Friday, 19 April 2024, 19:30

gaulislam edisi 565/tahun ke-11 (9 Dzulhijjah 1439 H/ 20 Agustus 2018)

 

Yo, Bro en Sis! Assalaamu’alaikum! Apa kabarnya? Insyaa Allah tetap setia menunggu buletin kita tercinta ini, yaa (Hehehe…). Semoga kamu semua selalu berada dalam rahmat dan kasih sayang Allah Ta’alaa. Aamiin.

Bro en Sis rahimakumullah, kalian penasaran nggak sama judul buletin kita kali ini? Atau jangan-jangan ada yang masih belum ngeh yang bakal kita obrolin itu apa. Hayoo.. Iya nih, Bro en Sis. Buat kamu yang belum tahu, judul yang diambil buletin gaulislam kali ini adalah salah satu tema yang sedang viral di internet. Apaan tuh? Yap! It’s Momo Challenge!

Huft.. (T^T). Loh? Kenapa, nih? Tiba-tiba ada emotikon sedih gitu? Iya, nih, Bro en Sis. Stres nggak, sih? Ketika kita berselancar di dunia maya era ini, ada banyaaak pake banget-banget-banget, viral-viral nggak berfaedah yang bertebaran nggak karuan. Kok dibilang nggak berfaedah, sih? Emang apa aja gitu viral-viral yang dimaksud?

Jadi gini, Bro en Sis, sudah beberapa kali, yang banyak kali, media sosial itu dipenuhi dengan challenge-challenge atau tantangan-tantangan yang nggak jelas faedahnya (atau bahkan membahayakan). Nggak perlu disebutin semuanya. Nah, yang pernah dan paling ramai itu yang semacam Ice Bucket Challenge, Mannequin Challenge, In My Feeling Challenge, Blue Whale Challenge dan banyaaak lagi macem-macemnya.

Challenge-challenge itu kebanyakan nggak ada manfaatnya sama sekali. Bahkan ada yang membawa malapetaka. Memang banyak banget yang ikut-ikutan ngelakuin viral-viral tersebut. Tujuannya apa coba, menyakiti diri sendiri demi sebuah postingan? Buat Bro en Sis, silakan direnungkan masing-masing, yaa.

Nah, satu challenge yang lagi booming kali ini nih, agak serem gitu ceritanya. Seperti yang sudah disenggol sedikit sebelumnya. Bener! Yaitu Momo Challenge. Cerita sedikit deh, tentang Momo Challenge.

 

Momo Challenge berbahaya?

Betul sekali, Bro en Sis. Kalau temen-temen search di internet, coba aja ketik Momo Challenge di google image. Maka yang akan muncul di layar pencarian adalah gambar yang menyeramkan. Bola matanya menonjol seperti mau keluar dari kelopak, senyum lebar yang mengerikan dengan wajah pucat berhias rambut hitam sebahu adalah gambaran fantastis sosok campuran manusia dan binatang ini, demikian kutipan dari serambinewscom tentang tokoh yang menjadi profil Momo Challenge. Hiii.. Belum lihat gambarnya aja pasti udah bisa ketebak bagaimana seramnya

Oya, nggak cuma gambarnya aja yang serem, Bro en Sis. Tantangan Momo ini bahkan diduga kuat telah merenggut nyawa seorang anak berusia 12 tahun di Argentina. Wah, bahaya banget kalau kayak gini.

Jadi, Bro en Sis, Momo Challenge ini adalah tantangan yang muncul di aplikasi Whatssapp. Itu semacam chat pribadi yang menantang seseorang untuk melakukan sesuatu (berupa tantangan) dan berakhir dengan tantangan untuk membunuh dirinya sendiri. Hiii.. Entah bagaimana caranya, tetapi challenge ini sudah menimbulkan korban, loh.

Miris banget nggak, sih, Bro en Sis, fenomena mengorbankan diri untuk challenge yang bahkan nggak jelas maksudnya itu apa. Jadi di dalam tantangan-tantangan yang dikirimkan oleh kontak Momo ini (tentu setelah yang ikutan tantangan ini menambahkan nomor kontak tertentu yang dititahkan), ceritanya bisa membuat seseorang melakukan hal-hal yang berbahaya.

Kalau dipikir-pikir, sih, aneh juga kalau kita bisa-bisanya mengikuti instruksi seseorang yang kita tidak tahu siapa dia bahkan perintahnya itu membahayakan diri kita sendiri. Walau pun bisa jadi juga penyebabnya adalah dorongan eksestensi diri ketika ditantang itu. Iya, sebab kalo melakukan penolakan akan digempur dengan gambar-gambar seram bin horor yang mengajak melakukan kekerasan ke nomor WhatsApp yang udah nerima tantangan tersebut. Kalo ngikutin terus, juga bisa bikin stres karena ujungnya juga diminta mengorbankan nyawa. Apalagi challenge ini dirumorkan memang menargetkan pengguna-pengguna usia anak-anak dan remaja. So, Bro en Sis kudu waspada tingkat tinggi, loh.

 

Mau berkorban? Jangan ngasal!

Nah, karena sekarang momennya berdekatan dengan Idul Adha (ada perintah berqurban di dalamnya), coba kita sambungin aja ke pembahasan ini, ya. Maksudnya, kalo Momo Challenge kan pada tantangan terakhir itu kudu mengorbankan diri (bunuh diri), nah, kalo Idul Adha, tentu mengorbankan harta untuk membeli hewan qurban. Bukan mengorbankan diri (bunuh diri). Beda abis, dah!

Beneran. Coba kita sama-sama renungkan soal berkorban ini. Kalau seseorang itu memang merasa harga dirinya tertantang untuk melakukan pengorbanan, misalnya dalam fenomena Momo Challenge ini, apakah hasil yang didapatkan akan memuaskan diri kita? Logikanya sih, kalau memang membunuh diri sendiri, maka selesailah sudah. Kemudian apa? Apakah harga diri dan eksistensi diri itu mendapatkan sesuatu? Yang ada malah penyesalan dan sia-sia. Bener, nggak?

Oya, sedikit kita bahas soal ibadah qurban, nih. Ada syariatnya, nggak ngasal apalagi ngawur. Bro en Sis yang insya Allah selalu dalam perlindungan Allah, dalam Islam, berkurban (sama artinya dengan mengorbankan sesuatu) itu ada syariatnya. Ada tata cara dan aturannya. Tata cara dan aturannya itu datangnya dari Allah Ta’ala. Kalau kita mengikuti tata cara dan aturan Allah, maka akan ada ganjaran yang baik. Tentu saja karena Allah Ta’ala akan ridho dengan apa yang kita kerjakan.

Begitu juga sebaliknya, Bro en Sis. Kalau kita melakukan sesuatu yang melanggar dari tata cara dan aturan Allah dan Rasul-Nya, maka keburukanlah yang akan dihasilkan. Tentu saja karena Allah tidak ridho dengan apa yang kita kerjakan.

Aturan tentang berkurban itu dijelaskan di dalam al-Quran. Firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS al-Baqarah [2]:196)

Sobat gaulislam, ayat ini penjelasan tentang aturan ibadah qurban. Sebab, tadi kita nyambungin pembahasan Momo Challenge dengan momen Idul Adha karena waktunya saat ini berdekatan. Saat buletin ini diterbitkan pada 20 Agustus 2018 (bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1439 H—kaum muslimin yang melaksanakan ibadah haji hari ini sedang Wukuf di Arafah, sebagai puncaknya ibadah haji). Tapi tentu saja Momo Challenge dengan ibadah qurban beda banget.

Apa perbedaannya? Bedanya adalah, pengorbanan yang ditantang oleh Momo Challenge dan pengorbanan yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam. Kita sebagai muslim seharusnya bisa menilai, mana yang dibenarkan, yaitu boleh untuk dilakukan, dan mana yang wajib ditinggalkan alias sama sekali tidak boleh dilakukan. Beda jauh kan, Momo Challenge ngajak penantangnya bunuh diri di akhir tantangan. Sementara ibadah qurban dianjurkan bagi yang mampu untuk membeli hewan qurban dan menyembelihnya. Berkorban demi Momo Challenge bikin dosa, berqurban pada Idul Adha sesuai tuntunan Nabi, jelas berpahala.

 

Berkorban untuk bunuh diri atau beramal shalih?

Bro en Sis, faedahnya mengikuti tren Momo Challenge itu apa, sih? Selain untuk eksistensi diri, kayaknya nggak ada deh manfaat yang akan kita dapatkan? Jangankan untuk perkara akhirat nanti, kalau ending-nya bunuh diri sih, pasti nggak bakal masuk surga, dong. Pasti udah dipesenin tempat di neraka. Naudzubillahi mindzalik.

Ya, sebab tindakan bunuh diri diharamkan di dalam Islam, Allah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS an-Nisâ’ [4]:29)

Bahkan orang yang mati karena bunuh diri diancam dengan siksaan yang serupa di akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung sehingga membunuh dirinya, maka di dalam neraka Jahannam dia (juga) menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung. Dia akan tinggal di dalam neraka Jahannam selama-lamanya. Barangsiapa meminum racun sehingga membunuh dirinya, maka racunnya akan berada di tangannya. Dia akan meminumnya di dalam neraka Jahannam. Dia tinggal di dalam neraka Jahannam selama-selamanya. Barangsiapa membunuh dirinya dengan besi, maka besinya akan berada di tangannya. Di dalam neraka Jahannam ia  akan menikam perutnya. Dia akan tinggal di dalam neraka Jahannam selama-lamanya.” (HR Bukhâri, no. 5778; Muslim, no. 109; dari Abu Hurairah)

Di akhirat nggak dapet apa-apa, di dunia juga nggak dapet apa-apa. Iya, kan? Dapet apa coba dari melakukan tantangan bunuh diri? Nggak ada, kecuali dosa!

Coba kalau kita berfikir untuk berkurban dengan cara yang benar. Momen Idul Adha ini, adalah satu contoh pengorbanan yang berpahala. Ada tata cara dan aturannya. Nggak sembarangan mengorbankan diri. Selain itu, ibadah kurban ini mendorong orang yang beriman untuk beramal shalih. Mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan menetapkan tempatnya di Surga Allah nanti. Kok bisa? Ini ada di firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS al-Kautsar [108]:1-2)

Tuh, Bro en Sis. Dikatakan dengan sangat jelas bahwa Allah memerintahkan kita untuk mendirikan sholat karena-Nya dan berkurban karena-Nya, pula. Ingat, loh, Bro en Sis, segala sesuatu yang diperintahkan Allah Ta’ala untuk dikerjakan, maka ada ganjaran pahala atas perbuatan tersebut. Ketika kita sudah bertekad untuk menjalankan apa yang Allah Ta’ala perintahkan, sebagai Tuhan, Pencipta, dan Pengatur hidup kita, dan meninggalkan yang dilarang-Nya, maka kita akan menjadi orang yang bertakwa. Lalu di manakah tempat kembalinya orang yang bertakwa? Jawabannya tentu saja ke surga-Nya Allah. Mau, nggak? Mau, lah!

 

Tren Unfaedah? Jangan diikuti!

Sobat gaulislam, kita harus banget memilah dan memilih dengan cermat terhadap tren yang akan kita ikuti. Jangan sampe deh, ikut-ikutan viral-viral nggak jelas dan sama sekali unfaedah alias nggak ada manfaatnya. Apalagi tren-tren yang diikuti itu mengajak kepada kemaksiatan. Apa sih, yang bakalan didapet? Segitunya kah ingin mengorbankan kehidupan akhirat kita demi eksistensi diri di dunia maya? Please, deh.. Rugi banget, loh!

Sebisa mungkin kita itu justru mempopulerkan tren-tren menuju kebaikan. Tren-tren yang mengajak kepada ketakwaan. Kalau bisa sampai seperti itu, bayangin aja pahalanya. Bisa jadi pahala jariyah, yang jika ada orang lain yang mengikuti kebaikan tersebut, pahalanya akan mengalir kepada kita juga, walau pun kita sudah tiada. Itu termasuk perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar, loh. Menggajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Nah, kalo hal-hal semacam ini yang menjadi viral di dunia maya, maka dunia ini pasti akan dipenuhi dengan kebaikan. Kenapa? Karena insyaa Allah hal-hal demikian (kebaikan) yang diviralkan di internet akan mendapat ridho-Nya. Wah, kedengarannya seru, loh. Semoga bisa terwujud, ya. Aaamiin..!

So, berkorban demi Momo Challenge? Nggak banget, ah! [Fathimah NJL | IG @FathimahNJL]