah!

Ogi makin penasaran.

<Anjani> Baiklah. Rosa itu adalah. … Saya! rotfl.

Glek! Ogi hampir pingsan. Helmi juga ikutan kaget pas dia ngeliat ke layar monitor Ogi[]

diambil dari Majalah Permata edisi 01/Tahun 7/Mei 2002

6 thoughts on “Chatting, Yuk!

Comments are closed.