Thursday, 25 April 2024, 09:22

Ngomongin soal sahabat, nggak kalah serunya ama nonton lega calcio atau bundes-liga. Kita pasti punya segudang cerita yang beda-beda. Kalo dibikin novel, mungkin Kamus Besar Bahasa Indonesia juga kalah tebelnya. Soalnya mereka punya ciri dan karakter sendiri-sendiri. Ada yang jahat, sinis bin jayus, ada juga yang baek van solider. Malah ada yang sering jadi OP alias objek penderita sepanjang masa (kayak Nobita aja!). Orang sastra bilang, “friends are the flowers in the garden of the heart� ciieee…

Saking beragamnya sifat temen-temen kita, pengalaman pahit bersama mereka pun punya tempat dalam diary kita. Bisa jadi karena ada temen yang nggak bisa jaga rahasia atau nggak solider, kita bisa ngambek berhari-hari tuh. Malah sampai ada yang trauma en nggak mau temenan lagi. Jadi kesannya aku banget, egois, individualis, dan antisosial. Seperti penilaian Cinta pada Rangga yang diperankan Nicholas Saputra. Tapi, apa iya kita bisa jalanin hidup tanpa teman atau sahabat?

Padahal ada pepatah “hidup tanpa teman, mati pun sendiri�. Gak ada yang ngurusin, mandiin, nyolatin, atawa nganterin ke rumah masa depan berbatu nisan. Iih… emangnya tikus got apa gak ada yang peduli. Nggaaak..eh, tidaaak!

Enaknya punya sahabat
Percaya nggak percaya, ternyata waktu kita lebih banyak dihabiskan bersama teman yang bikin nyaman perasaan. Bukan cuma sejam-dua jam tapi bisa sampai seharian. Meski orangnya berganti-ganti, tetep statusnya temen. Ada temen maen di rumah, temen sekolah, temen kursus, temen di kost-an, temen nongkrong, sampai temen di dunia maya (bukan Mayasari Bhakti lho! Itu mah bus atuh!) yang biasa gabung dalam komunitas mailing list atau chatting room. Pokoke tiada hari tanpa kehadiran seorang teman. Yes!

Punya temen emang asyik. Mereka yang bikin hidup kita indah, berwarna, dan rasanya serame Nano-Nano. Di mana pun dan kapan pun, kita akan ngerasa kesepian kalo nggak ada temen. Pas lagi ada masalah, mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu mencari jalan keluar. Pas lagi bete, mereka ikhlas jadi tempat sampah menampung segala keluh kesah kita. Pas lagi kena musibah, mereka yang meniupkan semangat hidup. Seolah mereka stand by 24 jam untuk membantu kita. Persis petugas pemadam kebakaran.

Pernah denger �teman imajinasi’ yang biasa dimiliki anak kecil? Itu salah satu bukti kalo siapa pun butuh teman. Saat adik kecil kita nggak punya teman, mereka mencip-takannya dalam imajinasi. Tempat doi bebas ngomong apa aja. Sama kayak kita. Maka nggak usah heran bin merinding kalo ngeliat anak balita ngomong sendiri atau asyik ngobrol ama bonekanya. Kadang mereka cuma perlu orang yang mau dengerin cerita mereka.

Nggak salah dong kalo punya teman itu enak sekaligus kebutuhan. Jadi nggak egois, tapi belajar untuk berbagi. Rugi banget kalo kita nggak punya teman. Masak kalah ama anak kecil… (*ngomporin neh ceritanya)

Berburu sahabat sejati?
Sobat muda muslim, kita sering temenan dengan orang lain karena punya kepentingan yang sama. Karena kesamaan hobi, tempat nongkrong, makanan favo-rit, atau tipe lawan jenis. Jadi klop. Ngomong apa pun nyambung.

Karena itulah remaja sering kedapetan mendeklarasikan nama gank-nya. Nggak afdhol kalo sering ngumpul tapi nggak punya identitas. Maka jangan heran ngeliat coretan pylox berwarna bertuliskan nama-nama gank remaja. Biar orang pada kenal.

Ada anak cowok yang tergabung dalam gank â€?anak haram’. Eit.…jangan su’udzhon dulu ya. Mereka bukan fans club sinetron yang dibintangi Dhea Ananda lho. Mereka kelompok?  para pelajar yang biasa nunggu angkot di Halte?  Ramayana yang disingkat â€?haram’. Wacks??  Ada juga lho anak cewek bikin gank bertajuk â€?cicil’ (Cewek Imut, Cantik, nan Centil). Kayak kelompok Dina Olivia, Nirina Zubir, dan Maria Agnes dalam 30 Hari Mencari Cinta. Huhuy!

Kalo udah nge-gank, persahabatan seolah udah sampai level sejati. Saling curhat di antara mereka udah jadi keharusan. Teman udah jadi pimpinan klasemen untuk urusan sumber informasi dan biro konsultasi, biasanya konsul seputar lawan jenis, hobi, masalah dengan teman lain, juga masalah dengan keluarga.

Ada juga yang ikut-ikutan gabung ama gank sebagai simbol status. Siapa yang nggak ngerasa bangga bin hebat temenan dengan anak borju, anak basket, cheer leader, anak nongkrong, pelajar preman, atau anak pinter. Adakalanya, para anggotanya kudu unjuk gigi sampai over acting biar sama ama yang laen n tetep diterima. Walah, kirain cuma kacang aja yang lupa ama kulitnya?

Sayangnya, persahabatan karena kesamaan kepentingan atau nyari simbol status kayak gini rawan?  per-pecahan. Suka ada tekanan dari temen kalo nggak setuju ama yang lainnya. Orang psi-kologi bilang Peer Pressure alias tekanan teman sebaya. Sehingga hard to say no meski itu bertentangan dengan hati nura-ni, norma masya-rakat, dan aturan Islam.

Dari sinilah awalnya remaja mulai kenalan ama narkoba, terlibat tawuran, aksi kriminal, atau seks bebas. Karena takut nggak ditemenin dan nggak punya temen. Mereka nggak bisa terima lagi kalo ada temennya yang insyaf, terus antigaul bebas, apalagi sering ngingetin kelakuan temen lain yang nggak islami. Kalo kejadian, orang insyaf itu bakal dimusuhin. Malah ada yang pake hukuman segala. Dianggap telah melanggar kesepakatan kelompok. Persis kayak persahabatan orang-orang di Barat sono.

Kalo udah kayak gini, cuma persahabatan semu yang ngikutin hawa nafsu yang bakal ditemui. Bukan tempatnya bagi kita yang berburu sahabat sejati. Betul?

Pesahabatan sejati ada dalam Islam
Sobat muda muslim, persahabatan sejati adalah sesuatu yang indah karena ia tidak mudah untuk dilupakan plus tidak mudah untuk diciptakan. Nggak gampang dilupain karena banyak kenangan yang nempel terus di memori otak kita. Sulit diciptakan karena faktanya perlu waktu lama untuk dapetin sahabat sejati. Sheila on Tujuh banget neh!

Kita gampang punya teman, tapi perlu proses yang panjang untuk dapetin seorang sahabat. Teman mungkin cuma luarnya aja, tapi sahabat, dalem baaanget. Apalagi di tengah merajalelanya pemikiran dan budaya Barat yang rusak. Tapi kamu jangan takut duluan untuk jalin persahabatan. Siapa pun pantas jadi sahabat kita. Asal kita punya prinsip yang jelas bin shohih dalam berteman. Biar kita bisa jaga diri. Karena temen pengaruhnya gede banget ama diri kita. Sabda Rasulullah: “Orang itu mengikuti agama teman dekatnya; karena itu perhatikanlah dengan siapa ia berteman dekat�. (HR Tirmidzi)

Nah, sekarang kita udah punya target siapa yang mo dijadiin sahabat. Temenan ama orang-orang yang baik agamanya bakal untung dunia-akhirat. Gimana nggak, dia selalu ngingetin kalo kita khilaf sebagai wujud rasa sayangnya. Kalo ada temen yang diem aja saat kita nggak tahu jalan, padahal di depan ada ju-rang, dia nggak pantas jadi sahabat kita. Betul?

Seorang sahabat nggak cuma bisa ngingetin dan ngasih nasihat doang, ia juga berkewajiban menolong saudaranya sesuai kemampuannya. Hal ini yang banyak dicontohin oleh para sahabat pada peristiwa hijrahnya Ra-sulullah dari Mekkah ke Madinah.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Kitab al-Bidayah jilid 3, halaman 228, bahwa saha-bat Anas ra mence-ritakan, “Ketika Abdurrah-man bin Auf ra berhijrah ke Madinah, Ra-sulullah saw. mem-persaudarakannya dengan Sa’ad bin al-Anshari ra. Kemudian Sa’ad berkata kepada Abdurrahman bin Auf, �Wahai saudaraku! Aku adalah salah seorang yang kaya di Madinah. Lihatlah! Ini adalah setengah dari harta kekayaanku, ambillah! Aku juga memiliki dua orang istri. Aku akan menceraikan salah seorang di antara mereka yang lebih engkau sukai, sehingga engkau bisa menikah dengannya.’ Abdurrahman bin Auf menjawab, �Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaanmu. Tapi, tunjukkan saja kepadaku jalan menuju ke pasar, agar aku dapat mencari peruntunganku dengan kedua tanganku sendiri.’

Bener kan, kalo persahabatan sejati cuma ada dalam Islam. Jadi nggak usah pikir-pikir untuk berburu sahabat sejati di mesjid, majelis taklim atau tempat-tempat pengajian. Karena di sana bercokol orang yang pantas kita jadikan shahabat. Di dunia maupun di akhirat alias di surga. Masak nggak kepengen?

Menjadi sahabat sejati
Sobat muda muslim, kalo �buruan’ kita nggak dapet-dapet, nggak ada ruginya kita belajar untuk menjadi sahabat sejati buat temen kita. Dengan begitu nggak mustahil kalo sahabat dambaan kita datang dengan sendirinya. Dari teladan Rasulullah dan para shahabat, beberapa hal bisa kita ambil untuk menjadi sahabat sejati.

Biar ikatan persahabatan gak gampang putus, kita kudu sabar. Yakin deh, no bodys perfect. Gak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Namanya juga manusia, tempatnya salah dan lupa. Kalo dia salah, kita selidiki dulu kenapa dia berbuat salah. Bisa jadi lupa atau lagi ada masalah. Jadi lebih obyektif kalo mo ngingetin atau nasihatin. Nggak maen vonis, emangnya hakim. Dengan begitu kita berharap, hal-hal yang bisa bikin �rame’ kayak salah paham atau nggak menghargai kesalahan temen bisa dikurangi. Kata Rasulullah: “Jangan saling membenci, jangan saling memusuhi, jangan saling mendengki, dan jangan memu-tus hubungan. Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Tidak diper-bolehkan seorang Muslim memboikot sesamanya selama lebih dari tiga hari.� (HR Muslim dan Tirmidzi)

Kepercayaan dalam sebuah persahabatan juga mutlak diperlukan. Temen kita bakal dendam kalo kita jadi �ember’. Ngebocorin rahasia atau aibnya. Bukannya kita cuek, tapi cukup kita aja yang tahu, terus ngingetin dan nggak lupa ikut bantu atasi kekurangannya. Sabda Rasul: “Siapa saja yang menyembunyikan (aib) seorang muslim, maka Allah akan menyem-bunyikan (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba yang gemar menolong saudaranya. (HR Muslim)

Untuk mengokohkan ikatan persahabatan Rasulullah menganjurkan agar kita saling memberi hadiah atau mengucapkan salam saat bertemu. “Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidaklah kalian (benar-benar) beriman hingga kalian (saling) mencintai. Sukakah kalian jika aku tunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian. (HR Muslim)

Trus gimana dengan yang nonmuslim? Cukup jadikan mereka sebagai teman. Levelnya bakal naik jadi sahabat sekaligus sodara saat mereka mengucapkan syahadatain. Oke?

So, dalam hidup kita emang kudu punya teman dan sahabat. Kita udah cukup gede untuk berburu sahabat sejati yang bisa menambah keterikatan kita dengan Islam. Mengingatkan kita kepada Allah. Sekaligus menjadi kekuatan untuk melawan pengaruh buruk budaya Barat yang bebas berkeliaran di sekitar kita.

Oya jangan lupa, tetep pake aturan gaul Islam. Cowok temenan ama cowok. Yang cewek juga. Kalo cewek-cowok pengen jadi sahabat sejati, syaratnya kamu kudu berani ungkapin keinginan itu di depan petugas KUA. Lalu dilengkapi mahar, wali temen cewek, plus saksi-saksi. Hehe.. (itu mah namanya nikah dong?)

Oke deh, jangan malas dan malu jadi sahabat baik teman kita. Bisa nunggu, bisa juga kitanya yang duluan jadi baik buat sahabat kita. GImana? Jadi, jalin persahabatan, ting-galkan permusuhan! Siapa tahu nanti banyak yang bilang: “Jadikan aku sahabatmu� [hafidz]

(Buletin Studia – Edisi 184/Tahun ke-5/1 Maret 2003)