Friday, 29 March 2024, 03:23

Tewasnya Dr. Azahari yang dicap sebagai gembong teroris di Indonesia pada 9 Nopember 2005 silam di Batu, Malang, Jatim, spontan menjadi headline media massa nasional. Buronan nomor wahid berkewarganegaraan Malaysia ini emang udah lama diburu pihak kepolisian. Terutama pascatragedi bom Bali I yang menyeret �Mr. Smile’ Amrozi cs ke balik jeruji besi. Sebab hasil penyelidikan polisi menyimpulkan bahwa pimpinan aksi teror Bom yang menghujani negeri ini beberapa tahun terakhir didalangi oleh duet maut, Dr. Azahari dan Noordin M. Top.

Tapi sobat, seandainya DR. Azahari bisa ditangkep hidup-hidup, pasti asyik ya. Nah lho? Kok pengen ditangkep hidup. Bukannya doi emang pantes mati. Eits! Jangan sewot dulu. Coba pikir, seiring dengan kematian sang doktor, teka-teki pelaku aksi teror bom selama ini tetep jadi tanda tanya besar. Kalo doi masih hidup, mungkin bakal ketauan siapa dedengkot?  teroris sebenarnya. Bukan cuma operatornya aja yang ketangkep. Mungkin aja sang doktor punya atasan yang menyuplai bantuan dana maupun persenjataan. Makanya kita doain aja Mr. TOP nasibnya lebih baik dari pak doktor alias ketangkep idup-idup. Biar kebenaran sedikit terungkap.

Ya, kebenaran emang kudu cepet-cepet diungkap. Lantaran pemberitaan media massa yang mengupas tentang teroris akhir-akhir kian memojokkan Islam dan kaum Muslimin. Banyak aktivis gerakan Islam yang dicurigai terlibat jaringan teroris lalu diciduk. Pak Wapres pun jadi rajin ngegelar acara nonton bareng pemutaran rekaman vcd pengakuan pelaku bom Bali II dengan ulama dan sesepuh pondok pesantren. Plus pesan-pesan sponsor bagi pengasuh ponpes tentunya. Belum lagi permintaan mantan kepala Badan Intelijen Nasional, Hendro Priyono, agar pemerintah melarang pemikiran Sayyid Qutb dan mengubah kurikulum pesantren (Hidayatullah.com, 21/11/05). Semuanya mengarah pada pencitraburukan Islam. Bahaya neh!

Bahaya Kapitalisme tetap mengintai kita
Gencarnya pemberitaan media massa seputar terorisme banyak menyita perhatian masyarakat. Apalagi udah bawa-bawa unsur agama yang dianut pelaku teror. Agak sensi kan. Akibatnya perhatian kaum Muslimin banyak tersedot dan melupakan kondisi negerinya yang kian jauh dari aturan Islam. Kayak di negeri kita.

Berbagai kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat tak ada habisnya dikeluarkan. Awal oktober lalu kita dihadiahi kenaikan harga BBM yang gila-gilaan. Lebih dari 80 % bo! Kini, pemerintah berencana untuk mengimpor beras yang tentu saja merisaukan para petani. Alamat harga beras dalam negeri di pasaran turun. Kasian deh pak tani. Teganya pemerintah kalo rencana ini gol.

Dalam hal kemiskinan yang dihasilkan kebijakan pemerintah, menurut hasil simulasi Investor Daily (13/9), penduduk miskin akan bertambah sekitar 20 juta jika pemerintah pada awal Oktober menaikkan harga BBM sebesar 35 persen. Dan ternyata, pemerintah memutuskan kenaikan BBM lebih dari 80 %. Itu berarti perkiraan penduduk miskin pasca kenaikan BBM bertambah 40 juta. Dan angka ini masih mungkin bertambah karena keputusan kenaikan BBM awal oktober lalu bukan yang terakhir. Waduh!

Kemiskinan yang menjerat sebagian besar masyarakat ini cukup berpotensi meningkatkan tindakan kriminalitas. Demi memenuhi kebutuhan hidup yang kian sulit, para pelaku kejahatan rela menggadaikan akal sehatnya. Sehingga permasalahan sepele pun bisa memicu pertumpahan darah.

Di tengah masyarakat, prostitusi yang merajalela kian mengancam kebejatan moral. Transaksi perzinahan ini bisa ditemui dengan mudah dari pinggiran jalan hingga hotel berbintang. Meski aparat kepolisian rajin melakukan razia, hasilnya hanya sebagian kecil saja yang berhasil ditertibkan. Yang lainnya tetep berlangsung dalam lindungan oknum aparat. Hmm.. kerjasama dalam kemaksiatan.

Ancaman yang sama juga ditunjukkan oleh perilaku seks bebas remaja yang kian beringas. Baru-baru ini tersiar kabar dua pasang siswa SMA di Cianjur yang kepergok guru tengah berbuat mesum di dalam kelas saat jam pelajaran sekolah. Parahnya, mereka merekam adegan bejatnya dengan ponsel yang mereka bawa. Dan ternyata, bukan hanya dua pasang, tapi banyak siswa-siswi yang melakukan hal yang sama dalam lingkungan sekolah di waktu yang berbeda. (Sinar Indonesia, 21/11/05).

Mungkin inilah konsekuensi dari kurang seriusnya penanganan aparat berwenang dalam menertibkan maraknya pornografi dan pornoaksi. Pergaulan bebas yang dikampanyekan sinetron-sinetron remaja menggoda pemirsanya untuk mencicipi gaya hidup Barat yang sekuler. Petualangan seks remaja Barat dengan mudah diakses melalui dunia maya. Tabloid, majalah, atau vcd porno dijajakan dengan bebas di emperan jalan. Kondisi ini memancing remaja yang selalu pengen tahu untuk membeli, menikmati, mengkhayalkan, hingga mempraktikkannya di jalan yang salah. Naudzubillah!

Sobat, inilah beberapa contoh permasalahan yang setiap hari mengancam kita. Permasalahan yang timbul akibat dijauhkannya aturan Islam dalam kehidupan kita. Penerapan sistem kapitalisme-sekulerisme oleh negara mengkondisikan masyarakat untuk hidup dalam lingkungan yang bebas nilai. Sehingga menjadi budak materi dengan mengejar-ngejar kesenangan duniawi. Parahnya, kebejatan yang ditimbulkan kapitalisme seperti di atas tidak diekspos besar-besaran. Padahal sangat boleh jadi jauh lebih berbahaya dibanding isu terorisme. Karena bukan hanya 100 atau 1000 orang yang menjadi korbannya, tapi miliaran orang yang terkena rusaknya ide kapitalisme-sekularisme. Masa kita mau jadi mangsa kapitalisme terus sih?

Kita wajib nyadar, Bro!
Sobat, pascatragedi WTC tahun 2001 yang memakan korban ribuan jiwa itu, Amerika langsung menabuh genderang perang melawan terorisme. Malah George W. Bush gencar melobi para pemimpin negara untuk ikut memperkuat barisannya memerangi aksi-aksi teroris. Eh, ngomong-ngomong, siapa sih teroris yang dimaksud AS itu?

Bagi pemerintah AS, teroris adalah orang dan kelompok yang dalam prinsip dan kegiatannya tidak sesuai dengan kepentingan AS. Makanya meski terang-terangan melakukan kekerasan, membantai dan mengusir penduduk Palestina hingga detik ini, Israel sebagai anak kesayangan AS nggak dikalungkan julukan teroris kepadanya. Tapi kalo terjadi peledakan bom yang bikin heboh, tudingan selalu diarahkan pada kelompok Islam. Kalo nggak al-Qaidah, ya Jamaah Islamiyah. Basi banget kan? Padahal IRA (Irish Republican Army) di Irlandia berasal dari Katoilik yang berperang melawan Protestan. Di Spanyol, gerilyawan ETA (Euskadi Ta Askatasuna) yang dicap sebagai teroris bukan berasal dari Islam. Kenapa sekarang kok jadi sempit definisi terorismenya?

Emang basi sih. Tapi AS paling jago ngangetin tudingan-tudingan yang udah basi itu. Buktinya, setiap ada tragedi bom, AS pasti langsung ngerespon. Apalagi kalo pelakunya disinyalir berasal dari kaum Muslimin. Udah deh, doi langsung getol menawarkan bantuan dan kerjasama militer untuk menjaga keamanan negara terkait (padahal mah mau menjajah tuh!). Pada tragedi Bom Bali II awal Oktober lalu aja Kedubes AS di Jakarta langsung mengeluarkan pernyataan: “Kami akan terus bekerja sama dengan teman-teman di Indonesia di dalam perjuangan bersama melawan terorisme dan kami siap membantu apa saja yang kami bisa.� (Gatra.com, 03/10/05)

AS emang nggak memerangi Islam atau Umat Islam secara keseluruhan. Tapi menurut Guru Besar Sarah Lawrence College, Fawaz A Gergez dalam buku America and Political Islam (1999), meski para pemimpin AS menolak hipotesis clash of civilization, kebijakan AS pasca Perang Dingin memang sangat dipengaruhi oleh ketakukan adanya “ancaman kaum Islamis� (Islamist threat).

Yup, AS cukup paranoid dengan aksi-aksi gerakan Islam yang gencar melawan arogansinya. Lantaran perlawanan ini dikhawatirkan bakal mengancam penguasa dari negeri Muslim yang selama ini tunduk pada AS dan mampu menjaga kepentingan AS di negeri itu. Kalo tetep dibiarin, perlawanan ini bakal merembet ke negeri-negeri Muslim yang laen. Kondisi ini bagi AS udah red alert neh. Makanya, sebelum merembet, AS berusaha untuk menghancurkannya selagi masih kecil dan lokal. Nah, biar dapet dukungan dari dunia internasional, dirancanglah apa yang mereka sebut the global war on terrorist. Sehingga, perang melawan teroris tidak lain adalah perang melawan (gerakan) Islam. Itulah yang kini sedang terjadi. Gitu ceritanya.

Makanya kita kudu ngeh dengan hangatnya pemberitaan isu teroris di negeri ini pasca tewasnya DR. Azahari. Boleh jadi ada agenda terselubung di balik semua itu.

Pertama, pencitraburukan Islam. Pemutaran vcd pengakuan pelaku Bom Bali II, pengawasan terhadap pondok pesantren, penangkapan beberapa aktivis Islam yang dituduh terkait dengan jaringan teroris, hingga larangan pengajaran ide dari ulama sekaliber Sayyid Qutb tentu makin menguatkan opini Islam agamanya teroris. Akibatnya, kaum Muslimin dibikin ciut nyalinya untuk menyuarakan secara terbuka kebenaran Islam. Daripada ditangkep, mending nyari jalan selamet. Ogah ikut dakwah. Dan sepertinya kondisi ini yang dikehendaki oleh penggagas kampanye The War Against Terorism.

Kedua, pengalihan perhatian. Betul. Isu terorisme ini yang dianggap paling berbahaya cukup banyak menyedot perhatian masyarakat. Kebejatan moral dan kerusakan tata hidup akibat penerapan aturan kapitalisme-sekulerisme lambat laun luput dari perhatian masyarakat. Padahal ini nggak kalah bahayanya lho dengan isu teroris itu. Malah lebih berbahaya lantaran kerusakan ini nggak ada matinya selama aturan kapitalisme-sekulerisme itu tetep dipelihara oleh negara. Dan selama itu pula korban kian banyak berjatuhan. Inilah bom waktu yang tengah ditanam oleh musuh-musuh Islam di negeri-negeri Muslim. Waspadalah!

Melek politik itu penting
Sobat, di sinilah perlunya kesadaran politik. Nggak ada salahnya kita berpikir �melawan arus’ bahwa jangan-jangan terorisme di Indonesia melibatkan aksi rekayasa dari pihak asing. Soalnya menurut Pengamat Timur Tengah Riza Sihbudi mengatakan bahwa penyandang dana teroris yang disebut dari Timur Tengah itu sangat dimungkinkan berasal dari Israel. (Media Indonesia online, 20/10/05). Atau menurut Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN), AC Manulang, kemungkinan orang yang terbunuh adalah “Azahari-Azaharian�. Ada rekayasa intelijen, katanya. (Hidayatullah.com, 15/11/05)

Oke deh sobat, nggak rugi kan kalo kita melek dengan urusan politik. Kita jadi tahu banyak dan nggak gampang terjebak oleh opini yang menyudutkan Islam dan kaum Muslimin. Kalo kita cuek, bisa-bisa kita nggak diakui sebagai seorang Muslim. Seperti sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh al-Hakim, “Siapa saja di pagi hari tidak memikirkan masalah kaum Muslimin, maka bukan termasuk golongan mereka.� Nggak lah yaw!

So, meski isu teroris banyak memangsa para aktivis, tetaplah bersikap optimis. Bahwa Islam bukan agama teroris. Isu teroris dan sistem kapitalis itulah yang patut diwaspadai. Jadi jangan lupakan bahaya kapitalisme. Itu sebabnya, mari kita sama-sama gencar menyuarakan kebenaran Islam secara terbuka dan getol membongkar kejahatan dan keburukan kapitalisme. Yakin saja, karena cahaya Islam tak akan pernah padam. Tak akan pernah. Itu sebabnya, kita harus semangat memperjuangkannya. Allahu Akbar! [Hafidz]

(Buletin STUDIA – Edisi 269/Tahun ke-6/28 Nopember 2005)