Wednesday, 24 April 2024, 23:06

gaulislam edisi 527/tahun ke-11 (8 Rabiul Awwal 1439 H/ 27 November 2017)

 

“Ada seratus Aisyah berbusana muslimah.. Ada sejuta Aisyah berbusana muslimah..” Yup! Mungkin Bro en Sis, sobat setia gaulislam, ada yang tahu cuplikan lirik lagu lawas di atas. Atau mungkin, boleh deh tanyain ke orangtua atau kakak yang lahir di eranya lagu ini, lagu apaan sih? Yaa.. Bro en Sis, itu tadi adalah sepenggal lirik dari lagu yang dipopulerkan oleh Bimbo yang berjudul “Aisyah Adinda Kita”.

Hmm.. ada apa ya, dengan lagu “Aisyah Adinda Kita” ini? Gini nih, Bro en Sis. Saya sih menemukan sebuah informasi dari lagu tersebut. Bahwa si Aisyah ini, ia berbusana muslimah. Di dalam lagu dijelaskan bahwa Aisyah itu adalah seorang anak perempuan yang sopan dan jelita. Selain itu, ia juga berprestasi. Dan begitulah ceritanya. Hehehe.. Singkat aja, ya. Bro en Sis bisa search sendiri, deh, tentang lagunya Aisyah.

Kenapa, sih, tiba-tiba ngomongin tentang Aisyah yang sopan yang berbusana muslimah? Bener banget, Bro en Sis. Jadi, si Aisyah dalam lagu tersebut adalah sebuah gambaran seorang muslimah. Ketika ia memakai busana muslimah, tercermin pada dirinya juga bahwa ia memiliki sifat yang sopan, paras yang jelita, dan prestasi yang menjulang. Idaman banget nggak, sih?

Seharusnya memang seperti itu, Bro en Sis. Seorang akhwat atau perempuan yang berbusana muslimah, yang tampak dari dirinya seharusnya adalah sesuatu yang baik. Bukannya dengan memakai busana muslimah itu, ia bertingkah yang tidak sesuai dan malah membuat kekhasan busana muslimah itu jadi ternodai.

Kalau melihat fakta-fakta yang terjadi sekarang, rasanya sedih sekali. Terutama kalau menyorot kepada seleb-seleb yang berbusana muslimah, tapi tingkah lakunya bisa dibilang tidak mencerminkan sebagaimana seorang muslimah. Tapi yang lebih membuat sedih lagi ketika melihat seleb yang sebelumnya mengenakan busana muslimah, kemudian melepaskannya. Tidak cukup hanya menghela nafas panjang. Rasanya sangat menyedihkan.

Mengambil dari berita aktual baru-baru ini, kita bisa melihat tentang Rina Nose, yang beberapa waktu lalu terlihat tidak mengenakan busana muslimahnya. Padahal sebelumnya ia dikenal selalu berbusana muslimah. Kira-kira apa alasannya melepas busana muslimahnya, dalam hal ini, kerudungnya? Alasannya bisa beragam. Beberapa media menyebutkan bahwa alasannya berkaitan dengan pandangan bahwa berbusana muslimah tidak menjamin suatu sifat yang baik. RN juga bilang kalo tanpa beragama aja bisa baik, buat apa beragama. Itu dibilang setelah kunjungannya ke Jepang selama dua hari dalam program acara televisi yang dipandunya. Plus juga beberapa alasan lain. Bro en Sis bisa search juga tentang hal ini di Mbah Google, ya.

Kenapa bisa ada muslimah yang ragu untuk berbusana muslimah? Kita bisa mengambil beberapa dugaan dari sini. Mungkin karena ia tidak tahu bahwa ada kewajiban-kewajiban untuk mengenakannya. Atau mungkin karena ia melihat fakta bahwa orang-orang yang berbusana muslimah justru melakukan hal-hal yang tidak baik. Atau mungkin ia sudah tahu tentang aturannya, tetapi masih menggampangkan dalam prakteknya. Nah, Bro en Sis, In Syaa Allah kita akan kupas persoalan ini dalam gaulislam edisi ini. So, stay tune!

 

Berbusana muslimah, kok dilema?

Sobat gaulislam, kalau kita melihat yang sering terjadi pada seleb-seleb yang sering buka-pasang busana muslimah, kita bisa menarik kesimpulan. Apa tuh? Bahwa ketika mereka memakai busana muslimahnya, mereka terkesan jadi main-main atau nggak serius. Bener nggak? Gimana nggak main-main? Coba kita pikirkan, busana muslimah itu seharusnya menjadi sesuatu yang menjadi ciri pengamalan terhadap agamanya. Itu sebabnya, seorang muslimah sadar betul akan konsekuensi yang akan ia pegang ketika mulai memakai busana muslimahnya. Tetapi jika faktanya seperti hanya sekadar kostum saja, maka jadi main-main, kan?

Bro en Sis rahimakumullah, khususnya yang akhwat-akhwat, nih. Kita seharusnya mengetahui hakikat busana muslimah bagi diri kita sendiri. Busana muslimah bukan hanya sekadar kostum atau seragam saja. Tetapi ia adalah sebuah kewajiban. Di dalam aturan Islam yang menjelaskan tentang Tata Pergaulan Pria Wanita dalam Islam, ada sebuah poin yang menyinggung soal pakaian wanita. Yaitu seorang wanita yang sudah terbebani hukum alias baligh atau sudah dewasa secara fisik, wajib mengenakan pakaian lengkap ketika di luar rumah. Ini dia yang kita kenal dengan busana muslimah.

 

Jilbab yang syar’i

Sobat gaulislam. Kamu semua pasti pernah atau bahkan sering mendengar istilah Hijab atau Jilbab Syar’i. Hihihi… Sebenarnya, istilah-istilah tersebut kurang tepat untuk dipakai. Karena jilbab itu sudah pasti syar’i. Karena yang namanya jilbab itu ada syarat-syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi agar menjadi jilbab. Nah, kalau ada yang tidak sesuai, maka namanya bukan jilbab. Bener nggak?

Seperti dijelaskan dalam Tata Pergaulan Pria dan Wanita dalam Islam, pakaian wanita ketika pergi ke luar rumah itu ada dua. Yang pertama adalah jilbab. Jilbab artinya adalah baju kurung yang menutupi seluruh tubuh wanita. Di dalam al-Quran, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam agar menyuruh para wanita yang beriman untuk mengulurkan jilbab mereka.

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzab [33]: 59)

Banyak pendapat yang berbeda tentang bagaimana jilbab itu. Tetapi umumnya, syarat sebuah jilbab yang harus dikenakan wanita ketika keluar rumah adalah tidak tipis atau menerawang dan tidak membentuk tubuh atau ketat. Berarti jilbab itu panjang, tebal, dan lebar.

Oya, yang kedua adalah kerudung. Bro en Sis, di era sekarang ini, orang-orang berbeda-beda dalam menyebutkan pakaian ini. ada yang menyebutnya kerudung, khimar, dan hijab. Ketiganya dapat dibenarkan. Karena kerudung adalah kain yang dipakai untuk menutupi rambut dan leher wanita. Ya, yang boleh terlihat hanya wajahnya. Batasannya adalah menutupi kerah baju tempat keluarnya kepala. Tetapi itu batas minimalnya. Jika ada yang menutupi sampai lebih panjang lagi, itu yang lebih utama bagi wanita. Dan jika ada yang menutupi wajahnya dengan cadar, maka lebih utama lagi. Tidak diwajibkan, tetapi jika ada yang mengenakannya, maka ia lebih baik lagi.

Sobat gaulislam, perlu diingat, nih. Ternyata kalau seorang wanita keluar rumah dengan pakaian yang salah, maka bisa menjadi sangat berbahaya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam mengatakan bahwa mereka seperti berpakaian tetapi telanjang.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, katanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Ada dua macam penduduk neraka yang keduanya belum kelihatan olehku. (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus pandang, terlalu ketat. Atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka), dan wanita-wanita yang mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal baru surga dapat tercium dari jarak yang sangat jauh.” (HR Muslim)

Serem banget, kan. Itu sebabnya, para akhwat yang In Syaa Allah selalu dijaga oleh Allah Ta’ala, kita harus berhati-hati dalam berpakaian. Mengetahui tuntunannya sangat penting, supaya tidak salah jalan. Ingatkan juga saudara-saudara kita yang lain, ya.. supaya kita bisa masuk ke dalam surga bersama-sama. Aamiin..

 

Jilbab fisik, sikap, dan hati

Bro en Sis rahimakumullah, banyak banget muslimah yang ragu ketika menjilbabkan diri. Kenapa? Mungkin Bro en Sis pernah mendengar argumen seperti ini, “Belum siap, ah, berjilbab. Jilbab-in hati dulu” atau “Mending nggak berjilbab tapi jujur dan budi pekertinya bagus daripada berjilbab tapi munafik”. Hehehe.. Saya selalu ingin ketawa kalau denger argumen-argumen semacam itu. Why? Iya. Kenapa cuma mikir gitu aja. Padahal, masih ada pikiran lain, misalnya: kenapa nggak berjilbab dulu sambil memperbaiki diri? Lebih realistis, kan?

Bro en Sis, khususnya yang Sis, nih. Ya iya, lah. Kalau Bro nggak boleh, ya, berjilbab. Hihihi.. Ayo beranikan diri! Jangan ragu untuk berbusana muslimah. Karena busana muslimah adalah salah satu penanda ketaatan kita kepada Allah Ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan Islam.

Mungkin para Sis kita, masih sedikit ragu karena argumen-argumen di atas tadi. Gini nih, Sis. Seperti yang sempat dibahas sebelumnya, seorang akhwat yang berbusana muslimah, seharusnya akan menampakkan sifat yang baik dari dirinya. Karena ia sudah mengetahui konsekuensinya. Jilbab dan kerudung adalah penanda. Penanda bahwa akhwat tersebut telah mengerti kewajibannya. Maka ia dapat menjadi sosok Aisyah dalam lagunya Bimbo tadi.

Tapi kenapa ada perempuan yang berjilbab tetapi sifatnya tidak juga menunjukkan kebaikan? Nah, itu berarti ia belum mengerti hakikat jilbab yang sebenarnya. Jadi, satu-satunya jalan yang paling tepat untuk diambil adalah sambil belajar memakai busana muslimah, kita juga belajar memperbaiki diri. Oh, iya. Memakai jilbab juga termasuk cara memperbaiki diri, loh.

 

Mengaji untuk menjaga diri

Buat akhwat-akhwat yang sedang berusaha memperbaiki diri, penting sekali untuk selalu bersabar. Sabar dari apa? Sabar dari godaan setan. Baik dari dalam diri maupun yang berkeliaran di luar sana. Bener, loh. Sangat diperlukan untuk bersabar ketika membiasakan diri untuk berbuat baik. Setuju, kan? Pastinya, ya!

Bro en Sis, dalam kebaikan, baik bagi kita untuk melakukannya bersama-sama, dengan keluarga dan juga teman. Untuk apa? Supaya bisa saling menguatkan. Saling mengingatkan untuk kebaikan dan mencegah kemungkaran, tolong-menolong dalam kebaikan, dan juga berlomba-lomba dalam mencapai keridhaan-Nya. Termasuk mengenakan busana muslimah dan menjaganya.

Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Menuntut ilmu di mana saja dan kapan saja. Menuntut ilmu itu tidak akan ada habisnya. Mulai ketika akal kita dapat menangkap pelajaran, dan baru akan berhenti ketika akal sudah tidak dapat menangkap apa-apa lagi.

So, sekali lagi khususnya yang Sis, nih. Kita bisa mencapai kebaikan dengan berjilbab. Tidak perlu khawatir kalau masih belum baik. Karena sambil berjilbab, kita harus terus memperbaiki dari. Tetap dekat dengan Allah, dan jangan lupa bersabar agar tak perlu dilema lagi saat mengenakan busana muslimah! [Fathimah NJL | Twitter @FathimahNJL]