Friday, 26 April 2024, 07:01

Acara Mamamia yang digeber saban Selasa malam di stasiun televisi Indosiar ini sebenarnya mirip dengan kontes audisi pencarian bakat lainnya yang udah ada sebelumnya. Diadap-tasi dari Quincianera—ditayangkan televisi berbahasa Spanyol di Amerika—Mamamia mampu menggugah emosi penonton, termasuk juri vote lock (100 orang juri independen yang nggak ada hubungan kekerabatan atau teman dengan peserta). Apalagi acara ini mirip kayak AFI, yang sering mengekspos latar belakang peserta audisi. Biasanya yang mengharukan gitu deh. Jadinya ya kalo dilihat dari kualitas acara sih biasa-biasa aja. Tapi ada yang membedakan dari segi format acara, yakni peran mama yang biasanya berada di belakang layar, kini tampil bareng dengan anaknya.

Sobat muda muslim, mama dan anak di acara ini bisa bekerja sama, bahkan mamanya langsung jadi manajer anaknya. Pihak stasiun televisi Indosiar pun mengklaim bahwa acara ini cukup laris. Seperti biasa, yang dijual untuk menggoda pengiklan agar ikut mensponsori acara tersebut adalah dari ‘makhluk’ bernama rating. Ambil contoh pada episode kelima, 15 Juni 2007 lalu, di Balai Sarbini, Jakarta, data AGB Nielsen Media Research mingguan pada 1 Juni – 23 Juni menyebutkan rating 6,5 dengan share penonoton 19,4 persen. Pada minggu berikutnya, rating mingguan meningkat lagi menjadi 8,3 dengan share penonton 25,3 persen. (Koran Tempo, 8 Juli 2007)

Maraknya acara seperti ini bukan tanpa sebab lho. Pasti ada banyak alasan dan tentu kepentingan. Gampang aja sih ngelihatnya, orang berbuat itu umumnya disetir oleh kepentingan. Beragam kepentingan tentunya tergantung setiap orang. Sementara kepentingan dari setiap orang biasanya lahir dari sebuah persepsi alias cara pandang yang tentunya saja mempengaruhi sikap. Jadi, berawal dari cara pandang, kemudian melahir-kan sikap, diteruskan dengan kepentingan, dan akhirnya ditumbuhkanlah keinginan.

Ambil contoh masalah ini, cara pandang terhadap acara pencarian bakat secara instan, apalagi ditambah banyak hadiahnya, maka orang pasti senang. Siapa sih yang nggak ingin populer? Manusia mana yang nggak butuh duit—apalagi nyarinya cepat? Maka, ketika memahami bahwa hal itu menyenangkan, akan tumbuh sikap terhadap hal itu. Misalnya, ingin meraihnya dengan penuh ambisi. Sikap ini tentu saja berbanding lurus dengan kepentingan. Apa kepentingannya? Ya, tadi itu: tenar dan tajir dalam waktu sesingkat mungkin. Akhirnya, keinginan untuk merasakan kesenangan itu tumbuh subur. Itulah sebabnya mengapa acara seperti ini begitu marak dan banyak peminat-nya. Berjubel euy!

Bukannya kita ngiri apalagi kebakaran jenggot karena nggak bisa ngikutin acara tersebut. Sori lha yauw, kita cuma ngerasa kasian sama temen-temen yang bela-belain meminati acara begituan. Lho kok kasian, bukannya mereka dapetin semua yang mereka inginkan? Bukankah dengan ikut acara tersebut mereka jadi tenar dan dapat duit banyak? Khusus acara Mamamia, kan bisa barengan ngetop mama sama anaknya, kenapa harus kita yang merasa kasian sama mereka?

Hmmm jawabnya gampang aja: karena kita ngerasa kasian ngeliat mereka terjerumus dalam budaya yang hedonis dan jauh dari nilai-nilai Islam. Itu aja kok. Sederhana banget kan? Kalo kita cuek mana mungkin cerewet nulis artikel kayak gini. Justru ini sebagai tanda cinta kita kepada saudara yang lain. Biar nggak terlalu jauh melangkah meninggalkan Islam. Itu aja kok. Setuju kan?

Mafahim, maqayis, dan qanaat
Sobat muda muslim, mafahim itu artinya pemahaman. Ya, pemahaman seseorang tentang kehidupan. Bisa juga berarti cara pandang alias persepsi. Sementara maqayis adalah tolok ukur alias standar perbuatan. Ketika kita berbuat pastinya kita dikendalikan oleh pemahaman dan memiliki standar perbuatan sesuai pemahaman tersebut. Nah, kalo qanaat itu adalah kerelaan, ridho. Bisa juga berarti kesenangan dan ketenangan.

Mengapa ini dibahas? Sebab, manusia mana pun ketika melakukan sesuatu perbuatan atau mengeluarkan pendapat bisa dilihat dari tiga komponen ini. Nah, sebagai muslim, maka mafahim, maqayis, dan qanaat-nya kudu Islam. Bukan yang lain.

Lha, kalo sekarang? Duh, sedih banget deh. Ternyata banyak di antara kita yang mafahim-nya tentang kehidupan berdasarkan kapitalisme-sekularisme. Cara pandang sebagian besar manusia saat ini dikendalikan oleh idoelogi tersebut. Sadar atau nggak sadar. Kalo yang sadar, berarti dia meyakini kebenaran kapitalisme-sekularisme. Kalo yang nggak sadar, ia masih percaya Islam tapi karena nggak mendalam akhirnya terjebak oleh pola yang diajarkan kapitalisme-sekularisme.

Hmm.. repot juga ya? Ya, iyalah. Saat ini, sebagian besar kaum muslimin (termasuk yang nonmuslim) sudah tergoda dengan aturan hidup kapitalisme-sekularisme. Oya, kapitalisme itu akidahnya adalah sekularisme. Apa itu sekularisme? Sekularisme itu memisahkan antara kehidupan dunia dengan urusan agama. Misal, kalo lagi shalat mah khusyu’ bukan main. Selesai shalat langsung berdoa dengan penuh pengharapan kepada Allah Swt. But, di luar shalat dan doa, kita liar nggak mau diatur sama Islam. Shalat kuat, ngaji kuat, tapi pacaran dan berzina juga doyan. Halah, itulah sekular, Bro!

Sobat, gara-gara cara pandang kita tentang kehidupan menggunakan standar kapitalisme-sekularisme, maka maqayis alias tolok ukur perbuatannya juga ngikutin ideologi ini. Asas kehidupannya adalah asas manfaat menurut ukuran logika dan hawa nafsu manusia. Kalo jualan miras dan narkoba itu bikin untung, ngapain jualan air mineral kemasan dan bubur ayam, misalnya. Kalo menjadi artis di dunia hiburan saat ini bikin terkenal dan banyak duit, ngapain jadi orang berilmu (ustad or ilmuwan) yang saat ini nggak terlalu dihargai, udah gitu hidupnya nggak sejahtera pula. Inilah cara pandang kapitalisme-sekularisme dan tolok ukurnya.

Apakah mereka rela dan tenang hidup dalam kondisi seperti ini? Sangat boleh jadi mereka menikmati. Tentu saja dong. Sebab, gara-gara cara pandang dan tolok ukur ala kapitalisme-sekularisme, maka qanaat-nya juga ngikutin. Itu sudah satu paket. Nggak bisa dipisah-pisah dan nggak mungkin dipilah-pilah. Orang yang menganggap bahwa jualan miras dan narkoba boleh, maka dia akan melakukan dan merasa ridho serta senang jika udah bisa menjual barang tersebut, apalagi kalo barangnya laku. Sekular itu. Pasti deh.

Terus gimana dengan acara Mamamia? Sama aja, Bro. Ini cuma beda kasus. Mereka yang menganggap bahwa kehidupan dunia saat ini hanya semata untuk senang-senang dan bebas nilai, maka tolok ukur perbuatannya pun semata ngikutin logika dan hawa nafsu tanpa tuntunan dari Allah Swt. dan RasulNya. Itu sebabnya, bagi mereka yang udah terpola dengan cara pandang ini, ikut acara Mamamia (atau acara audisi sejenis) adalah bagian dari jalan meraih kehidupan yang lebih baik. Untung-ruginya diukur dari manfaat, bukan syariat. Mereka juga qanaat alias rela dan merasa puas serta senang ikut acara itu, apalagi jika berhasil.

Padahal, menurut cara pandang Islam, sebelum kita melakukan suatu perbuatan harus dilihat dulu faktanya. Apakah perbuatan tersebut sesuai dengan ajaran Islam atau malah bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab, meraih kehidupan yang lebih baik, bukan berarti menghalalkan segala cara. Islam membolehkan kok umatnya kaya raya, tapi harus diraih dengan cara yang sesuai dengan tuntunan Islam. Bukan yang lain.

Acara Mamamia (termasuk KDI, Indonesian Idol dan sejenisnya) banyak sekali yang bertentangan dengan Islam. Seperti cara berpakaian yang melanggar ajaran Islam (tak menutup aurat), campur-baurnya penonton laki dan perempuan, dan lagu-lagu yang dinyanyikan tak sedikit yang marusak akidah dan bahkan melanggar syariat. Lebih dari itu, acara semacam ini telah mengubah gaya hidup manusia. Celakanya, gaya hidup yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

Mama teladan dan pelindung anak
Mama seharusnya menjadi teladan bagi anaknya dan juga pelindung anaknya. Mampu mengarahkan anaknya menjadi anak yang baik dan shaleh/shalihah. Apalagi jika anaknya menjadi pejuang dan pembela Islam. Bukan malah mengarahkan dan membimbing anaknya menuju kehidupan yang lebih rusak. Sungguh malu dan kasihan melihat mama dan anaknya manggung bersama di acara Mamamia. Gemer-lap memang, bertabur pujian memang, terkenal memang, mendapat banyak hadiah memang, tapi sebenarnya itu semua semu belaka.

Jadi seleb di dunia hiburan saat ini memang tak lepas dari kehidupan yang hedonis dan permisif. Meski mungkin saja ada seleb yang ‘bersih’, tapi karena kehidupan itu sangat dekat dengan gaya hidup seperti itu, akhirnya ya kena cap juga. Makanya, jangan dekat-dekat atau malah mendekat dan ingin terlibat di dalamnya. Bahaya, Bro.

Mendidik anak itu memang susah. Nggak gampang. Tapi bukan berarti nggak bisa dilakukan. Bisa kok. Asal ada kemauan dan sadar bahwa pendidikan itu sangat berharga. Apalagi pendidikan yang membentuk mafahim, maqayis, dan qanaat yang berlandaskan ajaran Islam. Insya Allah sangat berharga bagi anak. Dan, ibulah yang paling mungkin untuk lebih banyak mengajarkannya kepada anak-anaknya. Meski tentu saja ada peran dari ayahnya juga. Lha, kalo manggung bareng anak di acara Mamamia, berarti sedang mendidik anak untuk jauh dari ajaran Islam. Sudahlah dirinya tak mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya sesuai ajaran Islam, eh, malah ngajakin anaknya untuk rusak juga. Halah, menyedihkan sekali.

Rasulullah saw. bersabda: “Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu-bapaknya-lah yang menjadikan ia yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR Bukhari)

Tuh, berat banget kan tugasnya? Itu sebabnya, pendidikan harus dimulai sejak usia dini. Bahkah sebelum mentransfer nilai, kedua orangtua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari (menjadi teladan). Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat.

Selain itu, bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain. Oya, nggak lupa menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.

Nggak heran dong kalo Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkomentar, “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orang tuanya.”

Itu artinya, kalo orangtua ngajarin kebaikan, maka hasilnya juga insya Allah baik. Syaikh Sayyid Quthb memberikan testimoni untuk ayahnya: “Semasa kecilku, ayah tanamkan ketakwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir”

Tuh, tentunya kita sangat mendambakan kehidupan yang lebih baik. Yakin deh, orangtua yang baik, terutama ibu, pasti akan mendidik anak-anaknya ke arah yang benar dan baik sesuai ajaran Islam. Bukan ajaran lain. Sesulit apapun, insya Allah akan dilakukannya demi masa depan anak-anaknya. Sebab, insya Allah akan berbuah pahala dan hasil yang bagus. Bagaimana menurutmu? Setuju kan? [solihin: www.studia-online.com]

[Buletin STUDIA Edisi 350/Tahun ke-8/16 Juli 2007]

17 thoughts on “Mamamia: Hancur Bersama Mama

  1. Gimana yah komentarnya? Kalo menurut ku sih, acara Mamamia fine-fine aja tuh. Masalah awalnya mungkin Anda belum mengenal mereka ibu dan anak-anak mamamia di lingkungan keluarganya, berpikirlah positif, mungkin di lingkungan keluarga mereka adalah keluarga yang solehah, sakinah, mawadah. Dan untuk tulisan anda diatas :

    Acara Mamamia (termasuk KDI, Indonesian Idol dan sejenisnya) banyak sekali yang bertentangan dengan Islam. Seperti cara berpakaian yang melanggar ajaran Islam (tak menutup aurat), campur-baurnya penonton laki dan perempuan, dan lagu-lagu yang dinyanyikan tak sedikit yang marusak akidah dan bahkan melanggar syariat. Lebih dari itu, acara semacam ini telah mengubah gaya hidup manusia. Celakanya, gaya hidup yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

    Saya mencoba menanggapi yang cara berpakaian yang melanggar ajaran islam (tak menutup aurat), menurut spengetahuan saya sih yang keluarganya islam mereka sudah menggunakan pakaian yang menurutku sudah menutup auratnya.
    Sedang untuk campur baurnya penonton laki dan perempuan kayaknya hampir semua acara yang dilakukan diindonesia seperti itu kecuali daerah Aceh yang sudah syariah. Jadi kalo mau memberlakukan seperti itu (memisahkan penonton laki dan perempuan) harus diberlakukan syariah islam.
    Dan untuk lagu-lagu yang dinyanyikan itukan lagu-lagu yang sudah ada dipasaran, jadi jangan disalahkan peserta mamamia dong tapi yang membuat lagu itu musti diberi siraman rohani agar membuat lagu yang lebih syariah.

    Dan satu lagi yang paling penting, yaitu untuk menambah gaya hidup kita agar lebih dekat dengan nilai-nilai islam yaitu dengan cara berpikir positif. Sebab kalo tidak kita akan selalu menilai segala sesuatu itu menjadi jelek.

    Mungkin sebelum saya minta maaf apabila ada kesalah pahaman dalam menyikapi komentar ini.
    Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi. Wabarakatuh

  2. Untuk: Nova Kumala.
    Sesuai dengan kalimat terakhir dalam tulisan Anda. Semoga Anda mendapat taufik dan hidayah dari Allah SWT. Karena jika membaca tulisan Anda di atas, Anda termasuk orang yang berpikiran sekuler. Itulah yang tampak dalam acara Mamamia. Mau dihukumi apalagi, wong sudah jelas maksiat kok. Negara ini memang sekular, jadi tugas kita harus menjadikan negara ini menerapkan syariat Islam.

    Berpikir postif justru dengan kerangka berpikir Islam. Bukan sekuler seperti pemikiran Anda. Terima kasih.

    saya termasuk yang sangat TIDAK SETUJU dengan acara MAMAMIA. Karena merusak generasi masa depan.

  3. Membaca komentarnya nova kumala: benar dan sudah sangat jelas bahwa ternyata kapitalisme dan sekularisme itu sudah punya tangan dari kalangan musuhnya sendiri (baca: kaum muslimin). Wajar jika kapitalisme ini akan terus exist di masyarakat karena telah dipraktekkan oleh kaum muslimin yg seharusnya menjadi musuh kaum muslimin.

  4. Menmang banyak acara TV yang berusaha untuk menghancurkan generasi Islam. Acara kontes seperti mamamia, AFI, KDI, dll, menambah deretan acara yang memang diset untuk merusak generasi Islam. Ditambah dengan senetron-senetron yang berbau mistis, porno grafi dan porno aksi dan masih banyak lagi. trus ada berita-berita yang diimport dari berbagai tv Dunia (baca Barat) yang memang sangat memusuhi Islam. Jadi ya yang terjadi adalah berbagai acara yang mendangkalkan aqidah Islam. Untuk menangkal itu semua sulit dilakukan oleh pribadi atau organisasi. Yang bisa melakukan itu semua adalah negara. Jadi saatnya kita ganti sistem negara Sekuler dengan Sistem Islam.
    Kita harus Berani Selamat Tinggal PANCASILA dan selamat datang Syari’at Islam.
    SELAMAT DATANG KEPEMIMPINAN ISLAM
    SELAMAT DATANG DAULAH KHILAFAH ISLAMIYAH
    WASSALAM

  5. aku kadang nonton mamamia, karena biar ada bahan omongan temen. tapi, sekarang nambah eneg aja nontonnya. aku sama sekali gak suka acaranya lagi.norak!. selamat tinggal mamamia,

  6. isinya islam bangeet. aku suka. sebenarnya aku juga mikir kalo hidup jadi artis tu hedonis banget. kadang saking mereka itu mikirnya cuma gimana cari uang akhirnya mereka kadang lupa sholat. banyak artis yang rusak sekarang.
    kalau masalah pakaian menurut saya, walau menyanyi gak pake jilbab gak apa tapi harusnya berpakaian kayak siti nurhalizah. dan gak semua lagu yang dinyanyikan oleh mereka merusak agama. itu aja.
    saya rasa anda gak haruus memandang masalah dari segi negatifnya atau dari sudut pandang kritis yang hanya bertolak belakang dari agama Islam saja, karena banyak orang yang non-muslim lainnya. tapi saya ini muslim lho. thanks.

  7. Ass..
    Saya setuju dengan isi artikel ini, tapi mungkin jika disampaikan dengan bahasa yang lebih santun akan lebih menarik. Menurut saya, anda terlalu mendeskriditkan para peserta dan pendukung acara mammamia,kdi,ind idol,dsb.Maaf, tapi anda terkesan menghakimi dan menggurui. Sampaikanlah dakwah anda ini dengan bahasa dan intonasi yang baik..

  8. Artikel yang sangat menggugah.Kadang, orang baru sadar setelah dipentung dan ditampar terlebih dahulu seperti halnya Firaun.Umat Islam saat ini harus diyakinkan bahwa mereka sudah terlalu jauh meninggalkan Islam.

    Saya salut dengan tulisan2 di web ini yang menyemangati untuk secara total menanamkan kebencian terhadap kapitalisme dan sekulerisme. Teruslah berjuang saudaraku!!!

  9. Saya sebenarnya juga tidak suka nonton mamamia, karena saya memang tidak menyukai jenis acara semacam itu. Tapi, saya juga tidak sependapat dengan pendapat Abu Fikri di atas. kalau tidak mau nonton mammia ya sudah jangan ditonton. Gitu aja koq repot..

  10. buat hndraa…

    kalo elo gak suka dengan tulisan ini, ngapain juga nulis di sini… toh elo juga nggak nonton mamamia kan? gitu aja kok repot…

    justru adanya artikel ini adalah sebagai bentuk keprihatinan, coy!
    terserah elo suka apa enggak, yang penting tulisan ini masih banyak menyukainya.. 🙂

    maju terus GI!

  11. Assalamu’alaikum Wr Wb

    Walah, kok jadi panas gini yah?

    Mas Agus gak boleh nesu dong sama hndraa, kan namanya pendapat, terserah dong mereka mau nulis apa. Artikel ini kan bebas berpendapat. Saya aja gak masalah kok dibilang sekuler atau apa, yang tau isi hati saya kan hanya Allah SWT saja yang tahu, terserah mereka mo bilang apa. Tapi kalo mereka berpendapat seperti itu yah, monggo, itukan pendapat mereka, gak usah nesu bozzz., Malah kalo bisa kita terima masukkan mereka dan segera perbaiki kesalahan tersebut.

    Wassalamualaikum Wr Wb

  12. mulanya aku juga ikit nonton lama2 kok gak ada habis2nya ya..aku juga gak suka mamamia apa tuh anak2 jadi gak mau belajar rusak deh…maunya nonton tv aja mending suruh belajar / ngaji …

  13. Assalamu’alaikum
    lam kenal mulanya aku juga penasaran ikut2 nonton seru jg tp setelah berjalan kok gak ada habis2nya ya anak2 sklh jd gak mau belajar wah tak pikir2 lama2 merusak juga jadi kuputuskan mematikan tv demi kebaikan anak2ku lebih baik mereka belajar dr pd nonton tv terus
    Wasalam

  14. Assalamualaikum,
    lam kenal,ya mo gimana lagi,indonesia emang negara sekuler.terlalu sulit lah mengubah semuanya jd sesuai dgn hukum islam.solusinya ya qt pindah warga negara aj,(extrim bgt ya..)
    wassalam

Comments are closed.