Friday, 19 April 2024, 09:53

gaulislam edisi 375/tahun ke-8 (7 Rabiul Awwal 1436 H/ 29 Desember 2014)

 

Hai sobat gaulislam, malam tahun baru ini mau ke mana? Belum punya rencana? Gini deh, kalo kamu udah punya rencana, atau belum punya rencana tapi pengen ngerayain tahun baru, sebaiknya kamu baca gaulislam edisi ini dulu deh. Biar temen-temen ngerti gimana sejarah en hukumnya ngerayain tahun baru dalam Islam. Tentu aja yang saya maksud tahun baru masehi ya. Tahun baru Islam sendiri sih udah lewat. Terus apa untungnya kita tahu sejarah en hukumnya? Ya, tentu biar bisa nentuin sikap dong. Seorang muslim itu ketika hendak berbuat, wajib tahu dulu hukum perbuatannya itu. Supaya apa? Supaya nggak salah jalan, apalagi sampe terperosok ke jurang. Jangan sampe deh.

Tahu kan gimana suasana tahun baru? Ya seperti biasa, dilalui dengan hiruk-pikuk, hura-hura, pesta en kegiatan gaje (nggak jelas) lainnya. Kok gaje sih? Iya. Coba deh, kalo dipikir-pikir, perayaan tahun baru itu udahlah nggak manfaat, dekat dengan maksiat lagi. Sebut aja dari begadang, pesta kembang api, ngeband, makan-makan sampe nongkrong-nongkrong doang bareng temen. Perhatiin deh, banyak banget yang begadang semalam suntuk demi nunggu detik-detik pergantian tahun. Padahal nggak ditunggu juga, harinya bakal lewat kok. Bahkan ada yang nerusin begadang sampai menjelang pagi. Akibatnya, bisa ketebak deh. Gara-gara melototin jam pergantian tahun, giliran shubuh matanya merem alias nggak sholat Shubuh. Na’udzu billahi min dzalik. 

Parahnya lagi, ada juga yang ngerayain pergantian tahun dengan pesta seks, miras en narkoba. Beneran? Percaya atau nggak, tapi emang gitu kenyataannya. Menurut laporan dari BKKBN, kondom emang laris manis tiap akhir tahun tepatnya menjelang tutup tahun begini. Parahnya kebanyakan pembelinya adalah remaja. Nggak heran kalo penginapan, vila, hotel en sejenisnya, ikutan laris disewa pelanggan. Jadi ngerti kan, apa hubungannya alat kontrasepsi yang laris dengan larisnya penyewaan penginapan?

Gitu juga dengan miras en narkoba. Dua barang haram ini malah jadi idola pada perayaan tahun baru. Padahal udah terbukti, miras udah bikin pengkonsumsinya mati konyol. Apalagi seperti yang terjadi belakangan ini, 37 orang meninggal gara-gara minum miras oplosan. Parahnya, Pak Gubernur Jakarta bilang, itu gara-gara miras yang pabrikan di larang beredar, jadi orang-orang mengkonsumsi yang miras oplosan. Wah, ini sih bener-bener logika yang ngaco. Emang mau negara ini generasinya jadi generasi pemabuk? Dilarang aja udah banyak yang mabuk, gimana dibolehin, ya?

 

Ini nih, sejarah tahun baru

Sobat gaulislam, kamu perlu tahu soal ini. Yup, tahun baru masehi, gimana pun nggak bisa dilepasin ama sejarahnya. Banyak versi sih, tapi yang paling pas sepertinya yang ini. Jadi tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Nggak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, ahli astronomi dari Iskandariyah. Sosigenes nyaranin supaya penanggalan baru dibuat mengikuti revolusi matahari, seperti yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari. Caesar nambahin 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga minta agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan pada bulan Februari, supaya bisa menghindar dari penyimpangan dalam kalender baru ini. Sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia sempet ngubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Terus, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, jadi bulan Agustus.

Tapi, dalam perkembangannya, ada seorang pendeta Kristen bernama Dionisius yang kemudian manfaatin penemuan kalender Julius Caesar ini untuk diadopsi jadi penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus. Masehi sendiri adalah nama lain dari Isa Al Masih. Terus, perayaan ini dilestariin en nyebar ke Eropa. Seiring muncul en berkembangnya agama Kristen, perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja jadi suatu perayaan “suci”. Satu paket dengan hari Natal. So, jangan heran kalo ucapan Natal en Tahun Baru dijadiin satu, yaitu “Merry Christmas and Happy New Year”

 

Islam udah punya hari raya

Sobat gaulislam, dari sini terbuktikan kalo perayaan tahun baru itu dimulai dari orang-orang kafir en dari dulu udah dirayain oleh orang-orang kafir. So, sama sekali bukan dari Islam. Islam sendiri udah punya tahun baru. Tapi, tahun baru Islam sendiri nggak dianjurkan untuk dirayain. Rasulullah cuma nganjurin untuk merayakan hari raya Idul Fitri en hari raya Idul Adha. Pas Rasulullah ke Madinah en ngeliat orang-orang bersenang-senang ngerayain hari raya terbesarnya orang Persia bangsa Majusi dengan berbagai permainan, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari itu dengan yang lebih baik dari keduanya yaitu hari raya Idul Adha dan Idul Fitri.” (HR an-Nasa-i no. 1556. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Bro en Sis rahimakumullah, selain itu, ngerayain tahun baru itu termasuk perbuatan niru-niru budaya orang kafir. Bahasa gaulnya, tashabbuh. Dari dulu tuh ya, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam udah wanti-wanti kalo kita, sebagai umat Islam haram hukumnya ngikutin jejak orang Persia, Romawi, Yahudi en Nashrani. Sabda Beliau, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.Maka, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi? (HR Muslim no. 2669, dari Abu Sa’id Al Khudri)

Lihat deh Sob, apa yang dikatain Rasulullah emang terjadi saat ini. Dari perayaan tahun baru, gaya hidup, makanan, sampe model pakaian, kaum muslimin ngikutin mereka. Coba deh liat model baju cewek-cewek sekarang, dari ibu-ibu sampe remaja, nggak beda dengan baju atau pakaian oang kafir. Minim abis!

 

Akibat sekularisme

Bro en Sis Rahimakumullah, please! Udah saatnya kamu melek en bersikap kritis. Di balik acara tahun baru yang bener-bener full maksiat itu, sebenernya ada kepentingan bisnis para pengusaha besar. Nggak peduli mau maksiat kek, mau generasi rusak kek, nggak ada manfaat kek, mereka mendorong masyarakat untuk membelanjakan uangnya sebanyak-banyaknya. Bagi mereka, mengeruk keuntungan sebesar-besarnya adalah tujuan utama.

Parahnya, mereka ini didukung ama media massa yang gila-gilaan sosialisasi en mem-blow-up gaya hidup bebas en liar ini. Terus, ulamanya pada kemana? Sobat, saking maraknya serbuan media massa ini, himbauan dari para ulama pun jadi kalah. Akibat dari sistem sekular yang nguasain negeri ini, agama nggak punya peran dalam kehidupan. Apalagi pengaruh media massa itu kuat banget. Mereka yang berkepentingan di belakangnya sengaja manfaatin momentum ini untuk ngajak en ngarahin masyarakat terutama remaja untuk berpikir bebas tanpa aturan, foya-foya, hura-hura sehingga ketika diajarin en didakwahin Islam, sulit nerimanya. Jawab deh, kira-kira kalo mau ngajakin temen, lebih gampang ngajakin ke konser musik atau ke pengajian? Tuh kan!

 

Kudu kritis en sesuai syariat

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. So, sekarang jelas banget kan kalo perayaan tahun baru itu bener-bener gaje? Bukan hanya dari sisi sejarahnya tapi juga aktivitasnya. Perayaan tahun baru itu budaya kafir yang penuh kepentingan untuk merusak umat Islam. Maka udah seharusnya kaum muslimin nggak terus-terusan latah ngikutin tradisi ini. Sayangnya, pemerintah yang harusnya bantuin mencegah fenomena ini, eh malah membiarkan en terkesan ngedukung.

Sobat, sekali lagi, udah saatnya kita kritis. Ingat lho, setiap perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban. Makanya sebelum berbuat, pikirin dulu sesuai syariat apa nggak? Allah Ta’ala ridho apa nggak dengan apa yang kita perbuat? Jangan takut dikatain nggak gaul atau kampungan. Kalau ada temen yang ngatain kamu kampungan karena nggak ikut ngerayain tahun baru, jawab aja, “Biarin kampungan karena nggak ngerayain tahun baru, yang ngerayain malah lebih primitif karena udah ngikutin tren budaya jahiliyah.” Bener kan? Harus berani bilang gitu.

Begitulah faktanya, Bro en Sis. Emang udah saatnya negeri ini menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah. Khilafah Islamiyah itu akan melarang setiap aktivitas yang merusak akidah umat Islam seperti perayaan tahun baru en propaganda media massanya. Selain itu, Khilafah Islamiyah juga akan mencegah setiap tindakan kemaksiatan yang mungkin muncul dengan pendidikan akidah yang kuat pada masyarakat, terutama remaja yang masih ababil. Semoga nggak lama lagi ya? Semangat! [Wita Dahlia | Twitter @WitaDahlia]

2 thoughts on “Perayaan Tahun Baru Itu Gaje!

  1. kak , teman saya ada yang kristen nih.
    terus dia ngucapin “selamat tahun baru ” pada saya.
    saya tau kalao kita ngucapin tahun baru itu hukumnya haram bagi islam.
    tapi karena saya temannya, ada rasa tidak enak untuk menolak ucapannya.
    ya saya ucapin juga ” selamat tahun baru ” padanya .

    dan itu gimana kak?? hukumnya apa ?

    karena saya menganggap itu hanya sbgai toleransi beragama saja dan tidak ada niat untuk mengikuti mereka.

    terimkasih .

    Justru toleransi beragama itu adalah ketika masing2 tahu batasannya. Maka, seharusnya ditegaskan bahwa tidak akan melakukan sesuatu yang dilarang dalam pandangan Islam. Hubungan pertemanan tetap jalan, tapi masalah akidah masing2. Maka, seharusnya tak perlu ikut mengucapkan, apalagi merayakannya. Karena hal itu berdosa. Kalo udah terlanjur, perbanyak amal shalih dan mohon ampunan. Dan, jangan diulang lagi.
    redaksi gaulislam

Comments are closed.