Thursday, 25 April 2024, 09:31

Pekerjaan apa yang mudah dilakukan tapi terkadang sulit dilakukan? Salah satunya adalah tersenyum. Ini adalah pekerjaan yang mudah tapi sulit dilakukan (khususnya) pada saat kita sedang bete. Buat apa tersenyum kalau pikiran lagi juthek. Abis berantem sama adik, dimarahin nyokap, kena remedial, ban motor pecah, de el el. Ada segudang alasan buat kita untuk tidak tersenyum dan keep drowning dalam kemurungan.

Tapi sadarkah kalau kita sering keliru bersikap saat bete dan juthek menghadang. Bukannya mencari dukungan positif, semisal pujian dan spirit lainnya, yang kita inginkan adalah menyendiri, mungkin menangis dan mencari ?zat adiktif’ yang menambah segenap kejuthekan hati dan pikiran kita. Yes, kita mendadak menjadi sentimentil pada saat itu. Foolish Game-nya Jewel atau Jauh-nya Coklat dan segulungan lagu-lagu melankolis lainnya jadi langganan di masa-masa kesedihan. Hasilnya? Kita pun semakin juthek.

Mengapa tidak mencoba untuk tetap tersenyum? Pikirkan sebentar dan lakukan. Tarik sedikit ke atas otot pada bibir dan pipi sebelah kiri maka sedikit demi sedikit kegembiraan akan datang. Lanjutkan lagi dengan bertemu orang-orang yang mendukung kita dan tetap sayang pada kita. Buat keceriaan pada diri kita dengan menjadi orang yang optimis, memaafkan diri sendiri, juga bisa menerima kekurangan orang lain.

Nenek dan kakek serta buyut kita sering bilang kalau marah dan sedih bikin orang cepat tua. Tidak salah-salah amat ?jampi-jampi’ warisan nenek moyang itu diberikan pada kita. Secara medis-klinis kemudian terbukti bahwa mereka yang sering berpikir negatif, pesimistis, pemurung, pemarah lebih gampang terkena gangguan kesehatan dan lebih kelihatan tua dibandingkan orang-orang seumur mereka. Penyakit seperti jantung, darah tinggi, TBC, diabetes, hingga herpes lebih enteng masuk ke dalam tubuh orang yang disebut di atas. Nah masih mau miara bete dan juthek?

Tapi kawan, bukan berarti bersedih adalah aib. Siapapun boleh menangis. Pun anak laki-laki – sementara banyak orang bilang boys don’t cry –. Karena kesedihan adalah tanda kalau kita masih punya rasa sayang dan rasa takut. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika Ibrahim putra Rasulullah saw. wafat, beliau meneteskan air mata. Seorang sahabat yang bernama Abdurrahman bin Auf dengan keheranan bertanya,”Apakah ini wahai Rasulullah?” Beliau saw. menjawab, “Duhai Ibnu Auf ini adalah kasih sayang.”

Hanya saja, dunia terlalu indah untuk sekedar diisi dengan tangis duka, kepedihan dan ketidakceriaan. Bukankah nikmat Allah itu banyak. Itu lebih pantas disambut dengan sukacita ketimbang kemurungan.

Keceriaan juga perlu dibagikan pada siapa saja, orang tua, saudara, guru, sahabat kita, dan siapa saja yang sempat kita temui. Jadi bukan softdrink saja yang perlu berbagi ceria dimana saja. Rasulullah saw. bersabda;

“Setiap perkara yang ma’ruf adalah sedekah dan sesungguhnya bagian dari perkara ma’ruf tersebut adalah engkau menjumpai saudaramu dengan wajah yang ceria,”(HR. Imam Tirmidzi).

Di mata Allah perbuatan itu bagian dari perkara yang ma’ruf, bagi kemanusiaan, tersenyum dan keceriaan menularkan enerji kebahagiaan, optimisme, dan semangat.

Dalam dunia sekolah dan kampus, kita selalu berharap punya guru yang ?asyik’ punya. Rasanya kita sepakat untuk mengatakan kalau tipe guru ?asyik’ ia mestilah seorang guru yang semangat, care pada murid-muridnya, always smile atawa ceria dan nggak gampang ngambek. Kita pasti cinta dan betah berhadapan dengan guru seperti itu. Meski ia mengajar pelajaran ?berat’ macam matematika, kimia atau fisika. Guru seperti di atas – s’moga semakin banyak jumlahnya – bakal menyegarkan ruangan kelas dengan semangat, optimisme, dan gairah belajar.

Nah, kalau kita cinta pada tipe orang seperti itu, mengapa tidak kita ciptakan pada diri kita sendiri? Bukankah berpahala kalau kita menularkan hal-hal yang baik pada orang lain? Setelah menebarkan salam lanjutkanlah dengan senyum dan keceriaan. Karena bukan kita saja yang ?terinfeksi’ kebaikan itu, tapi juga orang lain.

Rasulullah saw. adalah orang yang sangat ramah pada siapa saja yang dijumpainya. Ia mengucapkan salam lebih dulu pada setiap orang. Pada orang yang lebih tua, sebaya bahkan pada anak-anak sekalipun Nabi saw. selalu berusaha lebih dulu mengakrabi mereka. Selain itu beliau saw. juga tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar pada orang lain dan keluarganya. Bahkan beliau tetap manis budi pada orang yang kasar sekalipun.

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. pernah menerima seorang yang paling buruk dari sebuah keluarga. Tapi Nabi saw. tetap menyambutnya dengan kata-kata yang lemah lembut. Aisyah dengan heran berkata: “Wahai Rasulullah! Mengapa Anda bercakap dan bersikap seramah itu.” Rasulullah saw. bersabda: “Wahai Aisyah! Sesungguhnya orang yang kedudukannya paling buruk di sisi Allah pada Hari Kiamat kelak ialah orang yang di jauhi atau orang yang ditinggalkan oleh banyak orang karena mereka takut akan kejahatannya (orang yang buruk perkataan dan perbuatannya)”

Jangan lupa, senyum adalah bahasa universal yang mudah dan cepat dimengerti orang di mana saja. Bahkan bayi sekalipun bereaksi positif ketika melihat senyuman ibunya dan kegembiraan orang-orang di sekitarnya. Ia merasa tenang dan gembira bersama orang-orang yang murah senyum. Sebaliknya, seorang ibu yang terkena depresi sehingga ia menjadi pemarah juga menularkan kemurungannya pada bayinya.

Dimanapun kita berada – dan bertemu dengan siapapun — senyum adalah simbol persahabatan dan keakraban. Senyum adalah hal pertama yang diharapkan orang ketika ia bertemu dengan orang lain, apalagi yang baru dijumpainya.

Kata Titi DJ yang penyanyi itu senyum adalah bahasa kalbu. Apa yang tersurat di wajah menggambarkan isi hati dan segera dipahami orang lain. Seyum karena sayang, senyum karena bangga, senyum karena senang, maupun senyum sinis.

Senyum bukan sekedar gerakan otot, tapi juga spirit kehidupan. Kepada diri sendiri, senyum adalah usaha untuk menghilangkan kemurungan dan kesumpekan hidup. Apalagi seorang muslim senantiasa menyimpan tawakal di lubuk hati dan pikiran. Apapun yang terjadi seluruh hasilnya adalah keputusan Allah, baik ataupun buruk. Bukankah tugas kita adalah berikhtiar? Senyuman ikhlas pada teman-teman kita yang kesusahan adalah motivasi agar mereka tetap bersemangat. Lalu mengapa harus merasa sulit untuk tersenyum?

“Janganlah kalian meremehkan satu perbuatan kebaikan meskipun sekedar menjumpai saudaramu dengan wajah ceria,”(HR. Muslim). [januar]

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Oktober 2002]

2 thoughts on “Penawar Luka, Penyegar Ruangan

  1. Senyuman yang menyejukan hati adalah senyuman yang datang dari hati kemudian terpaut kepada sepenggal hati. berbahagaia lah orang -orang yang memiliki senyuman yang menyejukan hati.

Comments are closed.