Thursday, 18 April 2024, 07:54

gaulislam edisi 183/tahun ke-4 (21 Jumadil Awwal 1432 H/ 25 April 2011)

Alhamdulillah, buat kamu yang duduk di kelas 3 (atau kelas 12) SMA/SMK/MA, akhirnya selesai juga hajatan UN alias Ujian Nasional. Semoga hasilnya memuaskan ya, dan tentu saja kamu bisa lulus. Insya Allah. Gimana, ternyata cuma gitu-gitu aja ya? Hehehe… seperti biasa, soalnya sih gampang. Iya kan? Tetapi yang nggak gampang adalah menjawabnya. Gubrak! Sori, bukan mo ngeledekin, tapi faktanya emang gitu kan? Meski demikian, bagi kamu yang udah berusaha untuk rajin belajar dan tak kenal lelah untuk mengerjakan soal-soal latihan insya Allah mudah ya menjawab soal-soal UN kemarin.

Bro en Sis, semoga masa belajar yang kamu tempuh sejak SD hingga lulus SMA, berarti 12 tahun ya, cukup untuk menjadi bekal mengarungi kehidupan. Bagi kamu yang masih belum puas belajar, kuliah adalah pilihan tepat. Apalagi jika biayanya memang udah disiapin sama ortumu. Ambil kesempatan itu dan gunakan sebaik-baiknya. Tetapi bagi kamu yang kebetulan udah mentok, baik dari segi biaya maupun kemampuan akademik, jangan putus asa. Kesempatan kamu masih terbuka lebar untuk mengembangkan kemampuan.

Insya Allah bagi yang belajar di sekolah kejuruan nggak terlalu khawatir, karena bisa langsung bekerja di sektor industri sesuai keahlian yang dimiliki, tetapi bagi kamu yang lulusan SMA/MA agak sedikit berat. Meski tentu tetap harus semangat. Beratnya kenapa? Ya, karena dari segi keahlian tidak spesifik seperti kawan-kawan di sekolah kejuruan. Artinya, daya saing di sektor industri agak berat. Tetapi, tetap percaya diri saja. Insya Allah masih ada jalan untuk memperbaiki kualitas diri sehingga bisa tetap mendapat peluang untuk mengais rejeki, selama kamu terus mau belajar. Banyak kok, orang yang bisa survive meski tak memiliki selembar ijasah SMA karena SMP pun tak lulus. Bahkan keahliannya bisa diadu dengan mereka yang makan bangku kuliahan. Bener lho. Selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha. Insya Allah.

Ujian Nasional bagi siswa SMA dan SMK (termasuk MA) sudah berlalu pekan kemarin. Tinggal menunggu hasil. Semoga berhasil ya. Di awal Mei baru deh Ujian Nasional bagi kamu yang SMP, berikutnya lagi adalah SD. Bagi kamu yang masih SD atau SMP, pilihan tepat sebisa mungkin adalah melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi bagi kamu yang udah SMA/SMK/MA, pilihannya jadi dua: melanjutkan pendidikan atau bekerja (tepatnya sih mencari nafkah). Sebab, mencari nafkah tidak harus dengan bekerja kepada orang lain, tetapi dengan berwirausaha pun insya Allah akan menghasilkan uang untuk nafkah pribadi dan  untuk orang yang menjadi tanggungan kita, yakni orang tua. Setidaknya sebelum nikah.

Nah,  gaulislam edisi ke-183 ini, insya Allah akan bahas sesuai judulnya: setelah UN, apa yang mau kita lakukan? Mau ngapain sih kita? Kalo nggak bisa kuliah, kita memilih bekerja/berusaha untuk dapetin rejeki. Kalo pun tetap mau kuliah tapi juga harus bekerja, maka bisa ditempuh dua-duanya. Bekerja untuk biayai kuliah. Nggak masalah. Selama kamu kuat melakukannya, bukan tak mungkin jika pada akhirnya kamu menuai kesuksesan. Insya Allah.

Jangan berhenti belajar

Bro en Sis, saya menuliskan subjudul ini maksudnya bahwa meski kamu udah lulus sekolah dan nggak ngelanjutin kuliah, tetapi belajar nggak boleh berhenti. Belajar apa saja yang sekiranya bisa membuat kamu jadi ahli. Bisa belajar dari orang lain, bisa membaca buku-buku mereka yang sudah sukses. Apa sajalah. Yang penting kamu bisa belajar dan mengasah terus kemampuanmu.

Jangan pernah bayangkan bahwa belajar itu sulit, belajar itu harus mahal, belajar itu harus serius. Nggak kok. Kita bisa belajar dengan mudah, murah, dan tentunya menghibur sehingga merasa enjoy dalam ngejalaninnya. Yup, intinya, sesuatu itu harus yang membuat kita merasa enjoy melaksanakannya. Sebab, kalo merasa beban karena bukan berangkat dari minat dan niat yang kuat, biasanya akan sedikit ada gangguan dalam proses belajar tersebut. Ujungnya bisa jadi malah nggak jalan.

Oya, yang perlu mendapat catatan khusus, bahwa kita rasa-rasanya tak mungkin belajar semua yang kita inginkan dari sekian disiplin ilmu dan keterampilan. Pilihlah satu bidang yang menjadi fokus belajar sesuai minat kita. Selebihnya boleh juga mengenal dan mengetahui bidang lain, meski nggak terlalu fokus. Intinya, sekadar tahu aja sebagai pelengkap potensi diri. Nggak mahir banget.

Ini bukan tanpa alasan. Sampai saat ini saya belum menemukan langsung ada orang yang serba bisa (mulitalent) dengan kemampuan yang sama bagusnya di tiap bidang yang dia bisa. Paling banter ada orang yang memiliki dua atau tiga keahlian dengan kualitas kemahiran yang sama bagusnya. Rata-rata sih dua keahlian yang dikuasai. Misalnya Buya Hamka, beliau ini handal dalam menulis maupun berbicara. Lidahnya setajam penanya. Begitu kira-kira gambarannya.

Kalo Bung Karno agak lain. Dia orator ulung. Cara berpidatonya hebat banget, meskipun tulisan-tulisannya kalo menurut saya sih biasa-biasa saja. Tapi tentu itu lebih baik daripada mereka yang menulis saja nggak bisa, berbicara juga berantakan. Maaf, barangkali hanya kentutnya saja yang lancar. Hehehe.. jangan ngambek ya kalo ada yang tersinggung dengan guyonan ini. Saya tidak bermaksud merendahkan tapi mencoba merenungkan saja. Barangkali memang ada hikmah yang bisa diambil untuk pembelajaran kita.

BTW, apa saja nih tips agar kita terus belajar tanpa  henti meski usia terus bertambah bilangan angkanya. Ok. Ini ada beberapa tips yang bisa kamu coba:

Pertama, niatkan untuk ibadah. Ini penting banget. Sebab, insya Allah bakalan sia-sia setiap amalan yang TIDAK diniatkan untuk ibadah dan meraih ridho Allah. Harus diniatkan untuk ibadah dan ikhlas karena Allah ya.

Kedua, sabar dan telaten. Satu kebiasaan yang sering diamalkan oleh banyak orang adalah tergesa-gesa. Ingin cepat bisa, ingin segera terasa hasilnya. Padahal, faktanya tidaklah demikian. Butuh keuletan dan ketelitian. Keuletan dan ketelitian insya Allah bisa dijalani dengan enjoy apabila kita sabar. Cobalah terus belajar dengan sabar dan telaten, sebab benteng Mesir pun ditaklukkan tidak dengan sekali pertempuran.

Ketiga, serius. Perlu diperjelas bahwa serius bukanlah harus tegang dan kaku. Nggak kok. Maksudnya serius di sini adalah tak pernah mengabaikan setiap kesempatan untuk belajar. Belajar dan terus belajar. Tidak malas, pun tidak asal belajar.

Keempat, jangan menyerah. Harus kuat mental. Pembelajar yang handal pasti tak pernah menyerah meski sesulit apapun dalam proses belajar yang dijalaninya. Insya Allah.

Kelima, fokus. Ini sangat penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Pilih satu keahlian yang diminati dan dinikmati dengan baik dan belajarlah untuk mengembangkannya.

Keenam, kreatif. Cobalah hal baru dalam belajar, jangan yang itu-itu saja. Jika perlu mencari bahan tambahan informasi dalam belajar melalui internet, belajarlah internet terlebih dahulu kalo belum bisa. Jika membutuhkan sarana multimedia untuk melejitkan potensi diri, tempuhlah dengan senang hati dan cari sumber-sumbernya. Kreativitas akan memberikan kekayaan nilai dalam belajar dan memaksimalkan pengembangan hasil belajarnya. Insya Allah.

Ketujuh, jangan cepat puas. Jangan berhenti di satu level terlalu lama. Boleh saja nikmati satu fase dari usaha kita, tapi jangan cepat puas. Sebaliknya, tingkatkan lagi level kemampuan kita untuk lebih mumpuni dan lebih baik lagi. Penyakit cepat puas adalah ‘pembunuh’ efektif dalam proses pembelajaran. Teruslah belajar. Jangan pernah berhenti.

Pikirkan masa depan akhirat (juga)

Sobat, kadang kita lupa. Kayaknya merasa bahwa hidup di dunia akan selamanya. Itu sebabnya, banyak orang seringkali lebih mementingkan mengejar dunia sampai lupa bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Dunia boleh dikejar, diraih, dinikmati. Tetapi jangan lupakan kehidupan akhirat yang sudah pasti kekal abadi.

Dalam firmanNya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi (QS al-Qashash [28]: 77)

Dalam ayat ini Allah Ta’ala menekankan untuk meraih kehidupan akhirat, tetapi jangan lupakan dunia. Kalo kita, ternyata malah memilih kebalikannya. Kejar terus dunia, tetapi untuk kehidupan akhirat malah seperlunya aja. Shalat hanya dilakukan ketika sedang dirundung masalah. Rajin baca al-Quran ketika takut gangguan jin. Dengan kata lain, bekal untuk mengarungi kehidupan akhirat yang kekal abadi malah minim atau bahkan nggak diperhitungkan sama sekali. Aduh, jangan sampe deh.

Bro en Sis, Ujian Nasional bukan akhir dalam proses belajar kita. Itu baru satu etape kehidupan saja. Masih banyak etape lain yang akan dilalui dan tentu saja memerlukan pengetahuan yang benar dan baik agar bisa mengatasi kendala yang ada.

Meski dunia terus kita kejar, tetapi luangkan waktu lebih banyak untuk bekal di kehidupan akhirat. Apa itu bekalnya? Amal shalih dan terus memohon rahmat dan ampunan dari Allah Swt. agar kelak di akhirat kita dimasukkan ke surgaNya. Insya Allah.

Nah, karena kehidupan akhirat lebih kita perlukan, maka kita harus terus belajar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas amal shalih kita. So, jangan bangga dulu kalo di KTP atau kartu pelajar tercantum Islam di kolom agama, jika praktiknya dalam kehidupan sehari-hari kita tak pernah beramal shalih, bahkan keimanan kita sudah ternodai dengan kekufuran, tauhid kita diselipi syirik. Jangan sampe deh!

Yuk mari, kita belajar Islam tak pernah henti. Ujian Nasional boleh berlalu, tetapi belajar untuk bekal akhirat kita wajib terus kita lakukan untuk meraih predikat mukmin sejati. Sip deh! [solihin: osolihin@gaulislam.com]

2 thoughts on “Setelah UN, Mau Ngapain?

Comments are closed.