Wednesday, 24 April 2024, 21:29

gaulislam edisi 407/tahun ke-8 (25 Syawal 1436 H/ 10 Agustus 2015)

Nah, ngomongin soal mantan sepertinya nggak bakalan ada abisnya, selama masih ada yang pacaran. Why? Ya iya lah. Biasanya kan kalo pacaran gampang gonta-ganti pasangan. Belum terikat kuat buat merekat. Jadi, pastinya bakalan banyak pula yang jadi mantan pacar. Ini pula SMS yang banyak masuk ke redaksi gaulislam yang minta solusi gimana cara lupain mantan. Hadeeeuhh… ini masalah sepertinya gampang, tetapi bagi remaja seusia kamu jadi problem berat. Saya bisa memaklumi, karena saya juga pernah muda, pernah jadi remaja. Tetapi, tetap aja kamu jangan sampe gagal move on, dong. Beneran!

Sobat gaulislam, ini semua berawal dari sebuah hubungan. Hubungan antara cowok dan cewek. Hubungan yang bisa saja diawali dari rasa suka, atau justru sebaliknya, saling benci. Tetapi seiring berjalannya waktu, yang awalnya benci malah mulai tumbuh rasa suka (aneh ya? Nggak juga sih). Ngakunya atas dasar cinta. Lalu, mereka menjalin ikatan kasih sayang. Berjanji nggak bakalan saling menyakiti. Sayangnya, ikatan itu mereka namakan pacaran, bukan pernikahan. Ya, namanya juga pacaran, nggak ada ikatan kuat dalam hubungan tersebut. Satu-satunya yang kuat, bisa jadi cuma nafsunya. So, jangan heran kalo akhirnya mereka yang menjalani pacaran lebih banyak mengedepankan sisi egoisnya. Minta lebih atas yang lain. Biasanya cowoknya ngegombal sama ceweknya bahwa sebagai bukti cinta si cewek harus berani berkorban untuk si cowok. Begitupun sebaliknya, meski komitmen si cowok tak sekuat nafsunya.

 

Mantan, oh, mantan

Banyak remaja sulit melupakan mantan pacarnya. Eh, bukan hanya remaja sih, tetapi juga yang udah nggak remaja lagi. Di angkot aja saya pernah baca tulisan: “lupa namanya, ingat rasanya”. Hehehe.. ini nyambung nggak sih? Satu-satunya yang nyambung adalah soal kata “ingat”. Kalo ingat itu kan lawannya dari lupa. Dari “suara hati” di angkot itu, seolah ingin mengatakan bahwa selalu ingat sesuatu meski sudah lupa namanya. Nah, melupakan mantan bisa jadi problem tersendiri bagi kamu yang gagal move on. Kamu seperti nggak rela ditinggalin pacarmu, nggak mau terima diputusin pacarmu. Merasa bahwa masa-masa berpacaran tetap yang terindah bagimu. Kamu nggak mau lihat kenyataan. Akhirnya ya sulit melupakan mantanmu. Kasihan kamu, ya. Padahal mantanmu udah asik dengan gebetan anyar. Malah bisa jadi dia sudah men-delete namamu dari folder di hatinya, bahkan mungkin nama kamu sudah dihempaskan dari recycle bin di pikirannya agar bisa lupa permanen. Tapi kamu merasa sulit melupakan mantanmu, dan malah asik dengan bayangan semu tentang kebahagiaan masa lalu dan berharap bisa bersatu kembali dengan mantanmu. Wasyah, jangan melow gitu ah!

Sobat gaulislam, mereka yang pernah disatukan dalam sebuah hubungan memang agak sulit menerima kenyataan. Waktu masih bersama, rasa-rasanya nggak bakalan berpisah. Tetapi pada suatu ketika harus terima kenyataan, pacaran putus di tengah jalan. Boro-boro melaju ke jenjang pernikahan, yang terjadi adalah pengkhianatan cinta. Bubar jalan sebelum sampai tujuan. Lebih perih dan menyakitkan lagi, jika bubar pacaran setelah nafsu bebas diumbar dan harga diri diobral. Maksudnya? Iya. Kamu yang cewek kena tipu pacarmu. Setelah dia menghisap madu, lalu kamu dibuang percuma. Dihempaskan tanpa belas kasihan. Sementara kamu menderita, karena kehormatan gagal kamu pertahankan, setelah tegoda rayuan gombal cowokmu. Pada kondisi ini, kamu yang cewek pasti banyak dirugikan. Iya kan?

Kalo sudah begitu, siapa yang salah? Ya, bisa jadi kamu juga salah. Terlalu percaya sama pacarmu. Padahal, pacarmu bukan suamimu. Bisa juga yang salah adalah ortumu. Membiarkan atau lalai menjagamu. Tidak memberikan bimbingan, nasihat, dan teguran agar kamu tak salah jalan. Parahnya, malah banyak ortu yang bangga kalo anak ceweknya pacaran, karena dianggap laku di pasaran. Halah, emangnya jualan? Kita perlu prihatin jika ada ortu yang model gini. Kok, ya nggak kasihan sama anaknya sendiri? Dibiarkan dicolak-colek sama cowok sebelum waktunya. Harusnya kan dijaga sampai dia menemukan jodoh dan menikah. Ini kok malah disuruh pacaran? Ortu kayak gini, pantas jika disalahkan.

Lalu, siapa lagi yang salah? Jelas cowoknya. Kalo cowok yang shalih, nggak bakalan melakukan pacaran. Siapa lagi yang salah? Idih, ini kok nanya melulu, kayak interogasi polisi aja? Hehehe.. iya ya? Ya yang salah lingkungannya juga, Bro en Sis. Lingkungan kita kan cenderung membiarkan atau mentolerir hubungan bebas antara cowok dan cewek. Waduh, jadi banyak yang disalahkan dong? Bisa jadi, dan memang iya.

Back to topic. Ya, soal mantan. Biasanya sih, alasan sulit dilupakan adalah karena masih menyimpan cerita indah bersama sang mantan pacar. Kalo kasusnya kamu yang cewek dinodai kehormatannya sih, harusnya gampang melupakan mantanmu. Bener nggak?

Malah, ada juga lho yang saking beratnya melupakan mantan, nggak mau nyebutnya mantan, tapi alumni. Alasannya, kalo alumni kan bisa reuni lagi. Hahahaha, itu sih gagal move on dan masih mencoba untuk melanjutkan kisah CLBK alias Cinta Lama Belum Kelar. Sampai sebegitunya, Bro en Sis. Hati-hati terjebak perasaan yang nggak bener, yang datangnya dari setan.

 

Biarlah berlalu masa lalu

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Saya sering menjawab SMS dan email dari kamu yang mengirim pertanyaan ke redaksi gaulislam, khususnya yang minta solusi terkait persoalan mantan pacar. Saya memberikan jawaban, bahwa masa lalu yang kelam bersama pacar, jangan sampai diingat kembali. Apalagi jika itu perbuatan dosa. Hentikan, jauhi, tinggalkan, lupakan. Saya sampaikan bahwa beruntung kamu putus dengan pacarmu, kalo nggak kan kamu dosa terus gara-gara melakukan pacaran. Justru inilah kesempatan bagi kamu untuk berbenah. Memperbaiki masa lalumu dengan membuat episode baru bagi kehidupan masa depanmu yang diisi dengan kebaikan (amal shalih).

Nggak usah merasa resah jika kamu diputusin pacarmu. Meski kamu nggak rela, tetapi terimalah kenyataan meskipun sulit untuk dimengerti. Sebaliknya berpikir positif. In sya Allah itulah cara Allah Ta’ala menyelematkan kehormatan dan kehidupanmu. Bersyukurlah atas kejadian walau hal itu menyakiti perasaanmu. Ubahlah cara pandangmu tentang pacaran, tentang kehidupan yang sebenarnya, termasuk cara pandang menurut agama Islam, yang selama ini udah kamu jauhi ajarannya. Hehehe.. kalo kamu dekat dengan ajaran Islam, nggak bakalan kamu pacaran. Itu maksudnya. Iya kan?

Kalo kamu cukup banyak kenangan indah bersama mantan pacarmu, tetap jangan membuat kamu sulit melupakan mantanmu. Ingat lho, perangkap dan jebakan setan ada di mana-mana. Jangan sampe kamu jatuh ke jurang yang sama. Maksudnya, gara-gara sulit melupakan mantanmu, lalu kamu berusaha untuk mencari cara agar nyambung lagi dan pacaran lagi. Ah, padahal sudah jelas pacaran itu dosa, eh kok malah mau terus dilakukan, sih? Dewasalah, Bro en Sis. Sudah saatnya berpikir untuk masa depanmu, di dunia dan juga di akhirat. Biarlah masa lalu berlalu. Masa-masa pacaran yang katamu itu indah, sudah harus jauh tertinggal di belakang masa lalumu. Kini berganti dengan harapan yang benar dan baik. Berusahalah untuk berpikir benar menurut Islam. Hentikan pacaran, bersiap untuk meniti jalan pernikahan. Maka, siapkan untuk itu. Kalo belum siap, ya kamu fokus belajar dan merintis karir dulu, baru suatu saat nanti ketika siap berumahtangga, langsung aja mikirnya pernikahan. Ngapain mikirin pacaran. Setuju?

 

Ingat Islam, putuskan pacarmu!

Sobat gaulislam, kalo kamu sejak awal ingat ajaran Islam tentang tata pergaulan antara pria dan wanita, rasa-rasanya nggak bakalan banyak orang bertatus mantan pacar. Why? Karena kalo ingat dan ngerti syariat Islam, nggak ada yag berani melakukan pacaran. Bener lho. Sebab, larangannya sudah jelas, yakni larangan mendekati zina. Lha, pacaran kan pintu gerbang mendekati zina. Nggak percaya? Silakan banyak baca fakta bahwa mereka yang pacaran, ada saja kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang perzinaan. Naudzubillah min dzalik

Jika ada pertanyaan bagaimana cara melupakan mantan, sebenarnya pertanyaan yang harus dijawab lebih dulu adalah, bagaimana cara memutuskan pacar. Kalo sudah jadi mantan sebenarnya tak terlalu sulit melupakan, dan pada saat bersamaan memang sudah berhenti melakukan dosa pacaran. Nah, yang harus ditolong segera adalah mereka yang justru masih pacaran. Maka, kita kampanyekan sekarang: putuskan pacarmu. Waduh, bakalan antri yang jadi mantan dong, kalo banyak yang putus pacaran. Nggak apa-apa. Malah lebih baik, putus pacaran, lalu ikat dengan pernikahan. Gimana?

Rasanya sudah cukup sering gaulislam bahas soal ini. Kamu bisa cari arsipnya di website gaulislam.com. Silakan sepuasnya cari pembahasan soal ini. Di buletin gaulislam edisi 407 ini saya hanya ingin menegaskan saja bahwa hubungan antar lawan jenis dalam istilah pacaran, jelas dilarang dalam pandangan Islam. Dalilnya sudah jelas kok. Silakan buka al-Quran surat al-Israa ayat 32: walaa taqrabuu alzzinaa innahu kaana faahisyatan wasaa-a sabiilaan (Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.)

Tuh, jelas kan? Pacaran termasuk di dalamnya. Sebab, aktivitas pacaran umumnya memang mendekati zina. Ini diperkuat dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR Ahmad dari hadits Jabir 3/339)

Ok deh sobat gaulislam, mengakhiri tulisan ini, sebagai kesimpulan: cara mudah melupakan mantanmu adalah, ingat akan dosa yang sudah sering dilakukan ketika kamu melakukan pacaran dengannya. Jika kamu sudah putus dengan pacarmu, bersyukurlah. Itu artinya kamu berhenti melakukan perbuatan dosa selama pacaran. Berikutnya, bagi kamu yang sekarang masih pacaran, putuskan pacarmu atau nikahi dia. Setuju? [O. Solihin | Twitter @osolihin]

1 thought on “Lupakan Mantanmu!

  1. good artikel..sangat bermanfaat ,bahasa cocok dan pas untuk remaja sehingga tidak monoton saat dibaca..lanjutkan…

    Alhamdulillah. Terima kasih. Semoga ada manfaatnya.
    redaksi gaulislam

Comments are closed.