Thursday, 25 April 2024, 06:01

Memanjakan naluri seksual secara liar sebenarnya telah hadir semenjak awal sejarah manusia. Pada masa super lampau sejarah mencatat bagaimana Zulaikha, seorang wanita istri raja Katsir, mengajak selingkuh seorang utusan Allah SWT yakni Nabi Yusuf? AS. Seorang nabi yang rupawan ini hatinya selalu bergetar begitu mengingat Allah SWT sehingga beliau tidak runtuh dalam perangkap ?hawa panas’ Zulaikha yang konon katanya merupakan kembang paling ranum di seantero kerajaan. Jadi meskipun terjadi pada zaman purba, jangan membayangkan Zulaikha itu sekelas dengan Phytecanthropus Erectus dan Homo Sapiens, manusia purba khayalan konyol Charles Darwin. Bahkan bisa jadi dia sebenarnya melebihi Miss Universe 2002 asal Rusia yakni Oxana Fedorova. Yusuf begitu kuat menjaga ?izzah atau kemulian di hadapan wanita jelita yang sudah memberi lampu hijau. Berbeda dengan Bill Clinton yang justru mengendus-endus di telapak kaki panas Monica Lewensky.

Pasca Zulaikha, pada zaman batu juga muncul wanita legendaris penebar hawa panas yang lebih bombastis yaitu Cleopatra. Sebagian besar pria pada zaman itu mendambakannya sedangkan sebagian besar wanita berambisi menirunya. Para tokoh bertekuk lutut KO di hadapannya. Sehingga Cleopatra mungkin tepat dijuluki peletak dasar bom seks pertama yang legendaris di dunia. Konon, Cleopatra selalu tampil khas dengan busana sutra tipis berwarna pink. Tipis? Stop jangan dibahas, nanti kena racunnya. Zaman terus berputar dan melahirkan berbagai Cleopatra baru. Muncul misalnya dikemudian hari bom seks yang lebih wild, Marilyn Monroe dan Madonna. Foto-foto liarnya memenuhi berbagai majalah yang membuat para hidung belang semakin belang hidungnya. Disusul kemudian oleh Cindy Crawford, Britney Spears, Shakira, Kylie Minogue, dan seterusnya dan seterusnya. Entah berapa juta remaja yang telah memastikan diri menjadi korban mereka.

Tuan Sufi menyebut mereka sebagai nenek sihir (ih.. ih), yaitu menyihir wanita remaja untuk menjadi pembuat bom seks. Akibatnya hadir wanita-wanita remaja berotak panas yang berprofesi sebagai bom seks meski sekedar bom rakitan. Bom (micronuclear) yang meledak di Legian Bali memerlukan teknologi tinggi dengan bahan dasar C-four dan RDX yang teknologinya sendiri hanya dimiliki oleh AS, Inggris, Perancis, dan Israel. Sedangkan untuk merakit bom seks teknologinya sederhana tapi ampuh. Dari kota-kota besar, menengah, kecil, hingga ke desa-desa banyak lembaga yang menawarkan jasa untuk mencetak wanita remaja menjadi bom seks. Lisa Nathalia, si ratu joged, mendirikan fitness center untuk melatih wanita remaja memiliki tubuh agar kelihatan seperti mau ?meledak’. Lembaga-lembaga semacam ini menjamur dimana-mana karena peminatnya berjibun. Apa teknologi yang diajarkan? Untuk merakit bom seks teknologinya sangat simpel, cukup dengan dua cara praktis yaitu menyusutkan bagian-bagian tubuh tertentu dan memelarkan bagian-bagian tubuh yang lain.

Bom seks tidak kalah dahsyatnya dengan bom di Legian Bali. Bom seks yang gencar ditayangkan di berbagai media seperti tv dan majalah telah memprovokatori remaja untuk hidup dalam lingkaran maksiyat. Pergaulan bebas, kumpul kebo, sampai penyakit jorok aids di kalangan remaja tentu tidak dapat dipisahkan begitu saja dari pengaruh-pengaruh maraknya kampanye bom seks itu. Parahnya lagi muncul istilah-istilah bersayap yang memalingkan dari makna sebenarnya. Misalnya perzinahan muhshan (sudah bersuami/beristri) disebut perselingkuhan, artis bom seks disebut sebagai artis top super model atau ratu (miss universe), bahkan berzinapun dianggap sebagai bekerja sehingga seorang pelacur disebut sebagai PSK (pekerja seks komersial). Padahal yang lebih tepat adalah PZK (pelaku zina komersial). Jadi benar apa yang dikatakan Tuan Sufi, bahwa masyarakat/negara yang menerapkan sistem sekularisme dengan mencampakkan syari’at Allah seperti hukum tentang interaksi pria dan wanita, jilbab, hukum hudud zina (jilid dan rajam) ternyata tidak menghasilkan apapun kecuali kerusakan yang bertumpuk-tumpuk. [Sadik]

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Desember 2002-Januari 2003]