Saturday, 20 April 2024, 18:28

gaulislam edisi 347/tahun ke-7 (18 Sya’ban 1435 H/ 16 Juni 2014)
 

Pengennya sih rehat dari semua hal yang berseliweran di benak. Tetapi makin pengen rehat, malah yang terjadi makin bikin pusing kepala. Gimana pun juga—selama kita masih hidup—mau nggak mau kita tetap harus menghadapi semua yang kita temui. Seperti yang kamu juga rasakan sekarang ini, di semua tempat yang kita temui sesak dengan kampanye pilpres, piala dunia dan (masih berharap) semoga ada juga hingar-bingar syiar Islam. Namun apa daya, nampaknya masyarakat kita juga ikut-ikutan mabuk kampanye pilpres dan juga ditambah hajatan penggila sepak bola seluruh dunia yang digelar sebulan penuh.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Itu baru dua persoalan besar yang bisa kita temui saat ini. Belum lagi masalah lainnya yang sudah terbiasa hadir. Coba aja kamu inget-inget kalo nonton acara berita di televisi atau baca koran dan majalah. Rasa-rasanya yang namanya kasus pembunuhan, pelecehan seksual, depresi, kejahatan seksual, seks bebas, pencurian, perampokan, narkoba, miras dan puluhan problem kehidupan lainnya bikin puyeng kepala. Itu semua hadir di sini. Di sekitar kita. Kalo nggak kuat nahan sih, bisa-bisa ubun-ubun kamu ngebul alias berasap dan siap meledak (*lebay)

Sumpah, kampanye pilpres itu bikin muak dan menyebalkan. Bukan karena saya nggak suka sama capres/cawapresnya lho. Tetapi yang saya benci 100 persen adalah sistemnya. Ya, sistemnya. Sistem demokrasi ini bukan saja bertentangan dengan Islam, tetapi juga menentang Islam. So, siapa pun presidennya nanti tetap aja yang jadi pemenangnya adalah sistem demokrasi. Percuma saja kedua kubu yang saling berseberangan di antara pendukung capres/cawapres saling serang di jejaring sosial dengan mengeluarkan caci-maki dan kata-kata kotor, karena upaya mereka tak akan menjadikan negeri ini damai. Justru sebaliknya, masyarakat jadi muak karena tingkah para pendukung calon pemimpin tersebut malah ngajarin nggak bener. Gawat bener!

Nah, ngomong-ngomong soal syiar Islam, adakah gaungnya di antara kampanye pilpres? Hehehe… jangan tanya soal itu Bro en Sis, sudah untung ada bau-baunya dikit meski maksaian. Ya, paling-paling ada di antara pendukung capres itu dari partai (yang ngakunya) Islam. Bawa-bawa label Islam dan berteriak “Allahu Akbar”. Duh, sakit banget telinga karena teriakan yang seharusnya berada di tempat yang benar itu malah dipake buat kampanye atau pendukung capres yang tidak menerapkan syariat Islam. Silakan saja kamu ingat-ingat dalam debat capres di televisi, apa ada dari kedua capres yang berani dengan lantang ingin menerapkan syariat Islam? Padahal keduanya (ngakunya) Muslim. Betul?

Sobat gaulislam, walhasil nih, gelegar kampanye pilpres cuma dijejali dengan janji-janji yang belum tentu bisa dipenuhi, umbar omong kosong yang segera pula dilupakan saat semuanya berakhir. Setelah itu kembali rakyat gusar menatap masa depan yang tak kunjung bisa dirasakan bahagianya. Bahkan mungkin bermimpi dan membayangkan rasa bahagia saja sudah takut dan khawatir karena bisa jadi tak akan bisa dirasakan. Ya, inilah ironi negeri demokrasi. Sepertinya di luar semua tampak baik-baik saja, padahal di dalamnya busuk dan berpenyakit. Mengerikan!

Bagaimana dengan Piala Dunia, apakah ada syiar Islam di dalamnya? Hadeeeuhh.. kamu kok nanyanya nggak kira-kira sih? Mana ada syiar Islam di Piala Dunia. Meski ada kontestannya di ajang itu negeri muslim bernama Al-Jazair, tapi saya kok nggak yakin syiar Islam bakalan bersinar di ajang itu. Orang Islam memang banyak di sana, sama seperti di negeri kita. Tetapi sepertinya cuma casing-nya doang, sebab jeroannya udah bukan lagi pribadi Muslim sejati. Kamu bisa lihat sendiri kan kelakuan mereka di stadion nonton pertandingan sepak bola? Mana campur baur laki perempuan, ada pula yang membuka aurat dan beragam kemaksiatan lainnya. Oopss.. bukan merasa diri sok suci dan sok alim, saya cuma ngingetin bahwa kita seharusnya bisa membedakan mana cahaya mana gelap. Iya kan? Setidaknya bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Tentu saja sambil berusaha kita juga berbuat baik, dan hindari yang buruk. Bukan begitu? Sip!

Lalu di manakah syiar Islam itu? Aha! Di Ramadhan! Yes! Memang musimnya syiar Islam ya di bulan Ramadhan. In sya Allah nggak sampe dua minggu lagi kita bakalan ketemu Ramadhan. Bulan mulai penuh barokah dan semua hal bisa jadi syiar Islam. Keren!

Eh, tapi apa bener sih, syiar Islam maraknya cuma di bulan Ramadhan? Ya, setidaknya sudah ada, syukuri saja daripada nggak ada. Emang sih, bagusnya sepanjang waktu, sepanjang hari, seminggu penuh, setiap bulan, sepanjang tahun. Terus berjalan syiar Islam untuk memberikan seruan hangat dan mencerahkan serta mengarahkan kaum muslimin ke jalan yang benar. Semoga ke depannya begitu. Aamiin.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kalo ditanya syiar Islam yang marak ya memang umumnya di bulan Ramadhan. Tetapi kalo ditanya, apakah selalu ada syiar Islam meski tidak semarak? Jawabannya tetap ada. Semoga saja buletin kesayangan kamu ini yang saban pekan sejak 29 Oktober 2007 ini menemani kamu hingga sekarang nggak pernah absen sampai hari kiamat untuk terus mensyiarkan Islam meski hanya seminggu sekali. Semoga pula tumbuh buletin lainnya, atau kegiatan keislaman lainnya di sekolah, di kampus, di kantor, di masjid, di perumahan-perumahan, di pusat-pusat keramaian meski bukan di bulan Ramadhan. Wuih, keren banget membayangkannya saja. Kamu juga pasti senang kan jika benar-benar terwujud?

 

Kitalah yang harus tetap mensyiarkan Islam

Nggak usah ngadelin orang lain. Nggak perlu nunggu-nunggu orang lain berjuang mensyiarkan Islam. Kita yang udah pada sadar ini segera bangkit dan bergerak untuk menebarkan manfaat Islam dan hebatnya kehidupan umat manusia jika diatur oleh syariat Islam. Islam tak lagi sekadar teori di buku-buku fikih atau dipelajari di sekolah dan kampus, tetapi hadir di tengah masyarakat dalam bentuk ril berupa penerapan syariat Islam oleh negara. Wah, rasanya bahagia itu akan segera kita rasakan jika kita berjuang dengan konsisten untuk mewujudkannya. Kamu mau kan berjuang untuk Islam? Nama kamu kan sudah islami, masa’ sih kamu menolak syariat Islam?

So, nggak usah khawatir meski sekarang banyak orang yang hanya peduli dengan kampanye pilpres, yang egois karena cuma nyenengin diri mereka sendiri dengan asik nonton sepak bola di hajatan piala dunia meski kudu begadang hampir sebulan penuh. Hehehe.. ternyata rajin juga bangun malam kalo ada tayangan sepak bola. Kalo bangun untuk shalat malam, kayaknya susah banget deh. Ya, keimanan itu memang tak bisa dibeli atau diturunkan, tetapi memang harus dicari dan dipelajari serta dikokohkan dengan takwa dan banyak beramal shalih. Hidayah memang mahal, tak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah. Bahkan umumnya kudu ada perjuangan khusus dari diri kita untuk mendapatkannya. Keren kan hidayah itu?

Sobat gaulislam, mengapa kita yang harus mensyiarkan Islam? Ya iyalah. Saya, kamu, dan semua kaum muslimin adalah bagian dari Islam. Sudah sepantasnya mencintai Islam dan tentu saja berani memperjuangkan Islam. Paling minimalkan banget adalah menghidupan Islam di dalam diri kita, di keluarga kita, dan di masyarakat kita. Syukur-syukur bisa mencapai seluruh negeri ketika Islam diterapkan sebagai ideologi negara. Keren bingit! Sumpah! Bukan sekadar bilang wow gitu lho.

Islam udah lengkap turun dan menjadi tuntunan bukan hanya buat kaum Muslimin, tapi untuk semua manusia. Islam tuh rahmatan lil alamin alias rahmat bagi seluruh alam (termasuk umat manusia). Tentu, jika manusia mau memahami Islam dengan benar dan dari sumber yang benar. Sebagai Muslim, kayaknya kagak pantes banget kalo kita nggak mau diatur oleh Islam dalam hidup ini. Allah Swt. menjelaskan dalam firmanNya (yang artinya): Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Hanya kepada Allah Ta’ala kita berharap dan memohon segala pertolongan. Semoga kita semua diberkahi, dirahmati, dan senantiasa dilindungi oleh Allah. Allah Ta’ala nggak bakalan salah dalam mengkalkulasi amalan kita. Jadi, yuk sama-sama kita mensyiarkan Islam dan tentu saja berjuang untuk membela Islam. Semoga keimanan, ketakwaan, keberanian, keikhlasan, dan semangat juang senantiasa menjadi penggerak dakwah kita. Tentu, agar Islam tetap bergema hingga akhir jaman.

Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda (yang artinya): “Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru yang ditem­bus malam dan siang. Allah tidak akan mem­biarkan satu rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya se­hingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban)

Bro en Sis rahimakumullah, sampai paragraf barusan, apa yang ada di benak kamu? Mau berhenti mencintai Islam, atau semakin cinta sama Islam? Pilihan ada di tangan kamu. Tetapi saya menyarankan agar kamu tetap menjadi muslim sejati, terus berupaya mengokohkan keimanan, tetap bertakwa, gemar mencari ilmu dan rajin beramal shalih karena kamu tetap mencintai Islam. Iya, kamu! Ok?

Nggak usah mikirin kampanye pilpres atau piala dunia. Sayang banget kalo pikiran dan tenaga kita difokuskan kepada kedua hal itu. Tetapi, jika ada yang tanya, memangnya kita nggak boleh sama sekali mikirin persoalan kampanye pilpres dan piala dunia? Hehehe.. tepatnya bukan mikirin, tetapi memperhatikan saja. Ya, kita boleh memperhatikan kedua hal itu, tetapi sekadarnya saja sebagai bahan cerita kalo ada yang ngajak ngobrol di warung kopi atau di kantin sekolah. Tetapi obrolanmu kudu membawa misi, yakni syiarkan Islam di sela-sela obrolanmu tentang hiruk-pikuk kampanye capres dan hingar-bingar piala dunia di Brasil sono.

Bener lho. Silakan saja mau nonton acara debat capres. Boleh-boleh saja sebagai bahan wawasan kita mengetahui dan mengukur calon pemimpin negeri ini dalam lima tahun ke depan. Sekadar nonton pertandingan pilihan di piala dunia, silakan saja, sekadar hiburan. Tetapi ingat, jangan kebablasan—apalagi ampe ninggalin kewajiban sebagai muslim. Sebab, tugas utama kita sebagai muslim adalah mensyiarkan Islam. Kampanyekan kemuliaan Islam dan berharap semoga bisa menaungi seluruh permukaan bumi ini dengan kalimat “laa ilaaha illallaah”. Semangat! [solihin | Twitter @osolihin]