Friday, 19 April 2024, 00:54

Media massa lokal dan internasional ngasih tahu kalo pada tanggal 10 April 2005 kelompok ekstrim sayap kanan Yahudi Revava berniat menyerbu Masjid al-Aqsha. Untungnya kaum Muslimin dari berbagai penjuru wilayah Palestina lebih dulu memasuki dan berjaga-jaga di sekitar masjid. Walhasil, rencana itu gagal. Tapi Revava tetep ngeyel dan bilang bakal balik lagi setelah pesan-pesan berikut ini, eh pada tanggal 09 Mei 2005 mo ngeruruk lagi. Tapi untuk kedua kalinya, rencana itu gagal lagi. Euleuh…euleuh…teu kapok-kapok nya!

Pengepungan al-Aqsha merupakan salah satu dari sekian banyak makar Yahudi di tanah Isra Mi’raj itu. Sejak mereka menjajah Palestina pada tahun 1948, tingkah polahnya terhadap tuan rumah udah kebangetan. Mereka malah punya rencana untuk melakukan yahudisasi kota al Quds (Palestina) yang tertuang dalam sebuah proyek besar bernama “Jerusalem Raya�. Proyek ini mengusung slogan “Sebanyak mungkin orang Yahudi dan sedikit mungkin orang Palestina� di al Quds. Rencana ini sempurna dilakukan pada tahun 2020 nanti. (Info palestina, 03/05/2005). Waduh!

Karena itu, pemerintah zionis Israel tiap hari kerjaanya bikin rencana jahat untuk menyingkirkan Islam dan kaum Muslimin, khususnya di?  Palestina. Apapun dijabanin biar rencananya berhasil. Akibatnya, korban harta dan jiwa banyak berjatuhan di pihak kaum Muslimin. Dalam empat tahun terakhir, sejak meletus aksi intifadhah di al-Aqsha, 28 September 2000, tercatat jumlah syuhada Palestina yang gugur akibat serangan penjajah Zionis Israel sebanyak 4.000 orang. Sementara yang luka-luka sebanyak 52.882 orang, sebagian besar dari mereka menderita cacat tetap. Sementara yang menghuni penjara-penjara Israel sebanyak 7.600 orang.

Rumah-rumah penduduk yang dirusak sebanyak 69.843 buah rumah dan 7.438 rata dengan tanah. Jumlah lembaga pendidikan yang hancur akibat bom/roket Israel sebanyak 316 sekolah, yayasan pendidikan serta perguruan tinggi. Sementara 43 sekolah lainnya berubah menjadi tangsi-tangsi militer Zionis Israel.

Masih belon cukup, Israel juga telah menghancurkan 740 ladang dan membumihanguskan 742 perkebunan, peternakan ayam dan pengembangbiakan hewan. Nggak ketinggalan 30.032 hektar jaringan irigasi serta 1311 kolam dan penampungan. Mereka juga memporakporandakan lebih dari 9066 toko dan kios.

Akibat dari aksi brutal Israel ini, sebanyak 15.879 petani kehilangan ladang garapannya; 32,3 % dari jumlah penduduk Palestina menganggur; dan angka kemiskinan selama operasi penutupan dan pengepungan militer Zionis lebih 67,6 %. Ini berdasarkan hasil sensus kemiskinan bulan Agustus 2003, juga berdasarkan kantor Pusat Statistik Palestina. (Ummi Online, 03/03/2005).

Itulah secuil fakta kebuasan Israel di negeri Palestina. Menyedihkan ya. Parahnya, pemimpin negeri-negeri Islam di Timur Tengah sono yang tetanggaan dengan Palestina paling banter cuma bisa mengecam bin mengutuk tindakan brutal Israel (Emangnya Malin Kundang pake dikutuk segala?). Dan kita yang mengaku-ngaku muslim juga sering pura-pura lupa, nggak denger, atau malah bungkam dengan kondisi sodara kita di Palestina. Ehm…jadi malu!

Bukannya nuduh, cuma faktanya banyak yang nganggap krisis Palestina sebatas masalah negeri-negeri di Timur Tengah saja. Padahal jelas-jelas negeri Palestina adalah negeri Islam dan bagian dari kaum Muslimin. Untuk menyegarkan ingatan kita, ada baiknya kita ulas sedikit sejarahnya. Nyok…nyok… nyooook…!

Sejarah Palestina
Negeri Palestina sangat erat kaitannya dengan perjalanan sejarah Islam dan kaum Muslimin. Di dalamnya terdapat Masjid al-Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum Allah Swt. memerintahkan hambaNya untuk menghadap kiblat ke dua (Ka’bah al-Musyarrafah), 16 bulan setelah peristiwa hijrah. Masjid al-Aqsha juga menjadi tempat �transit’ Nabi Muhammad saw. ketika melakukan perjalanan suci Mi’raj menuju Sidratul Muntaha setelah beliau melakukan perjalanan pada malam hari dari Masjidil Haram dalam peristiwa Isra Mi’raj.

Palestina berada di bawah kekuasaan Islam saat khalifah kedua, Umar bin Khathab ra berhasil menaklukkannya pada tahun 15 H dan menerima (kunci)-nya dari Uskup Agung Saphranius. Mereka menyepakati perjanjian masyhur, yaitu perjanjian Umariyah, yang di antara isinya (atas permintaan orang Nasrani yang tinggal di sana) adalah: “Tidak boleh satu orang Yahudi pun untuk tinggal di daerah Palestina�. Catet tuh!

Pada masa pemerintahan khilafah Abdul Hamid, kaum Yahudi yang nggak punya tempat tinggal (idih, kayak gelandangan aja…) berusaha menjadikan Palestina sebagai tempat mukimnya. Dengan bantuan Inggris, mereka berupaya memicu timbulnya krisis keuangan di Negara Khilafah Ustmaniyah. Lalu Hertzl, pemimpin senior Yahudi saat itu (1901 M), menawarkan sejumlah uang kepada Khalifah untuk memulihkan ekonomi Daulah Khilafah. Tapi dengan catatan, kaum Yahudi dibolehkan tinggal di Palestina. Namun, Khalifah Abdul Hamid dengan tegas menolak tawaran Hertz. Beliau menjawab: “Sungguh aku tidak bisa melepaskan bumi Palestina walau hanya sejengkal. Bumi itu bukan milikku, melainkan milik umat Islam. Bangsaku telah berjihad dalam mempertahankan bumi tersebut dan telah menyiraminya dengan darah-darah mereka. Lalu Yahudi itu meminta untuk orang-orang mereka, dan jika negara Khilafah suatu hari hancur, maka sungguh mereka pada saat itu akan dapat mengambil Palestina secara cuma-cuma. Namun, selama aku masih hidup, tertanamnya pisau bedah pada tubuhku lebih ringan bagiku daripada menyaksikan Palestina terlepas dari Negara Khilafah, dan hal itu tidak akan pernah terjadi. Sungguh aku tidak akan setuju untuk mencabik-cabik tubuh kita sendiri, padahal kita masih hidup.�

Ucapan Khalifah Abdul Hamid di atas, emang bikin Yahudi ciut. Keinginan mereka kudu tertunda. Tapi, harapan mereka kembali bersinar setelah pada tahun 1917 (menjelang runtuhnya Khilafah Utsmaniyah) dalam perang dunia I, Inggris berhasil menduduki Palestina. Saat itu, Inggris menetapkan sebuah perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Balfour. Isinya, Inggris menjanjikan kepada Yahudi untuk dapat menduduki Palestina dan mendirikan negara bagi mereka di sana.

Usai perang dunia II, PBB seolah mengamini rencana Inggris dengan mengeluarkan resolusi No. 181 tanggal 29/10/1947. Isi resolusi itu, menetapkan pembagian daerah Palestina menjadi dua, antara penduduknya dan kaum pendatang yang merampasnya. Lalu Inggris merekayasa perang antara para penguasa Arab yang menjadi bonekanya, dengan Yahudi sebagai bentuk penolakan pendirian negara Yahudi di Palestina. Padahal hasil akhirnya sudah ditentukan oleh Inggris. Yahudi sebagai pemenang sehingga bisa mendeklarasikan negaranya pada tanggal 05 Mei 1948 dengan menguasai sebagian besar wilayah Palestina.

Sialnya, PBB yang katanya penjaga perdamaian dunia malah memasukkan negara penjajah Yahudi sebagai anggota PBB pada tanggal 18 Maret 1949. Nggak heran kalo Israel makin belagu karena AS, Inggris, dan PBB selalu menganakemaskannya. Huh, beraninya pake bodyguard!

Yahudi, the troublemaker
Sobat, rencana penghancuran al-Aqsha oleh kaum yahudi Revava, makin menunjukkan sifat orang Yahudi yang kemaruk. Udah mah ngerampas negeri muslim, membantai penduduknya, kini mau ngancurin bangunan bersejarah umat Islam pula. Wajar kalo kebencian terhadap kaum Yahudi, sang trouble maker bukan hanya berasal dari kaum Muslimin. Seorang Presiden Amerika, Benjamin Franklin, pernah berpesan akan bahayanya Yahudi dalam konferensi penyusunan konstitusi Amerika pada tahun 1789 M: “Ketahuilah, di sana terdapat bahaya besar yang mengancam Amerika Serikat, dan itu adalah bahaya yahudi. Di mana pun mereka berada selalu menimbulkan kehancuran terhadap moralitas dasar yang luhur dan merendahkan tingkat kepercayaan perdagangan. Mereka adalah para penumpah darah dan perampas harta. Sunguh, aku mengingatkan kalian wahai para pemuka bangsa Amerika, jika kalian tidak mengusir Yahudi secara tuntas, maka anak-anak dan cucu kalian akan melaknat kalian di atas kuburan kalian.�

Salah satu alasan yang melatarbelakangi pengepungan al-Aqsha oleh Revava adalah adanya sejumlah kelompok agama Yahudi meyakini bahwa tahun 2005 adalah tahun terakhir untuk membangun sinagog Yahudi (Haikal Sulaiman) di atas Masjid al-Aqsha. Jika sampai batas ini tidak terlaksana, Tuhan bakal marah dan mengazab mereka. Makanya, mereka sampe bikin kampanya gede-gedean dalam rangka mengajak kaum Yahudi untuk menyerang dan menduduki al-Aqsha. Dari masang baliho di kota-kota besar Israel hingga sosialisasi melalui audiovisual dalam maskapai penerbangan Israel. (Republika, 13/04/2005)

Sobat, selain alasan di atas, boleh jadi rencana penyerangan terhadap al-Aqsha ini sebuat test case dari musuh-musuh Islam. Mereka pengen mengecek sejauh mana respon kaum Muslimin di luar Palestina. Kalo kebanyakan kaum Muslimin adem ayem, bukan tidak mungkin kebencian mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin makin ditunjukkin secara terang-terangan. Misalnya dengan menghancurkan Ka’bah al-Musyarofah. Nah lho?

Perkuat barisan, tegakkan khilafah
Saat ini, penjajahan secara fisik yang menimpa kaum Muslimin nggak cuma terjadi di Palestina. Terjadi juga di Irak, Kashmir (India), Chechnya, Afghanistan, Cyprus, atau Sudan (selatan). Atau tempat-tempat lain yang nggak terekspos oleh media. Dan semuanya melibatkan negara-negara adidaya yang?  melanggengkan pejajahan itu. Masihkah kita berdiam diri dengan merajalelanya penindasan terhadap sodara-sodara kita ini?

Nehi…nehi…nehi! (sambil geleng-geleng kepala!) Ya, udah saatnya kita hentikan diam kita. Sudah waktunya kita tunjukkin bahwa kaum Muslimin nggak cuma ada di negeri-negeri yang terjajah. Kita juga wajib nyadar kalo penjajahan itu terjadi karena kaum Muslimin terpecah belah. Nggak punya kekuatan seimbang untuk melawan arogansi Israel, AS, atau Inggris. Makanya kita kudu tegakkan kembali Khilafah Islamiyyah yang akan menyatukan dan menjaga kaum Muslimin serta menyelamatkan dunia dari kejahatan Israel, AS, atau Inggris.

Untuk itu, mari kita perkuat barisan perjuangan Islam dengan terjun ke dunia dakwah. Dunia yang penuh dengan limpahan pahala. Mengisi hari-hari kita dengan menyuarakan kebenaran Islam, membongkar kejahatan musuh-musuh Islam, serta meminta para penguasa negeri-negeri muslim untuk menegakkan Khilafah dan membela negeri-negeri muslim yang terjajah.

Jangan lupa juga untuk?  membekali diri kita dengan tsaqafah Islam. Nggak alergi untuk hadir dalam forum-forum pengajian, membaca buku-buku islam, atau berdiskusi dengan teman seputar permasalahan yang menimpa kaum Muslimin. Inilah langkah awal yang bisa kita lakukan untuk membela Islam dan kaum Muslimin. Yuk? Siip dah. Ayo maju! [hafidz]

(Buletin STUDIA – Edisi 245/Tahun ke-6/23 Mei 2005)