Thursday, 25 April 2024, 01:06

gaulislam edisi 386/tahun ke-8 (25 Jumadil Ula 1436 H/ 16 Maret 2015)
 

Alhamdulillah, di edisi yang ke-386 ini kita jumpa lagi ya. Semoga perjumpaan yang diridhoi oleh Allah Ta’ala. Perjalanan gaulislam dalam berkomunikasi dengan pembacanya sudah cukup lama juga, lho. Kalo sekarang edisi 386 berarti sudah 386 pekan kami konsisten menjumpai kamu dengan artikel-artikel yang insya Allah bermanfaat. Alhamdulillah, ini semua adalah kehendak Allah Ta’ala. Besyukur kami bisa bersabar dan setia untuk tetap memberi yang terbaik buat kamu semua. Nggak sekadar berkomunikasi, lho. Tetapi juga memberi inspirasi, ilmu, wawasan, dan solusi atas setiap permasalahan yang kamu hadapi. Insya Allah.

Sobat gaulislam, ngomongin tentang sabar dan setia, bakalan panjang lebar. Itu sebabnya, saya mau ngasih batasan aja supaya nggak ngulon ngetan (apalagi ditambah ngalor ngidul, makin berbusa-busa dah!). Yup! Kamu tahu istilah sabar kan? Ya, seharusnya kamu udah tahu. Sering orang bilang kalo sabar itu ya artinya tahan. Itu sebabnya, ada yang beranggapan bahwa sabar itu ada batasnya karena ngikutin pengertian “tahan” itu. Padahal, sejatinya sabar itu nggak ada batasnya. Makin sabar, ya sejauh itulah kesabarannya. Maka, selalulah berharap kepada Allah agar senantiasa diberikan kesabaran dalam hal-hal yang bermanfaat.

Nah, istilah “setia” juga kamu harusnya udah tahu. Ini bukan nama grup band lho, tetapi artinya berpegang teguh pada janji atau patuh dan taat. Misalnya setia kepada kebenaran. Setia menyembah Allah Ta’ala sampai akhir hayat. Jadi, jangan juga urusan kesetiaan hanya identik dalam hubungan kasih sayang seperti suami setia kepada istrinya, begitu juga sebaliknya. Sori, untuk yang pacaran nggak dikasih contoh soal setia. Sebab, pacaran adalah salah satu bentuk pengkhianatan kepada Allah Ta’ala. Kok bisa? Iya. Harusnya kan kamu taat alias setia hanya kepada Allah Ta’ala dan melakukan perbuatan yang diridhoi-Nya. Itu sebabnya, kalo kamu pacaran artinya berkhianat karena nggak setia kepada Allah Ta’ala. Nggak nurut sama aturan-Nya. Sebab pacaran dilarang dalam ajaran Islam. Silakan buka surah al-Israa ayat 32 dalam al-Quran tentang larangan mendekati zina. Nah, pacaran kan faktanya mendekati zina. Itu alasannya, Bro en Sis. Catet ya!

 

Sabar dalam beriman dan beramal shalih

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Ya, kita harus sabar dalam keimanan kepada Allah Ta’ala dan sabar jugan ketika beramal shalih. Sebab, ada juga orang yang ‘sabar’ dalam kekufuran dan berbuat maksiat. Lihat saja orang-orang kafir, mereka tetap kufur meski sudah banyak orang mengajak kepada Islam. Sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak kaum musyirikin Quraisy yang nggak mau masuk Islam. Banyak juga orang Yahudi dan Nasrani di masa itu yang ogah banget menjadi muslim. Mereka malah ngaku-ngaku dengan sombong bahwa keteguhan mereka dalam menolak dakwah Nabi dan para sahabat adalah sebagai bentuk kesabaran mereka. Tuh, mereka aja merasa harus bersabar dalam kekufurannya.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya” dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.” (QS al-Furqaan [25]: 41-42)

Tuh, di ayat ini Allah Ta’ala menerangkan tentang karakter orang-orang kufur. Kalo zaman sekarang banyak orang kafir yang mengejek para ulama, itu hal yang biasa. Sebab, di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja mereka malah mengejek Rasulullah. Itu kan keterlaluan banget. Udah gitu, mereka menyangka bahwa keteguhan mereka untuk tidak tergoda ajakan Nabi Muhammad adalah buah dari kesabaran mereka. Halah, ngaku-ngaku. Padahal, ‘kesabaran’ mereka justu bakalan kian menenggelamkannya ke dasar neraka. Buktinya, di akhir ayat tersebut Allah Ta’ala menjelaskan, “dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya”. Ngeri! Tapi anehnya kok sekarang nggak banyak yang sadar ya?

Sobat gaulislam, dalam beramal shalih juga harus sabar, lho. Termasuk dalam hal ini ketika beribadah. Kalo kamu ngerasa bahwa shalat yang kamu lakukan terasa berat banget, maka bersabarlah. Tetap kamu lakukan shalat, sambil berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam melaksanakan kewajiban tersebut. Kalo di antara teman kamu banyak yang bermaksiat, maka kamu tetap bersabar dalam beramal shalih. Jangan tergoda untuk ikutan maksiat dengan mereka. Justru lebih bagus lagi kalo ngajak teman kamu agar mereka beramal shalih juga dan meninggalkan kemaksiatan yang selama ini dilakukannya. Pastinya seru tuh! Sebab, bisa rame-rame beramal shalih dan mengharap keridhoan Allah Ta’ala, yakni mendapatkan surga di akhirat kelak. Ada yang mau? Harus!

Oya, yang perlu dikasihani adalah teman-teman kita yang masih ‘bersabar’ dalam kemaksiatannya. Misalnya tetap berpegang teguh dengan aktivitas pacarannya meski sudah berkali-kali kita nasihati agar segera bubaran. Eh, dianya malah ngotot dengan terus pacaran. Bisa dikatakan teman kamu ‘bersabar’ dalam terikat hawa nafsu buruknya. Kasihan banget ya. Kok, diajak berbuat baik dan ninggalin maksiat malah tetap aja ‘bersabar’ dalam kemaksiatannya. Nggak tahu malu!

Ya, begitulah fakta dalam kehidupan sehari-hari kita. Malah ada banyak orang yang bangga ketika berbuat maksiat. Haduuh, bukannya sadar dan bertaubat, kok malah tambah maksiat dan bangga pula. Please deh, kalo masih suka pacaran namanya masih maksiat. Buruan taubat sebelum ajal mendekat. Masa’ sih kamu nyadarnya pas udah segalanya terlambat? Nggak banget dah!

Sobat gaulislam, salah satu sabar itu adalah dalam ketataan, bukan kemaksiatan. Kalo maksiat, jangan dilama-lamain, segera sadar dan tinggalkan maksiat itu, lalu bertaubat dan bersabarlah dalam beramal shalih. Itu baru namanya keren. Setuju ya!

 

Setia sampai akhir hayat

Setia itu kaitannya dengan komitmen. Artinya, kalo udah mantap dengan keyakinan kepada Allah Ta’ala, maka harus setia alias taat kepada-Nya sampai akhir hayat. Sebab, dalam sehari kita udah berikrar setidaknya 5 kali dalam shalat. Apa ikrar kita? Ada dalam doa iftitah. Kamu tahu kan doa iftitah? Apa? Nggak tahu? Waduh, gimana shalatnya tuh? Ini sebagian isi doanya (yang artinya), “Kuhadapkan muka dan hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan berserah diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam”. Nah, di sini berarti kita semua udah berikrar untuk setia, hanya kepada Allah. Nggak akan menyekutukan Dia dengan yang lain. Tauhid harus lurus hanya mengesakan Allah Ta’ala.

Sobat gaulislam, kesetaan seseorang kepada orang lain saja adalah suatu perbuatan yang baik. Suami setia pada istrinya, dan begitu juga sebaliknya, istri setia pada suaminya. Itu sebabnya, di antara mereka akan terjalin saling percaya. Kesetiaan berbuah kepercayaan dan tanggung jawab.

Kita juga harus menunjukkan kesetiaan kepada Islam. Kepada ajaran-ajarannya. Setia menjadi muslim. Sebab, dengan setia kepada Islam dan menunjukkan identitas sebagai muslim sejati, sama artinya dengan setia kepada Allah Ta’ala yang menurunkan ajaran Islam ini. Emang sih, ini berat karena selain harus mempertahankan keyakinan, juga harus membuktikan hasil dari kesetiaan tersebut dalam seluruh aspek kehidupan. Iya dong. Nanti gimana kalo ditanya orang, “Kok gitu sih? Katanya setia pada Islam, tapi kelakuannya nggak sesuai dengan ajaran Islam?” Waduh!

Menggabungkan sabar dan setia

Semoga kita tetap berharap hanya kepada Allah Ta’ala, lalu berusaha dan berdoa saban hari mengharapkan sesuatu yang diinginkan. Namun usaha dan doa tak berbuah keinginan. Harapan tak sesuai dengan kenyataan. Bahkan yang diupayakan dengan penuh semangat dan diiringi doa ada yang tak pernah terwujud. Meski demikian, tetaplah sabar. Ujian dari Allah ini akan mengasah kualitas iman kita untuk bersabar dan hanya tetap setia kepada Allah Ta’ala.

Harapan tak sesuai kenyataan memang menyakitkan. Tetapi bersabar dan tetap setia kepada Allah Ta’ala, adalah nilai yang mahal. Tak semua orang bisa sabar dan setia. Buktinya, ada yang putus asa. Bahkan tak setia alias tidak taat atau tidak patuh lagi kepada Allah Ta’ala. Dia bahkan meninggalkan shalat dan kewajiban lainnya demi memburu kesenangan semu duniawi. Kasihan sekali orang-orang seperti itu. Padahal, jika bersabar dan tetap setia, insya Allah ada jalan terbaik untuknya yang diberikan oleh Allah Ta’ala.

Firman Allah Ta’ala, “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS al-Mulk [67]: 1-2)

Ngomong-ngomong tentang ujian, sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari juga kita akrab dengan ujian. Termasuk berbagai ujian di sekolah. Kalo nggak sabar dan setia, besar kemungkinan bakalan nyontek demi sebuah nilai besar yang sebenarnya semu. Seharusnya bisa sabar dalam menghadapinya. Tidak berkeluh kesah. Kalo memang nggak bisa, tetap setia alias taat untuk tidak mencontek. Sebab, nanti akan dimintai pertanggungan-jawabnya di hadapan Allah Ta’ala atas apa yang kita perbuat. So, hati-hati ya! Tetap sabar dan setia. Senantiasa mengharap ridho Allah Ta’ala. [O. Solihin | Twitter @osolihin]