Thursday, 18 April 2024, 11:31

Ortu, orang utan eh orang tua yang melahirkan, membesarkan dan mendidik kita. Sedari kita kecil sampe kita jadi manusia sebenarnya (emangnya kita dulunya belum manusia ya?). 24 jam sehari waktu kita mayoritas ada bersama mereka. Apalagi kalo masih balita. Gedean dikit (jangan banyak-banyak, nanti batuk!), banyak waktu dihabiskan lebih dengan teman sebaya. Sekolah, kursus ini-itu, mendekam dalam kamar, main gitar lebih menjadi favorit kita daripada ngobrol dan bercengkerama dengan ortu. Iya apa bener? (jangan milih apa, lho!)

Belum lagi ortu yang biasanya suka otoriter dan diktator (bukan jual diktat beli motor) bikin si anak malas dekat-dekat. Mau ini jangan, mau itu nggak boleh. Semua serba dilarang. Jadilah jurang antara ortu dan anak menganga lebar (kayak mulutmu yang sedang menguap itu. Awas ada lalat!)

Kayak-kayaknya sih nggak bakal bisa ortu dan anak jadi temenan atau jadi sahabat. Apa iya? Soalnya kan ortu suka banget nganggap anaknya sebagai anak yang masih kemaren sore, masih kecil, masih bau kencur. Sedangkan mereka menganggap dirinya sudah makan asam garam serta gula kehidupan. Semua omongan dan keputusannya pastilah benar dan harus duturut (emangnya atasan perusahaan?). Ih..bete banget kalo kondisi ortu dan anak udah kayak gini. Lalu gimana dong supaya ortu dan kita sebagai anak tetap harmonis dan ada suasana saling hormat dan menyayangi serta mencintai? Kita tanyakan pada Galilei-Galileo (yee.. apa hubungannya!).

Ortu POV
Maksudnya orang tua point of view, sudut pandang kita lihat dari orang tua. Gimana sih rasanya jadi orang tua itu? Sejak awal kelahiran kamu, ortu sudah deg-deg plas. Lahir, menjadi bayi kemudian beranjak kanak-kanak, ortu masih punya peran besar. Ketika beranjak remaja, anak sudah tak lagi sama. Yang sudah mulai ingin mandiri tapi masih minta or nodong duit ke ortu, yang udah pingin dianggap dewasa tapi sikapnya masih kekanak-kanakan (sekolahin aja lagi di taman kanak-kanak! Mau?).

Di sini seringkali ortu juga serba salah. Mau memperlakukan kamu kayak biasanya, nyatanya kamu udah agak gedean dikit. Mau diperlakukan kayak orang dewasa, nyatanya kamu masih kecil. Emang ini yang bikin bingung 14 keliling ortu (bosen ah, pusing tujuh keliling)

Jadi ortu emang nggak mudah. Apalagi di jaman sekarang. Kondisinya bener-bener nggak sama dengan kondisi di mana para ortu kita masih remaja dulu bagaikan bumi dan langit. Jadilah ortu diliputi rasa was-was tentang perkembangan anaknya, apalagi pergaulannya di luar sana. Rasa khawatir ini diekspresikan ortu menjadi larangan-larangan buat kamu, anak-anaknya.

Ortu merasa bertanggung jawab atas berhasil atau gagalnya si anak. Dan untuk kamu yang semua apa kamu inginkan diizinin ortu, bisa-bisa ortu tidak punya rasa khawatir terhadap kamu. Ortu akan membiarkan kamu, entah kamu jungkir balik nggak karuan sampai kamu kepleset atau sampai jatuh baru ortumu nangis sejadi-jadinya. Emang ortu itu kadang tidak memikirkan apa yang terjadi pada anaknya setelah keinginan anaknya itu dipenuhi atau dituruti. Pusing, pusing, pusing!

Remaja POV
Nah sekarang kita lihat point of view or sudut pandang remaja. Remaja itu kan identik dengan pencarian jati diri. Mencari sosok ideal untuk dijadikan panutan. Keterikatan remaja dengan teman mainnya jauh lebih besar daripada keterikatan dengan ortunya. Beda banget dengan kondisi anak-anak yang ikatan kepada ortu emang jauh lebih besar. Kondisi ini yang biasanya membuat remaja cenderung nggak nurut sama ortu. Bersyukurlah kamu yang ortunya mempunyai banyak kekangan (lho, kok?). Jangan bingung dulu, itu tandanya bahwa kamu termasuk anak yang diperhatiin sama ortu. Jangan senang kalau kamu tidak dikekang ortu untuk nglakuin yang kamu mau. Itu tandanya, ortumu nggak perhatian banget ama kamu. Begitu.

Kadang kita anggap ortu udah ketinggalan jaman, sementara itu perkembangan remaja yang semakin beda dengan masa kanak-kanak, jadinya kita merasa ortu sudah nggak bisa ngikuti tren lagi. Padahal ortu jaman sekarang lebih gaul daripada anaknya. Contohnya aja ortu udah bisa ngobrol ama orang di lain tempat yang nun jauh alias chatting sedangkan anaknya belum bisa dan nggak tahu caranya. Bahkan pake HP yang mudah aja nggak bisa. Kamu jangan pernah merasa gaul kalau kamu belum ikut kegiatan rohis di skul-mu. Betul nggak?

Akur yuk ama ortu
Akur sama ortu? Kenapa nggak. Biar bagaimana pun ortu adalah orang yang berjasa banget buat kehidupan kita. Merekalah orang pertama kali yang mengenalkan kita pada kehidupan di dunia. Mengenalkan kita arti senyum, tawa, tangis dan kecewa, serta arti cinta (kayak lagunya Ari Lasso aja!). Semua hal dalam hidup yang kita alami dan rasakan tak terlepas dari peran ortu. Kalo pun ada kesenjangan di antara anak dan ortu, paling itu cuma masalah komunikasi dan kata (kuis komunikata doong?)

Nah, kita nih yang kudu nyadar untuk menjembatani komunikasi dua arah (telepon, kah?) antara ortu dan anak. Nggak ada salahnya kok kamu cerita dan curhat sama ortu tentang apa saja yang kamu alami. Mulai pengalaman di sekolah, teman-temanmu, guru-gurumu, aktivitasmu di rohis, grup pecinta alam, di tempat kursus, sampe kamu dikejar anjing dan lari terbirit-birit.

Bisa juga sekali tempo kamu ajak ortu hang out bareng. Misalnya aja waktu belanja kebutuhan sekolah beli buku, tas, sepatu, beli perlatan musik, beli peralatan komputer, atau apa aja. Selain bisa menambah rasa saling terbuka dan bisa ngirit duit kamu karena ortu pasti kasian liat anaknya beli barang keperluan pake uang sendiri dan akhirnya semua yang kamu perlukan dibelikan semua pake duit ortu.

Bila temenmu datang main ke rumahmu, sekali-kali ajak juga ortu untuk ikut nimbrung obrolan kita ama teman. Maksudnya biar ortu tahu dengan siapa kamu berteman. Dengan anak manusia atau dengan anak selain manusia (Iihh…. syerem, Auu…).

Kalo teman-temanmu memang tipe anak yang bisa dipertanggungjawabkan, ortu jadi percaya dengan kamu dan keputusanmu dalam memilih teman. Beda kalo teman yang kamu punya suka minum minuman keras dan bolos sekolah (itu bolos makan juga nggak ya?), maka jangan salahkan ortu kalo mereka jadi was-was dan nggak percaya sama kamu.

Ortu pun bisa menyawa atau membeli Spy-Agent untuk memata-matai gerak-gerikmu selama kamu berada di luar rumah sampe di kamar kamu. (WARNING! Ini nggak berlaku kalo kamu ke kamar mandi).

Intinya tuh, di kamunya sendiri. Kamu ingin dipercaya ortu biasakan seperti tulisan di atas itu dan ditambah dengan membiasakan diri menyapa ortu dengan senyuman. (Kan, senyum itu ibadah. Apalagi ama ortu. Tul nggak?). Tapi jangan senyum-senyum terus, nanti malahan kamu dibawa ortu ke RSJ. Pastikan diri kamu ke ortu bahwa kamu baik-baik saja dan normal-normal aja. Jangan sampe di atas normal. Bisa berabe urusannya. Atawa kamu ingin sebaliknya? Up 2 U!

Kalo kamu dimarahi ortu atau dilarang ortu jangan ngambek masuk kamar dikunci rapat-rapat, ortu bukannya malah kasihan atau salut tapi malah kesel dan kamu pasti malu kalo laper terus keluar menuju meja makan bareng ortu.

Sebaiknya nih, kamu tetap di tempat dan jangan bergerak! (kok jadi nyuruh sih?). Berandai-andai saja kamu sedang nginjek ranjau yang siap saji dan kalau kamu beranjak, ranjau itu siap memakanmu mentah-mentah tanpa diberi bumbu dan digoreng. Kalau kamu bertingkah demikian, ortu akan salut kepada kamu karena kamu tegar menghadapi ranjau itu (lho kok, jadi membahas soal ranjau gini seh?) sehingga ortu mikir lagi sebanyak bilangan: 22+43+890+45= (itung aja sendiri!) tentang apa yang kalian inginkan. Dan ada dua kemungkinan. Boleh atau tetep nggak boleh itu terserah ortu yang penting… So What Gitu Lho…!

Selain itu kamu juga bisa melakukan pendekatan atau PDKT ama ortu dengan cara kalo aja ortumu capek karena habis masak atau kerja, pijitin aja kakinya atau pundaknya. Jangan takut melakukan itu. Nggak mungkin dong ortu kalau dipijitin nolak apalagi sampai kamu ditendang. Mungkin aja kamu nggak sengaja ketendang ortu karena ortumu heran kenapa kok kamu tumben mijitin (biasanya kamu bikin capek, sih. Dasar!).

Mungkin dengan cara lain yaitu lewat curhat. Nggak hanya sahabat yang dijadiin tempat curhat melulu. Kasihan kan, sahabatmu pasti capek mikirin curhatmu. Oleh karenanya, jadiin ortu sebagai tempat curhat cadangan (emangnya mau main bola?). Entah masalah uang jajan, kekurangan dana untuk kegiatan yang bermanfaat, de el el.

Mungkin dengan kamu melaksanakan resep-resep di atas, ortumu bisa jadi akan sehati dengan kamu dan mungkin juga hanya setengah hati (keluar deh ADA Band-nya). Selain itu ortumu juga akan tahu seluruh kebutuhan jiwa ragamu, sehingga kamu dengan mudah mendapat apa yang kamu butuhkan. Ortu tidak lagi curiga kepada kamu tentang apa yang kamu lakukan.

Tapi ingat-ingat pesan mama. Jangan menggunakan kesempatan ini dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. Mentang-mentang ortu percaya ama kamu, kamu seenaknya menggunakannya dengan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt. dan RasulNya. Jangan sampe dah. Lebih baik ajak ortu shalat berjamaah di mushalla terdekat atau mintai sumbangan untuk acara yang diadakan di rohis. Dengan kegiatan itu kamu ama ortumu kan dapet pahala dari Allah Swt. daripada yang aneh-aneh, bisa-bisa kamu malah dapet dosa. Tul nggak?

Sobat muda muslim, bentar lagi kan bulan yang penuh hikmah akan datang, tentu dengan berlaku sedemikian itu menambah pahalamu sampe berlipat-lipat menjadi beberapa lipat. Jangan sampe kamu ngambek ama ortu, bisa-bisa kamu nggak dikasih uang jajan dan makan untuk buka puasa. Repot kan?

Makanya di bulan Ramadhan ini dan bulan-bulan lainnya gunakanlah untuk melahirkan sikap saling percaya, saling mendukung, saling menghargai (dan jangan sampe salah pengertian, lho!), dan bahkan saling mencintai antar anggota keluargamu terutama ortumu serta jangan saling menggebukin (yee sadis banget!).

Enak lho kalo kamu sekeluarga bisa nyetel abis. Manfaatnya banyak, misalnya aja kamu bisa berunding untuk mempertimbangkan baik-buruknya kegiatan yang kamu lakukan dengan ortu, kamu bisa didukung ortu untuk malakukan kegiatan semacam acara rohis, dan kamu juga bisa menghemat uang jajan. Enak kan?

Makanya, kamu jangan musuhan ama ortumu walaupun kadang ortumu yang salah. Peristiwa apa pun yang terjadi di rumahmu jadikan itu menyenangkan. Dan tetep akur sama ortu. Dijamin, kamu nggak bakalan nyesel. Coba deh! Dan rasakan khasiatnya (yee kayak iklan minuman energi aja!). [Tito Firmanto, kontributor magang di STUDIA. Pelajar kelas 1 SMAN 7 Surabaya]

(Buletin STUDIA – Edisi 264/Tahun ke-6/3 Oktober 2005)

4 thoughts on “Akur Sama Ortu

  1. Yap.betul bgd..
    Kita semua seharusnya bersyukur msh punya ortu.
    Sayangi dia.
    Jaga dia.
    Jgn sampai ketika allah memanggil ortu qta ,dan qta baru menyesal..
    Wasslm..

  2. APA SIHHHHHHH KEMAUAN SAHABAT PALING KALAU SAHABAT PALING BAIK. TIDAK MINTA UANG KEPADA TEMANYA TERUTAMA MAMA NYA KALO TEMAN YANG BAIK .TIDAK MEMARAHI ADIK NYA KALO ADIKNYA TIDAK SALAH.APA LAGI TERUTAMA MAMA NYA. BAIK . KALO TEMAN YANG JAHAT PASTI MEMARAHI MAMANYA TERUTAMA ORANG TUA NYA AQ TIDAK SUKA TEMAN YANG NAKAL.

Comments are closed.