Friday, 19 April 2024, 22:28

gaulislam edisi 561/tahun ke-11 (10 Dzulqa’dah 1439 H/ 23 Juli 2018)

 

Assalamualaikum Bro en Sis sekalian. Alhamdulillah aku dapet kesempatan nulis lagi nih di bulletin kesayangan kamu semua, gaulislam. Kali ini aku bawain satu tema yang sebenernya dari dulu udah mewabah, tapi . . . BUUM! Bom waktunya baru meledak (baca: baru jadi masalah besar) sekarang, yaitu perang caci maki yang lagi getol dilakuin banyak pengguna medsos.

Jadi inget, deh dulu pernah berantem sama temen karena alesan-alesan sepele (lebih sering salah paham, sih) sampe saling tuduh. Duh, ngerasa mirip nggak sih, Bro en Sis, sama yang perang caci maki di medsos? Mirip dong, sama-sama memperdebatkan satu kasus yang belum tentu hoax atau beneran, asumsi atau fakta. Ya, pembeda yang paling kentara, perang di sosmed terlalu keras arenanya sampe mengeluarkan caci maki. Duh-duh…

Kasus ter-hot yang lagi diperdebatin akhir-akhir ini sih, nggak jauh dari acara-acara yang lagi dilangsungin sekarang atau yang mau mendekati hari-h. Yup, apalagi kalo bukan soal dukungan ke klub sepakbola, dukungan politik tertentu, atau tokoh-tokoh tertentu. Saling dukung sih masih bolehlah. Tapi kalo saling serang gara-gara beda dukungan, itu namanya konyol.

Aduhai…cuma dengan alasan perbedaan pendapat, perbedaan dukungan dan sebagainya, kok bisa, sih muncul perang caci maki yang kian hari kian ganas gini? Parahnya lagi kalo ternyata mencaci maki ke sesama saudara muslim. Itu sih bahaya. Nauzhubillah min dzalik, jangan sampe, deh!

 

Adab berdebat

FYI nih, Bro en Sis, dalam Islam, there is no such a thing called hate speech-war to other moslems. Nggak ada yang namanya perang caci maki (hate speech) ke sesama muslim. Kenapa? Karena Islam adalah agama yang mencintai kedamaian, saling menyayangi sesama saudara muslim dan tetap toleran dengan nonmuslim, selama mereka baik kepada kita.

Islam memiliki aturannya sendiri dalam bergaul, yaitu adab dalam pergaulan dengan muslim lainnya. Islam juga punya yang namanya adab dalam berdebat alias diskusi atau berdialog yang baik. So pasti, nggak ada hate speech di dalamnya.

Dalam al-Quran surah al-Mujadallah ayat 1, Allah Ta’ala menyebut debat dengan istilah tahâwur yang artinya berdiskusi/berdialog. Mengutip dari web teknikhidup.com, debat adalah menyampaikan hujah atau yang diduga sebagai hujah oleh dua pihak yang berbeda pendapat. Tujuannya untuk membela pendapatnya atau mazhabnya, membatalkan hujah lawannya, serta mengalihkannya pada pendapat yang tepat dan benar menurut pandangannya. Catet, ya!

Jadi sebelum ada adegan caci maki (yang emang seharusnya nggak ada), kalo debat itu harus fix-in dulu kasusnya, terus kasih alesan kenapa setuju, kenapa nggak setuju, abis itu harus ada seseorang yang bertindak sebagai penengah atau hakim buat nentuin siapa yang benar, siapa yang salah, atau malah cari jalan tengah. Debat adalah perkara yang diperintahkan syariat untuk menyatakan yang haq dan membatalkan yang batil. Oh-kay…aku paham. Bro en Sis, paham nggak? Harus dong!

Sobat gaulislam, dari penjabaran di atas nggak ada tuh, step-step buat ngeluarin caci-maki or something called hate speech. Apapun kasus yang diperdebatkan, mau soal partai politik yang diunggulin, tentang tokoh yang disanjung, bahkan sampe apakah salah Messi kalo Argentina nggak masuk final World Cup, nggak ada yang namanya anjuran mencaci-maki dalam Islam, tuh.

Bahkan Allah Taala sudah menjelaskan dalam al-Quran surah an-Nahl ayat 125, yang artinya: “Serulah (manusia) pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.”

Ada dua perintah inti dari satu ayat itu. Pertama, agar menyeru dengan cara yang baik. Kedua, agar membantah dengan cara yang lebih baik. Sekali lagi, aku tekankan, dengan cara yang baik. So, bagi pengguna akun medsos sadayana (sekalian), sok atuh ulah ngaluarkeun caci-maki (jangan ngeluarin caci maki). Catatan, hujjah (pendapat) yang baik itu adalah Islam. Jadi wajib menjadikan Islam sebagai tolok ukur dari apa yang sedang kita diskusikan.

Kalo emang beda pendapat, ya udah, cukup nyatakan kalian berbeda pendapat dan hargai pendapat yang berbeda dengan kalian. Nggak perlu nyari musuh baru dengan ngeluarin caci maki di medsos, ke sesama muslim, lagi! Duh duh duh…

Eh, kalo misalnya pihak lawan caci-maki duluan, yaudah, sabar aja. Jangan dibales supaya kita nggak bikin dosa dan nggak nambah dosa pihak lawan. Hati damai, medsos pun tentram. Oya, tapi dengan catatan, kalo kita membela Islam, ya wajib tunjukkan pembelaannya kepada Islam. Misalnya, agama Islam dan umat Islam dihina oleh orang kafir atau munafik. Ya, itu sih kita wajib bela Islam. Mereka yang menghina Islam dan melecehkan kaum muslimin pendapatnya wajib dibantah. Bukan dimaklumi, apalagi dihargai. Beneran!

 

Terprovokasi hoax

Setelah debat yang mendekati debat kusir, problem lain yang nggak kalah panas di ring medsos adalah: Hoax! Bahaya tuh. Bom waktunya meledak di waktu dan tempat yang udah hot (gara-gara hate speech), makin tambah hot lagi, deh.

Kalo diibaratkan, ketika berita hoax dan berita fakta lahir, dalam satu hari berita hoax udah bisa jalan 5 meter sementara berita fakta baru 1 meter, 90 persen pada rusuh karena hoax dan mulai sharing tanpa saring, 10 persen baru tenang saking tenangnya nggak peduli buat sebarin verifikasi. Ketika berita hoax udah 15 meter, berita fakta baru 5 meter, lebih dari ratusan berita asumsi, opini, hoax tentang satu kasus tersebar, sementara berita verifikasinya baru ada belasan. Ibaratnya, berita hoax menyebar kayak cheetah yang lagi lari sementara berita faktanya lagi jalan kayak siput. So sad.

Penasaran nggak sih, bro en sis, kok bisa kayak gitu, jomplang banget respon orang-orang terhadap berita hoax dan berita fakta?

Yup, apalagi alesannya kalo bukan para konsumen berita tercinta alias pengguna akun sosmed yang lalai sama slogan: saring sebelum sharing! Ada notif berita dengan headline yang bikin terkaget-kaget dan kepo abis langsung komen. Nanya sana-sini, bikin postingan opini pribadi tentang berita ter-hot dunia maya, dikritik eh bikin sakit hati, adu komen sana-sini, nggak sengaja bawa spesies kebun bintang, hate speech-war. Sebulan mem-booming, eh, kemudian ada notif masuk: “Hoax: Berita Kemaren-Kemaren Palsu”. Netizen: “Oh, hoax, toh”. Hapus postingan. The End. Parah.

Kita perlu istighfar, Bro en Sis. Khawatir banyak salah. Selain itu, pikirkan dampaknya sebelum memposting sesuatu atau berkomentar. Jangan juga malah hobi nyebarin hoax. Sadarlah wahai generasi millennial, we are so easy to be confronted. Itu sebabnya, sebelum jadi korban adu domba—dan itu sia-sia banget, yuk kita mulai mempraktekkan slogan: “Saring sebelum Sharing!” Pikirkan baik-baik sebelum ngomentarin suatu berita, apapun bentuknya. Okay!

 

Halau adu domba dengan adab

Sobat gaulislam, kamu jangan ikut-ikutan terlibat apalagi sampe masuk ke dalam ring caci maki sampe bikin rame medsos dengan segala opini atau asumsi yang belum tentu kebenarannya. Karena bakalan ngasih efek yang besar ke seluruh kaum muslimin, yaitu adu domba. Saling serang antar sesama muslim hanya karena berita hoax. Bisa jadi ada pihak ketiga yang sama-sama melakukan posting, pada akhirnya saling serang buat mancing kedua belah pihak yang dukung-mendukung untuk berkelahi di medsos.

Kalo beneran terjadi, gimana nasib generasi muslim selanjutnya? Huhu…waspadalah, waspadalah. Jangan biarkan kaum muslimin terpecah cuma karena perbedaan pendapat yang mengakar ke caci-maki yang nyakitin hati.

Nah, bro en sis yang insyaa Allah di rahmati Allah Ta’ala, cus lah kita bikin benteng kasat mata setinggi langit ke tujuh kalo bisa buat ngelawan yang namanya adu domba. Dengan apa? Dengan ningkatin level iman kita. Gimana caranya? Belajar Islam, terutama belajar adab-adabnya. Belajar pelajaran umum supaya dapet nilai bagus di UN aja rajin, apalagi belajar Islam supaya dapet pahala buat naik ke Surga Firdaus! Mau, kan? Harus mau!

Plus-plus lagi nih, kamu jangan gampang tergoda buat ikut-ikutan ngedukung parpol (partai politik) atau tokoh atau klub speakbola dan komunitas lainnya. Karena alasan-alasan itu sangat rentan bikin kaum muslimin dan semua penduduk Indonesia rentan diadudomba dan pastinya sia banget. Berbeda pilihan silakan, tapi maaf—bego—ya jangan. Maksudnya, hanya karena mendukung salah satu parpol idaman atau klub sepakbola favorit, akal warasmu jadi turun ke dengkul. Nggak banget, itu sih!

Kalo mau ngedukung, kuy lah, kasih dukungan ke Islam aja, bukan ke yang lain. Aku kasih slogan penyemangat deh: kalo genggam dunia, akhirat belum tentu dapet. Tapi kalo genggam akhirat dunia pasti juga dapet. Sip!

 

No emosi, bijak berkomunikasi

Dari hari ke hari, kayaknya emang ini, deh, yang jadi kendala hampir setiap orang dalam menanggapi orang lain, yaitu emosi. Ckckck… kadang adaaa aja tipe-tipe orang yang ngelakuin apa aja, nanggepin apa aja, pake emosi. Hadeuuh… jangan seperti itu. Emosi yang tak terkendali itu nggak bakalan nyelesain apapun, right! Kalo misalnya nggak setuju atau beda pendapat, sampaikan dengan baik-baik. Nggak marah-marah apalagi sampe maki-maki. Kalo yang emosinya lawan duluan, kitanya jangan ikutan kebawa emosi tapi fokus sama data plus argumentasi. Be calm aja. Iya ga, Bro en Sis? Yup!

So, kuy lah, bijak berkomunikasi baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Jangan asal sharing supaya nggak ada bom waktu bernama hoax lagi nanti. Jangan asal komen supaya nggak menyulut api adu domba. Plus hindari caci maki di sosmed karena mencaci maki bukan karakter seorang muslim sejati. Itu sebabnya, sedih banget ketika beberapa waktu lalu ada ustaz kondang yang salah or keliru menyampaikan istilah atau fakta, langsung dihujat dan dicaci-maki oleh muslim lainnya. Padahal, seharusnya diingat or dinasihatin dengan baik-baik. Semua orang bisa salah. Tapi tidak boleh setiap ada yang salah jadi bahan untuk nge-bully. Nggak banget!

Ok, sebagai kesimpulan ya. Berbeda pendapat boleh. Asalkan dalam masalah cabang (furu’) semisal berbeda masalah fiki seperti apakah shalat Subuh pakai qunut atau nggak. Itu nggak usah diperdebatkan. Tapi kalo ada yang berpendapat bahwa shalat lima waktu nggak wajib, nah itu yang kudu dibantah karena itu masalah prinsip.

Selain itu, berbeda pendapat dalam masalah cabang (furu’) itu boleh dan bukan berarti perpecahan. Biasa aja lagi. Oya, kalo kemudian ada yang berbeda pendapat dalam masalah cabang (furu’) tetap jaga adab. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka , karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hujurat [49]: 12)

Oke ya. Pembahasan kita di edisi ini kita cukupkan dulu. Tetap semangat mencari ilmu. Jauhi permusuhan sesama muslim. Jika pun ada perbedaan pendapat atau harus meluruskan pendapat, nasihatilah dengan cara yang benar dan baik menurut Islam. Sehingga nggak ada lagi deh caci maki bergema di medsos. Siap, ya? Harus! [Zadia “willyaziza” Mardha]