Tuesday, 23 April 2024, 14:11

Kamu suka nonton pertandingan sepakbola? (mana neh para JakMania dan siapa aja yang jadi Serdadu Bonek?) Yap, dalam pertandingan sepakbola, sebuah tim terdiri dari sebelas orang, itu sebabnya disebut kesebelasan. Dari sebelas orang itu kemampuannya berbeda-beda dan sangat spesifik sesuai keahliannya. Ada yang bertugas jadi penjaga gawang. Meski �kerjaannya’ lebih banyak diem tapi bukan berarti paling enak. Tetep punya tanggung jawab di bidangnya.

Nah, karena sangat disadari betul sehebat apa pun sang penjaga gawang tetap harus dibantu pemain belakang (bek: kiri, tengah, dan kanan), malah ada juga pelatih yang memasang wing back segala. Biasanya ini untuk membantu serangan. Coba deh, Gianluigi Buffon yang jadi kiper Juventus meski doi jagoan, nggak bakalan tahan kalo tanpa dibantu Fabio Cannavaro dkk di lini belakang.

Pelapisan kekuatan itu untuk mengantisipasi kemampuan penjaga gawang yang ada batasnya. Di sinilah diperlukan kerjasama. Nggak boleh seorang striker alias penyerang merasa paling berjasa karena bisa menceploskan bola ke gawang lawan. Mustahil, tanpa dukungan semua pemain dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing bakalan menuai hasil maksimal. Kalo sendirian? Babak belur!

Kerjasama seperti ini asyik dilaksanakan dan enak buat yang nonton. Semuanya bergerak untuk menciptakan irama dan dinamika permainan yang oke punya. Bahkan, beragam pemain dengan tingkat kemampuan yang berbeda sulit disatukan jika seorang pelatih nggak ngerti en nggak menguasai teknik sepakbola dan pandai memoles sisi psikologis pemain. Iya kan?

Kemampuan dan kebijakan seorang pelatih diharapkan mampu mensinergikan kekuatan para pemain. Ada saatnya merotasi pemain jika kebetulan punya skuad banyak di satu posisi. Misalnya, ia harus pandai membujuk dan meyakinkan pemain bahwa pola rotasi yang digulirkannya tanpa maksud mengecilkan peran dari pemain tertentu. Tapi bisa dijelaskan bahwa hal itu sebagai bentuk penghematan tenaga, apalagi kompetisinya ketat seperti di Liga Inggris.

Terus kalo menghadapi pemain yang ogah dirotasi, tugas pelatih dan jajarannya untuk menjelaskan dan membantu meyakinkan bahwa keutuhan tim dan kerjasama harus dikedepankan tanpa melukai perasaan invidu pemain. Meski pada praktiknya kadang sulit dihindarkan dengan tanpa mencederai hati para pemain yang kebetulan �tersisih’ sementara. Ya, namanya juga manusia.

Itu sebabnya yang terpenting bukan sebisa mungkin berbuat adil dan menyenangkan tiap individu pemain, tapi harus diciptakan komunikasi yang terbuka. Pelatih bisa menerima kritik dan saran dari pemain, mau dan mampu mendengar keluhannya dan menentukan keputusan yang bijak dan obyektif. Pemain pun dituntut untuk berjiwa besar jika kebetulan duduk di bangku cadangan dengan alasan yang memang bisa dipertanggung-jawabkan. Bukan karena alasan politis atau karena sentimen pribadi dari pelatih atau pihak manajemen. Iya nggak?

Selain itu, suasana kompetisi yang sehat juga harus dibudayakan. Misalnya saja, bagi pemain yang bisa mencetak gol ke gawang lawan diberikan bonus tertentu. Kemudian untuk yang melakukan pelanggaran berat atau mangkir saat latihan, bisa dikenakan denda atau sanksi administratif seperti tidak boleh bermain dalam satu pertandingan. Begitu pula �reward and punishment’ diberlakukan kepada pihak manajemen. Mulai dari official tim, asisten pelatih sampe menajer tim. Rasanya, bukan mustahil jika tercipta kenyamanan karena kita bisa bekerjasama dengan baik dan benar sesuai porsi dan kemampuannya masing-masing. Oke nggak tuh?

Sobat muda muslim, belajar dari fakta tentang sepakbola di atas, rasa-rasanya kita tak perlu sedih dalam hidup ini karena memang kita tak sendiri. Adanya teman, guru, keluarga, dan orang-orang yang bisa memberikan kenyamanan, kedekatan, perhatian, kepedulian, kepercayaan akan menjadikan kita lebih berarti dalam hidup ini. Kita akan bekerjasama untuk mewujudkan impian terindah dalam hidup kita. Ya, karena kita tak sendiri.

Berbahagialah punya teman
Memiliki teman bisa menjadikan hidup lebih hidup. Minimal kita nggak kesepian di dunia ini. Kita masih punya teman untuk berbagi cerita, berbagi kesedihan, termasuk berbagi kebahagiaan. Kita, nyaris selalu merasa lega setelah berbagi dengan orang lain. Apalagi jika orang itu amat dekat dengan kita secara psikologis. Asyik tenan.

Nggak salah-salah amat kalo Alan Loy McGinnie berkomentar: “Orang-orang dengan persahabatan yang dalam dan langgeng bisa pendiam atau suka ngobrol, bisa muda atau tua, bisa membosankan atau menarik, bisa pandai atau bodoh, bisa sederhana atau berpenampilan baik; tetapi satu karakteristik mereka yang selalu sama adalah: keterbukaan.�

Yup, benar. Keterbukaan adalah modal sebuah persahabatan. Kalo udah saling terbuka, maka kita akan tahu masing-masing dari kita. Kita jadi TST alias tahu sama tahu soal kelebihan masing-masing, termasuk kekurangan masing-masing. Kalo udah begini, biasanya kita akan saling melengkapi. Bahkan tak jarang akan memicu kita untuk saling terwarnai. Jadi jangan heran kalo ada orang yang bersahabat dengan seseorang, sampe perilaku dan gayanya mirip banget. Sulit dikatakan kalo satu sama lain saling mencontek, tapi saya yakin, mereka saling memberi insipirasi satu sama lain. Inilah enaknya bersahabat baik.

Sobat muda muslim, saya yakin banget kalo teman bisa memberikan inspirasi buat kita. Terlepas dari apakah inspirasinya salah atau benar. Kasus narkoba yang mudah menyebar lewat peer group (kelompok teman sebaya), menjadi bukti kuat bahwa kumpulan itu saling memberi warna dan inspirasi buat yang lain. Mungkin awalnya satu orang yang berani ngisep ganja, lama-lama menularkannya kepada yang lain.

Yup, banyak jalan menuju ke sana. Bisa karena sama-sama ada masalah dengan keluarganya, dan kasusnya mirip. Kemudian ketika sang teman nyandu putauw, ia terinspirasi untuk melakukan �kegiatan’ yang sama, dengan alasan temannya melakukan itu sebagai �solusi’ atas masalah yang sedang dihadapinya. Atau lihat deh gimana akrabnya Bonnie and Clyde, dua orang perampok kesohor di Amrik dulu, bahkan sempat difilmkan segala, pastinya mereka saling memberi inspirasi dalam melakukan aksi perampokannya, tapi ini inspirasi dalam kejahatan. Nah lho? Saya pernah menerima rengekan anak saya minta dibelikan sebuah makanan, ia �terinspirasi’ temannya yang telah lebih dulu mengunyah makanan yang dia maksud. Teman anak saya telah menjadi inspirasi bagi anak saya untuk berbuat hal yang sama.

Oke deh, karena teman ini sangat berpengaruh dalam hidup kita, dan bahkan mampu memberi inspirasi buat kita, tolong deh untuk membiasakan mencari teman yang baik-baik. Jadi, inspirasi yang muncul dan kita ikuti juga adalah hal yang baik-baik. Siap kan? Supaya apa? Selain berteman menjadikan kita tak merasa sendiri dalam hidup ini, juga agar pergaulan kita juga sehat. Tul nggak seh?

Tak pernah benar-benar sendiri
Sobat muda muslim, dalam hidup ini segalanya bisa saja berubah-ubah. Jalan yang kita tempuh tuh nggak lurus terus, pun nggak melulu berkelok-kelok. Itu sebabnya, jika suatu saat karena dakwah kita menyebabkan orang lain menjauhi kita, kita jangan kaget. Karena hidup tak bisa selamanya memilih dengan pilihan yang baik-baik saja menurut ukuran kita. Ini risiko yang telah kita ambil.

Risiko yang nggak jarang bikin sebagian dari kita berguguran di tengah jalan. Nggak kuat nahan bebannya. Itu sebabnya, kesabaran dan keimanan yang mantep sangat dibutuhkan dalam mengarungi medan dakwah ini. Selain itu, tentu kudu ikhlas juga dong ya.

Para pendahulu kita juga pernah mengalami hal demikian. Allah Swt. mengabadikannya dalam al-Quran: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?� Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.� (QS al-Baqarah [2]: 214)

Beliau saw. pun pernah berdoa di kebun anggur milik seorang Nasrani, Uqbah bin Rabi’ah setelah dakwahnya di Thaif tidak mendapat sambutan, tetapi sambitan. Rasulullah saw. berdoa seperti ini: “Ya Allah, kepadaMu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah Pelindung bagi si lemah, dan Engkau jualah Pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajahMu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat, dari murkaMu yang hendak Engkau turunkan kepadaKu. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apapun selain atas perkenanMu�

Meski demikian, Rasulullah saw. pun tetap semangat dan berani dalam berdakwah. Beliau pernah berkata kepada pamannya ketika diminta untuk mengurangi kegiatan dakwahnya,: “(Paman), demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan agama ini atau aku hancur karenanya.�

Berbagai penyiksaan pun dialami para sahabatnya. Pembesar Quraisy sendiri bahkan sempat akan membunuh Muhammad. Berat juga emang. Ya, begitulah, menyampaikan kebenaran Islam kepada mereka yang mulai pudar dengan Islamnya, apalagi yang membenci Islam, akan ada aja gesekannya. Maklumlah, seperti kata pepatah “bagi mereka yang sudah terbiasa dengan kegelapan, cahaya terang memang menyilaukan�. Pantes aja kalo kita ngasih tahu sama mereka yang masih doyan maksiat, suka reaktif. Langsung kaget dan mungkin menyerang kita, dari yang sekadar umpatan sampe pukulan.

Padahal, maksud kita juga adalah menolongnya. Sekadar mengingatkannya. Dan itu bukan berarti kita udah benar en suci. Sangat boleh jadi kita juga masih perlu belajar banyak. Ya, kita sama-sama aja jalan ke arah kebaikan. Kata Kahlil Gibran, “Engkau buta, sedangkan aku bisu tuli. Jadi mari berpegangan agar mengerti� Tul nggak?

Kesabaran dan istiqomah juga harus dimiliki setiap pegiat dakwah. Bahkan itu akan menjadi penghibur kita di kala sedih. Biarlah sekarang kita dbilangin sok tahu, mau menang sendiri, sok suci, tukang kritik orang, fanatik, fundamentalis. Meski semua itu juga nggak benar, cuma anggapan mereka yang nggak suka aja sama aktivitas dakwah. Kita nggak gentar, karena Allah menjanjikan kenikmatan dalam bentuk lain. Firman Allah Swt.: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: �Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu�. (QS Fushilat [41]: 30)

Jadi jangan cemas, hanya karena dijauhi oleh orang-orang yang tak mau mendengar dakwah kita. Kita nggak pernah benar-benar sendiri kok. Karena Allah akan senantiasa bersama orang-orang yang berjuang membela agamaNya. Yakin deh. Itu sebabnya, tetap semangat!?  [solihin]

(Buletin STUDIA – Edisi 262/Tahun ke-6/19 September 2005)