Friday, 26 April 2024, 03:37

gaulislam edisi 201/tahun ke-4 (29 Ramadhan 1432 H/ 29 Agustus 2011)

 

Bikin artikel di bulan Ramadhan memang menjadi tantangan tersendiri. Selain hari serasa lebih pendek, waktu jadi mefeeet banget. Masuk lebih pagi, pulang lebih cepat, macet di jalan, buka puasa, sholat magrib, lanjutin makan babak kedua, terus sholat Isya plus Tarawih, akhirnya siap-siap tidur. Rutinitas seperti ini yang menjadi santapan sehari-hari gue, and nggak kerasa dua hari terakhir ini macet di jalanan meningkat deras, dan itu tandanya THR sudah turun! Loh?

Ya, lebaran sebentar lagi. Kesibukan cukup tinggi karena semua orang pada nyiapin untuk acara bertaraf internasional yaitu: lebaran berjamaah! Setahu ane emang cuma dua event besar di agama kite ini, idul Fitri dan idul Adha. Itu sebabnya, cukup worth untuk dirayakan dan disiapkan dengan seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, loh? Kok jadi kayak di teks proklamasi? Hahaha…

Bro en Sis, event yang menutup acara puasa sebulan penuh ini emang unik banget, acara ini nyaris melumpuhkan semua sektor di negara kita. Semua orang pada cuti massal. Mirip mogok nasional lah. Nggak ada yang kerja. Kantor-kantor pada tutup dan kebanyakan orang pada maen ke sono kemari (baca: silaturahmi)

Dalam menyambut hari Ied alias lebaran, umumnya kita malah lebih terfokus pada hal-hal di luar ibadah, dengan satu dalih untuk mempersiapkan hari ied yang biasanya identik dengan kerepotan, pengeluran lebih dan yang jelas capek berat. Pernah tidak kita merasakan hal yang sama, tapi pada aktivitas ibadah yang lain? Misal kerepotan cari tambahan uang karena lagi pengen memperbaiki masjid dideket rumah kita, kecapean dan kelelahan karena berusaha ngajakin orang di kampung untuk mau sholat tepat waktu dan sebagainya. Kenapa kok lebaran selalu menjadi “big deal” bagi kaum muslimin di Indonesia?

Ied artinya adalah sesuatu yang berulang-ulang pada kurun waktu tertentu. Ied merupakan kekhususan umat Islam. Dalam agama kita, kita mengenal dua hari Ied, dan keduanya dihubungkan dengan dua ibadah besar. Ied Fitr yang dihubungkan dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan Ied Adha yang dihubungkan dengan ibadah haji. Ini menunjukkan betapa penting dan utamanya hari Ied, karena kedua ibadah besar yang mengikutinya sekaligus adalah dua syiar Islam terbesar. Nah untuk menyambut hari yang mulia ini, apa saja yang harus kita lakukan?

 

Menyambut Ied Fitr

Bro en Sis, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyambut hari Ied Fitr supaya lebih optimal. Nah, persiapan apa saja yang perlu dilakukan?

Pertama, mengoptimalkan ibadah kita di akhir Ramadhan. Sering kali karena terlalu sibuk dengan persiapan untuk menyambut hari Ied Fitr, kita jadi nggak punya waktu lagi untuk beribadah di akhir bulan Ramadhan. Hal ini mestinya bisa dengan mudah diantisipasi dengan planning yang baik. Sebab, setiap tahun kejadian yang sama selalu berulang, mestinya cukup mudah bagi kita untuk mengambil pelajaran dari tahun sebelumnya mengenai kesalahan-kesalahan planning seperti ini.

Kedua, mengeluarkan zakat fitr. Kita mengeluarkan zakat fitr selain karena perintah Alloh Swt., zakat fitr sering juga disebut sebagai zakat untuk berbuka, dimana sebelumnya sebulan penuh kita berpuasa dan sekarang kita akan mengakhirinya, dan kita tandai dengan mengeluarkan zakat. Karena itu zakat fitr termasuk ke dalam zakat badan, bukan zakat mal, makanya setiap jiwa/pribadi dikenai zakat. Zakat Fitr berfungsi juga sebagai pensuci ketidak sempurnaan selama puasa bagi yang mengeluarkan dan menggembirakan para penerimanya pada hari Ied Fitr. Zakat Fitr hukumnya wajib tentunya hanya bagi yang mampu, dan batasan mampu dalam zakat fitr adalah mereka yang memiliki persediaan makanan yang cukup pada hari Ied Fitr.

Zakat Fitr tidak boleh dikeluarkan dalam bentuk uang, tapi harus dalam bentuk makanan, dalilnya adalah sebagai berikut:

Satu, tidak ada tuntunan untuk mengeluarkan zakat fitr dalam bentuk uang. Sementara pada saat jaman rasul dan para sahabat, saat itu sudah dikenal mata uang, namun mereka tidak menggunakan uang untuk membayar zakat Fitr.

Dua, bila dilakukan konversi harga bahan makanan, akan mengalami permasalahan juga, karena cukup bervariasi dan beragamnya bahan makanan, sehingga tidak bisa disamakan harga satu sok beras dengan harga satu sok kurma. Akan sangat susah bagi orang Indonesia yang makanan pokoknya beras untuk mengeluarkan zakat Fitr ketika dia berada di negara lain.

Tiga, akad Amilin juga menjadi nggak jelas. Tugas amilin adalah menerima dan mendistribusikan zakat, bukan transaksi jual beli. Dan itu amil itu SK-nya langsung dari khalifah (pemimpinan negara yang menerapkan syariat Islam).

Sekadar tahu aja, dari berbagai pendapat imam mahzab hanya Abu Hanifah yang memperbolehkan membayar zakat fitr dengan uang. Sementara Ibnu Taimiyah mensyaratkan boleh menggunakan uang untuk zakat fitr dengan 3 syarat/kondisi yang ketat, yaitu: darurat, maslahatnya besar dan hajat yang sangat.

Zakat Fitr dikeluarkan sebesar 1 sha’, yakni sama dengan 3,5 liter atau 2,5 kilogram bahan makanan pokok untuk setiap jiwa. Waktu pembagian diberikan ruhksah 2 hari sebelum hari Ied fitr. Ada pun pengumpulan zakatnya boleh dilakukan lebih dari 2 hari sebelum Ied Fitr.

Kepada siapa zakat fitr dibagikan? Nah, karena merupakan zakat badan, maka mustahiknya cuma dua, yaitu fakir dan miskin saja. Karena zakat badan memiliki kesamaan makna dengan kafarat. Zakat Fitr lebih afdol dibagikan di tempat kita tinggal. Namun boleh dipindahkan ke tempat lain sesuai kebutuhan. Zakat boleh diberikan kepada orang kafir dalam harapan supaya dia menjadi Islam.

Ketiga, kudu ngarti jadwalnya Ied Fitr. Hal yang satu ini penting banget sodara-sodara, karena kalo kita salah nentuin waktunya jadi tengsin sendiri. Kita udah bersuka cita, sambil silaturahmi, eh ternyata yang lain masih pada puasa. Ied Fitr dirayakan setiap tanggal 1 Syawal. dan Alloh Ta’ala memberikan tanda yang jelas di langit dengan munculnya si hilal, yakni cahaya tipis berbentuk sabit, menghiasi langit dengan seyumannya yang dinanti-nanti ribuan ahli rukyat di seluruh dunia (hahaha lebay mode “on”). Mantengin langit di senja hari akhir bulan Ramadhan merupakan kegiatan rutin tahunan yang mengasyikkan. Selain kita bisa belajar mengenai benda-benda antariksa dan pergerakannya, kita juga bisa menikmati indahnya sunset di bulan ramadhan yang sama artinya dengan sebentar lagi bukaaaa, jadi dari pada ngabuburit nggak jelas, mendingan banget ngelakuin rukyatul hilal alias melihat bulan sabit tipis tanda awal bulan.

Kegiatan rukyatul hilal merupakan salah satu kegiatan penting dari sudut pandang science, karena merupakan kegiatan data collection jama’i dengan skala yang cukup besar. Data yang diperoleh baik data positif dan negatif dapat digunakan untuk memeriksa algoritma perhitungan penentuan awal bulan (hisab). Jadi dari awal sebenarnya hisab dan rukyatul hilal tidaklah bertentangan, cuma di Indonesia saja, karena kedua metode ini di gunakan secara exclusive oleh 2 ormas besar yang “bersaing”, sehingga kesan yang muncul akhirnya kedua metode ini bertentangan, padahal keduanya saling membutuhkan. Meski tentu sanja penentuan pastinya kudu dengan rukyat hilal, bukan via hisab. Hisab cuma alat bantu aja kapan waktu yang pas buat ngintip si hilal. Ya iyalah, jangan sampe ngeliatnya pas tanggal 14, itu sih bukan rukyatul hilal, tapi rukyatul qomar alias melihat bulan. Hehehe…

Bila hilal sudah terlihat, itu artinya keesokan harinya kita merayakan Ied Fitr, sebenarnya tidak ada masalah dimana dia terlihat, asal berita mengenai observasi hilal ini bisa kita validasi kebenarannya. Hilal hanya terjadi sekali di antariksa sono, dan sudah menjadi sunatullah bahwa bumi ini bulat, sehingga sudah menjadi sunatullah juga ada yang bisa melihatnya dan ada yang tidak. Kemudian, menjadi tututan logis bagi yang tidak bisa melihat, untuk mencari atau menunggu berita observasi hilal dari tempat lain.

Untuk menuju kepada persatuan umat, seharusnya anggapan bahwa batasan negara berlaku dalam penetapan Ied Fitr harus mulai ditinggalkan, karena umat Islam adalah umat yang satu dan kita semua bersaudara dalam akidah, sementara Ied adalah bagian dari akidah kita, tidak bisa kalo kemudian kita ber-Ied sendiri-sendiri,  meski tentunya ada toleransi perbedaan di sini, toleransi perbedaan 1 hari yang dianggap para ulama masih bisa diterima, karena kondisi geografis bumi kita. Wallahuallam.

 

Pada saat Ied Fitr

Bro en Sis, kalo tadi sudah dijelaskan kegiatan apa saja yang biasa kita lakukan untuk persiapan Ied Fitr, sekarang apa saja yang perlu kita lakukan pada hari Ied, yuk simak terus.

Pertama, sunnah ied fitr ada 3, yaitu bergegas berjalan kaki menuju lapangan dan ketika kita pergi dan pulang melewati jalan yang berbeda, makan sebelum keluar menuju lapangan untuk ied fitr, adapun untuk sholat Ied Adha, sunnahnya adalah kebalikannya, sholat dulu baru makan. Sunnah yang terakhir adalah mandi, pastikan kita sudah mandi sebelum berangkat sholat Ied. Tentunya ketiga sunnah ini memerlukan planning yang matang, karena tidak mudah terutama bagi yang berangkatnya berjamaah lebih dari satu orang, untuk bisa datang tepat waktu kelapangan untuk sholat Ied, sudah makan dan sudah mandi.

Kedua, disunnahkan berhias untuk hari raya. Disunnahkan untuk menggunakan wangi-wangian dan perhiasan di hari raya. tentu saja dengan tetap menjaga batas-batas urf atau batasan adat yang berlaku setempat. Jangan sampai kita berlebihan dalam menggunakan parfum dan perhiasan. Sebab, selain akan mengganggu orang lain, juga bisa memicu terjadinya kejahatan. Intinya adalah kita harus berdandan sehingga terlihat berbeda dari hari biasa–jangan sampai hari biasa dan idul fitri sama saja–karena seharusnya kita memperlihatkan kegembiraan pada hari Ied Fitr.

Rasulullah saw. biasanya menggunakan pakaian yang paling indah pada hari Ied Fitr. Pakaian yang paling indah tidak selalu berarti baru dan Rasulullah saw. menyiapkan pakaian khusus untuk hari raya Ied dan hari jumat. Biasanya Rasul mengenakan burdah warna hijau atau burdah berwarna merah. Nah patut dicontoh tuh! Sementara untuk wanita, tetap berlaku aturan syariat dalam berpakaian dan tentunya tidak boleh tabarruj (menampakkan perhiasan, apalagi jika berlebihan).

Ketiga, disunnahkan takbiran pada hari-hari Ied. Disunnahkan untuk Ied Fitr adalah takbiran setelah subuh ketika menuju lapangan dan dibaca dengan suara yang dikeraskan, tapi bukan takbiran semalaman suntuk. Sebab, selain mengganggu orang lain, juga biasanya menjadikan kita lupa untuk istirahat/tidur, sehingga akhirnya sholat Ied malah telat. Perlu diingat tidak diperbolehkan untuk menambah-nambah takbir yang tidak ada syariatnya. Misal masukin lirik lagu Enter Sandman-nya Metalica dalam takbir, dsb. Whuaaa… nggak banget!

Keempat , waktu sholat Ied, disunnahkan untuk agak siang, sementara untuk Ied Adha lebih dipagiin. Sholat Ied dilakukan sebanyak 2 rakaat, pada rakaat pertama, takbir 7x termasuk takbiratul ihram. Pada rakaat kedua takbir 5x. Tidak ada adzan maupun iqomat, dan tidak ada panggilan apa-apa serta tidak ada sholat sesudah dan sebelum sholat ied.

Bro en Sis, bila hari raya ied dan hari Jumat bertemu, maka diberikan rukhsah, untuk tidak melakukan shalat Jumat. Namun sunnahnya tetap melakukan sholat Jumat. Rasulullah saw. yang memerintahkan semua muslim termasuk wanita yang haid untuk datang ke lapangan pada hari ied, ini merupakan salah satu petunjuk/qarinah akan pentingnya Sholat Ied.

 

Sesudah sholat Ied

Banyak hal yang bisa kita kerjakan selepas sholat ied, yang biasa dilakukan di Indonesia adalah untuk saling meminta maaf dengan saudara kita yang lain. Biasanya acara meminta maaf ini memiliki berbagai macam bentuk, dari acara yang sifatnya acara formal sampai yang spontan. Acara seperti ini sebenernya bersandar dari pemahaman akan Ied Fitr sendiri, di Indonesia kita lebih mengenal dengan nama Ied Fitri, yang diartikan sebagai kembali menjadi suci, padahal arti sebenernya bukan Ied Fitri tapi Ied Fitr, yang artinya kembali berbuka, setelah sebulan penuh puasa.

Tuntunan dalam Islam, meminta maaf bisa dilakukan kapan saja dan segera meminta maaf bila kita tahu kita melakukan kesalahan kepada orang lain. Jadi tidak perlu harus nunggu lebaran dulu.

Selama hari Ied Fitr, kita disunnahkan untuk memperlihatkan kegembiraan. Pada hari Ied Fitr kita harus terlihat gembira walaupun dalam hati kita sedang bersedih, kenapa demikian? Selain mengikuti sunnah Rossul juga untuk memudahkan orang lain untuk bergembira juga, karena ada sebagian orang yang ikut sedih ketika melihat orang lain sedih. Pada saat Ied Fitr kita disunnahkan untuk saling mengucapkan “Taqabballahu minna wa minkum” yang artinya, semoga Alloh Ta’ala menerima ibadah kita semua, bila kita saling bertemu. Ulama tidak melarang kita memberikan ucapan lain seperti minal aidzin wal faidzin yang sebenernya merupakan kalimat penggalan dari ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin, yang artinya semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung (menang). Perkara ucapan selamat ini bukan termasuk kedalam perkara ritual ubudiyah, sehingga tidak ada larangan untuk mengungkapkan perasaan dengan gaya bahasa kita masing-masing.

 

Khulashoh

Bro en Sis, kalo kita perhatikan ada yang tertawa dan menangis pada saat Idul Fitr, ini semua tergantung pada sudut pandang masing-masing. Menangis karena meninggalkan bulan Ramadhan yang mulia dan tertawa karena memang disunnahkan untuk bergembira pada hari tersebut. Setiap tahun paling tidak kita melalui training Ramadhan dengan minimum 29 kali pertemuan dengan sertifikat takwa bagi yang berhasil melampauinya dengan sukses. Pelajaran utama dalam Ramadhan adalah mampu mengendalikan hal yang halal! Kenapa demikian? Karena insya Allah bila yang halal saja kita mampu mengendalikannya, apa lagi yang haram, sudah pasti akan lebih mudah.

Namun demikian harapan tidak selalu seindah kenyataan. Masih dalam bulan Ramadhan saja, sudah banyak penyimpangan yang bisa kita temui. Misal pada saat berbuka, selain kita dengar riuhnya orang sibuk berbuka, tidak kalah rame juga asep keluar dari para anggota majelis suro (majelis suka rokok). Padahal sebelumnya seharian penuh bisa nahan nggak ngerokok, walaupun tanpa fatwa MUI, tapi begitu berbuka lain urusannya. Pada malam lebaran juga sering kita jumpai orang pada begadang maen gaple, nyabung ayam bahkan nonton dangdut koplo guna memeriahkan acara lebaran. Astaghfirullah. Semoga Alloh memberika hidayah dan kepada para saudara kita yang masih jahiliyah dan kita terhindar dari semua hal yang tidak bermanfaat.

Akhirul kallam, mari kita pertahankan sertifikat takwa yang kita peroleh setelah training bulan Ramadhan. Semoga artikel ini bermanfaat dan ibadah kita semua diterima oleh Alloh Swt. [Bogor, 26-28 Ramadhan 1432 H | aribowo: (@tommyha | fb:tommyha]