Friday, 26 April 2024, 12:43

Nggak ada orang yang nyangka. Nggak ada manusia yang bisa memprediksi dengan tepat?  akan terjadinya gempa bumi di dekat atau di bawah dasar laut yang memicu gelombang besar bernama tsunami. Menurut para ahli gempa, gelombang tsunami dapat mencapai panjang 161 kilometer dan menjalar dengan kecepatan 966 km/jam (konon kabarnya setara dengan kecepatan pesawat terbang jenis Boeing 747).

Entah berapa panjang gelombang dan kecepatan menjalar tsunami yang dipicu gempa beruntun sepanjang hari di tiga tempat pusat gempa (Kepulauan Nicobar India 3 kali, Sumatera bagian utara 1 kali, Lepas pantai barat Sumatera 3 kali) dengan rata-rata kekuatan gempa di atas angka 5 pada skala richter (gempa pertama bahkan skala richter menunjuk angka 8,9). Yang jelas hasil sapuan tsunami yang terjadi apda 26/12/04 itu menyebabkan puluhan ribu orang meninggal.

Nggak tanggung-tanggung, musibah ini menghantam beberapa negara di Asia Selatan (dan sebagian kecil Afrika). Indonesia, khususnya (sebagian besar di wilayah Aceh) lebih dari 27 ribu korban meninggal dunia. Angka yang besar tentunya. Bahkan jika dijumlah secara total dari beberapa negara lainnya (India, Srilanka, Thailand, Malaysia, Myanmar, Maladewa, dan Bangladesh, bahkan sampe ke Somalia dan Tanzania) diprediksi mencapai lebih dari 55 ribu orang (Koran Tempo, 29 Desember 2004).

Selain menyebabkan puluhan ribu orang meninggal dunia, tsunami juga menyisakan kerusakan yang parah. Selain jutaan orang terpaksa mengungsi ke daerah aman, juga menghancurkan bangunan pribadi dan sejumlah fasilitas umum. Bahkan detik.com pada edisi 28/12/04 menuliskan bahwa kota Meulaboh (yang relatif paling dekat dengan pusat gempa) hampir 80% berantakan dengan jumlah korban meninggal menyentuh angka 10 ribu orang). Sampe tulisan ini selesai dibuat, korban masih terus bertambah. Wallahu’alam.

Entahlah, yang jelas saya sendiri nggak begitu semangat menulis jumlah korban dan penderitaan mereka. Selain nggak bisa dilukiskan dengan kata-kata gimana perihnya, kamu sendiri udah cukup melihat penderitaan mereka lewat gambar bergerak di layar kaca. Jadi, alangkah baiknya jika kita langsung saja memberikan batuan riil kepada mereka yang sedang membutuhkan. Minimal, ya minimal sekali adalah bantuan doa. Syukur-syukur buat kamu yang punya kelebihan rezki, bisa memberikan bantuan dalam bentuk materi. Besar atau pun kecil, yang penting ikhlas, insya Allah jadi pahala. Meski tidak sampe menyelesaikan masalah, minimal meringankan penderitaan mereka. Semoga saja kepedulian kita yang disalurkan ke pos-pos tertentu untuk diteruskan ke mereka yang tertimpa musibah tidak disalahgunakan pengelolanya. Maklumlah, siapa sih yang nggak ijo ngeliat duit mengalir deras? Semoga Allah selalu bersama kita.

Sobat muda muslim, saya nggak mau panjang lebar ngomongin kondisi tentang musibah ini, karena tulisan ini akan kalah update datanya oleh berita dari media elektronik dan cetak harian. Lagian, kalo cuma menuliskan fakta-faktanya tanpa berbuat untuk menolong mereka, juga kurang bijak. Karena, kita seolah cuma menjadikan mereka yang tengah menderita sebagai objek berita untuk dijual dan dinikmati.

Di buletin ini, saya cuma ingin mengajak kita semua (tentunya termasuk saya sendiri) untuk merenung tentang “hikmah� di balik musibah ini. Kita berusaha interospeksi dengan kenyataan ini. Kita bisa mencoba menjernihkan pikiran kita, dan juga membersihkan hati kita. Kita jujur pada diri kita sendiri. Apakah selama ini kita sudah bisa mengenal diri sendiri, mengenal siapa pencipta kita, dan tentunya mengenal hak dan kewajiban kita sendiri selama bertugas di dunia ini. Selain itu, kita juga bisa merenungkan tentang makna hidup ini. Karena, pelajaran hidup ini tak mesti dialami langsung oleh diri kita sendiri, bisa saja kita merenungkan setiap peristiwa yang dialami oleh orang lain untuk dijadikan pelajaran bagi hidup kita.

Pelajaran berharga: ujian atau murkaNya?
Nggak salah-salah amat apa yang pernah disampaikan Bang Ebiet G. Ade lewat lagu berjudul “Untuk Kita Renungkanâ€?. Puisi yang dimusikalisasi itu berisi pesan bagus, di antaranya ada lirik: “Anugerah dan bencana adalah kehendakNya, kita mesti tabah menjalani, Hanya cambuk kecil agar kita sadar, adalah Dia di atas segalanya.â€? Lengkapnya, boleh kamu dengerin?  lagunya sendiri deh, yang barangkali lebih asyik pesannya ketimbang “Ada Apa Denganmuâ€?-nya milik Peter Pan.

Sobat muda muslim, sungguh ini pelajaran yang sangat berharga. Jangan salah sangka lho. Maksud saya menuliskan “pelajaran berharga� sebagai subjudul di atas bukan berarti saya menganggap bahwa ini patut dinikmati. Nggak. Tapi yang jelas wajib direnungkan. Jadi, “berharga� di sini maksudnya adalah kejadian yang harusnya membuat kita kian taat kepada Allah dan sekaligus mengakui kelemahan kita.

Bang Ebiet benar. Ini bukan hukuman, tapi hanya cambuk kecil agar kita sadar, bahwa Allah di atas segalanya. Allah Maha Kuasa atas apa pun, sehingga Dia “berhak� menunjukkan kekuasanNya untuk memberikan pelajaran dan mendidik kita, agar lebih taat kepadaNya.

Kenapa ini disebut pelajaran dan Allah sedang berusaha mendidik kita, padahal adakalanya dengan peringatanNya yang terasa begitu keras? Jangan kaget dan jangan heran karena kita nggak pernah tahu skenario Allah. Apa yang kita anggap berat, mudah saja bagiNya. Apa yang kita anggap dahsyat, biasa saja bagiNya. Ini sekaligus menunjukkan keperkasaanNya dan kelemahan kita.

Kejadian bencana alam ini bisa kita lihat dengan dua sudut pandang. Pertama, ini semata memang ujian dari Allah Swt. Insya Allah, bagi orang-orang yang beriman ini adalah ujian. Semoga dengan kejadian yang meskipun menurut kita sangat berat, menyesakkan, dan tentunya menyedihkan, tapi jika kita bersabar, insya Allah ada pahalanya. Jangan pernah berputus asa. Firman Allah Swt.:

?ˆ???„???†???¨?’?„???ˆ???†?‘???ƒ???…?’ ?¨???´?????’???? ?…???†?? ?§?„?’?®???ˆ?’???? ?ˆ???§?„?’?¬???ˆ?¹?? ?ˆ???†???‚?’?µ?? ?…???†?? ?§?„?£?’???…?’?ˆ???§?„?? ?ˆ???§?„?£?’???†?’?????³?? ?ˆ???§?„?«?‘???…???±???§???? ?ˆ???¨???´?‘???±?? ?§?„?µ?‘???§?¨???±?????†??. ?§?„?‘???°?????†?? ?¥???°???§ ?£???µ???§?¨?????’?‡???…?’ ?…???µ?????¨???©?Œ ?‚???§?„???ˆ?§ ?¥???†?‘???§ ?„???„?‘???‡?? ?ˆ???¥???†?‘???§ ?¥???„?????’?‡?? ?±???§?¬???¹???ˆ?†??.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun� (QS al-Baqarah [2]: 155-156)

Kita kayaknya udah akrab juga dengan kalimat “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun�. Bahkan kita sangat hapal dengan maknanya. Yup, arti kalimat itu adalah “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya-lah kami kembali.� Kalimat ini oleh para mufasir (ahli tafsir) dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. Indah sekali bukan, ditimpa musibah bukannya putus asa, tapi kita malah bersabar. Jadi berbahagialah karena kita sebagai seorang muslim dan insya Allah juga seorang mukmin.

Dalam ayat lain, Allah Swt. juga menjelaskan bahwa segala musibah yang menimpa adalah atas kehendakNya:

?…???§ ?£???µ???§?¨?? ?…???†?’ ?…???µ?????¨???©?? ?¥???„?§?‘?? ?¨???¥???°?’?†?? ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???…???†?’ ?????¤?’?…???†?’ ?¨???§?„?„?‘???‡?? ?????‡?’?¯?? ?‚???„?’?¨???‡?? ?ˆ???§?„?„?‘???‡?? ?¨???ƒ???„?‘?? ?´?????’???? ?¹???„?????…?Œ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.� (QS at-Taghaabun [64]: 11)

Sobat muda muslim, kalo sudut pandang pertama musibah ini bisa bermakna ujian, maka pada sudut pandang kedua, justru kita khawatir nih, karena bisa jadi musibah itu adalah bentuk murkaNya. Mungkin lebih halus bisa disebut peringatanNya sebagai bagian dari azabNya karena kita sudah mulai lupa kepadaNya, karena kita sudah mulai berani melawanNya, bahkan nekat menentangNya serta mendustakanNya. Wallahu’alam.

“Pelajaran� tentang peringatanNya itu bisa kita simak dalam firman Allah Swt. (yang artinya): “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang? Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatanKu? Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulNya). Maka alangkah hebatnya kemurkaanKu.� (QS al-Mulk [67]: 16-18)

Sobat muda muslim, itu semua bisa kita analisis. Mengukur diri. Kita bisa interospeksi diri. Kita bisa menilai diri kita, dan berusaha mencocokkan apakah musibah ini adalah ujian atau justru bagian dari murkaNya? Masing-masing dari kita insya Allah bisa menjawabnya. Asal kita mau jujur pada diri sendiri.

Masih ada waktu
Ya, insya Allah masih ada waktu bagi kita. Kita juga masih diberikan kesempatan untuk berbenah diri, dengan melihat kejadian yang menimpa saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Berbenah untuk menjadi lebih baik. Mungkin saja kita bisa belajar lebih peka, lebih peduli, lebih perhatian kepada saudara kita. Mungkin juga kita bisa terdidik dan tercerahkan untuk lebih taat, untuk kian merasa lemah dan hanya Allah yang Maha segalanya, untuk kian meningkat kesabaran kita, bisa juga keimanan kita kepadaNya bertambah.

Mungkin saja, skenario Allah ini seperti ingin memberikan gambaran kepada kita, bahwa kita sering nggak peduli, sering nggak perhatian dan merasa tak perlu pusing memikirkan nasib saudara kita yang jauh di negeri lain. Untuk kasus Palestina, Afghanistan, Fallujah (kabar terakhir, rakyat Fallujah yang tewas hampir mencapai 100 ribu orang akibat dibantai pasukan AS) dan wilayah lain, sebagian dari kita sering hanya melahapnya sebagai berita saja. Kita menjadi pribadi yang tega mengabaikan nasib saudara kita di belahan dunia lain, hanya karena terpisah oleh jarak yang jauh dan batas negara akibat ide nasionalisme yang memang menyesatkan. Itu sebabnya, mungkin saja Allah timpakan musibah sebagai peringatanNya dalam bentuk lain, yakni dengan saudara yang dekat dengan kita yang “habis� dilumat tsunami, agar kita sadar. Wallahu’alam.

Sobat muda muslim, ini bukan kiamat kubra (kiamat besar di mana bumi akan lenyap dan akan menjadi akhir sejarah dunia), ini baru kiamat sughra (kiamat kecil) yang semoga saja menyadarkan kita untuk lebih beriman kepadaNya. Kalo pada “kiamat kecil� ini kita masih mungkin dan bisa untuk saling menolong, nanti pada kiamat besar (kiamat yang sesungguhnya) kita tak bisa saling menolong.

Insya Allah kita tak pernah takut dengan kematian, tapi bukan berarti kita mengabaikan hidup. Kita bisa berupaya untuk mencegah segalanya, misalnya tentang upaya peringatan dini akan adanya gempa atau gelombang tusnami. Mungkin pemerintah bisa mengupayakan untuk melakukan upaya peringatan dini atau semacam posko antisipasi bencana dengan mengerahkan para ilmuwannya, dan tentunya dilengkapi dengan alat yang canggih menurut ukuran saat ini.

Tapi jangan lupa lho sobat, sebagai seorang muslim, upaya kita dalam rangka pencegahan akan tidak berarti apa-apa jika Allah berkehendak lain. Itu sebabnya, selain usaha duniawi, juga kita gemar memupuk amal kebaikan agar ketika Allah menjemput kita lewat kematian dalam kondisi apa pun (sedang berjihad, diterjang gelombang tsunami, kecelakaan jalan raya, sakit, bahkan sedang tiduran di ranjang) pastikan kita udah banyak membawa amal baik yang akan “dipamerkan� di hadapan Allah. Alangkah ruginya kita, jika kematian yang memang datang tiba-tiba itu kita masih getol berbuat maksiat tanpa istirahat sedikit pun.

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang beriman, bertakwa, berilmu, bersabar, dan gemar melakukan amal sholeh. Amin. Semoga Allah mengampuni dosa kita semua dan dosa kaum muslimin yang telah meninggalkan kita selamanya. Amin. [solihin]

(Buletin STUDIA – Edisi 225/Tahun ke-6/3 Januari 2005)