Thursday, 25 April 2024, 17:53

Horee….Dakwah Islam goes to School. Ternyata nggak cuma SCTV aja yang bisa nembus kampus. Senengnya ngeliat para pelajar aktif berdakwah. Mereka tetep semangat dalam dakwah di tengah budaya Barat yang menjerat remaja muslim.

Lega Calcio juga kalah serunya dengan perkembangan dakwah di sekolah atau kampus. Tempat mengenyam pendidikan formal ini seolah berubah menjadi pabrik penghasil pengemban dakwah. Pergantian tahun ajaran selalu diiringi dengan pergantian pengurus DKM atau Badan Kerohanian di kalangan siswa. Ini berarti setiap tahunnya akan ada ‘new comer’ dengan tenaga dan semangat baru untuk tetap jagain nyala dakwah di sekolah dan kampus.

Banyak pihak yang ambil bagian dalam menyemarakkan dunia dakwah di sekolah. Kayak pabrik aja yang memproduksi berbagai merek dalam produk yang sama. Mereka berasal dari kelompok dakwah atau gerakan (harakah) Islam yang coba melebarkan sayapnya. Maka, kita nggak usah bingung, pusing trus muntah (emangnya ?mabuk kendaraan?) Kalo di sana beredar para pengemban dakwah dengan sifat, karakter, pemikiran, dan aktivitas yang khas. Beda merek, ya beda isinya. Hehehe…

Fenomena dakwah di sekolah

Wajar banget kalo sesekali terjadi ‘senggolan’ antar harakah di sekolah. Karena mereka ngetem di tempat yang sama. Masing-masing membidik para pelajar biar jadi bagian yang bakal bikin kuat barisan perjuangannya. Atau berkompetisi meraih posisi pengurus DKM atau badan kerohanian yang diakui sekolah. Biar akselerasi dakwahnya lebih ngejoss. Taarik Maang!

Selain itu mereka juga bersaing mendapatkan perhatian sang target (‘katakan cinta’ banget neh..) dengan menggelar acara-acara keislaman. Perang pemikiran lewat tulisan pun bikin sesak dinding kosong sekitar kampus atau majalah tembok alias mabok di sekolah.

Sayangnya ada oknum-oknum dalam harakah itu yang belon ikhlas dalam berjuang. Bikin persaingan jadi nggak sehat. Ada yang nyebarin informasi keliru alias fitnah tentang harakah yang lain. Ada juga yang melecehkan perjuangan harakah lain. Merasa harokahnya yang paling shahih. Malah Ada yang sampe melakukan aksi sabotase. Poster acara harakah lain yang akan digelar dia tutupin dengan acara harakahnya atau disobekin. Waduh…kalo gini sih belon pas dia jadi pengemban dakwah. Pantesnya jadi pengemban masalah. Nah lho!

Ulah oknum-oknum itu yang bikin runyam. Adanya perbedaan bukan nambah kekuatan, malah jadi titik perpecahan. Ini yang kudu kita evaluasi bareng-bareng. Biar semua pihak sama-sama enak. Jangan sampe adanya dakwah di sekolah malah jadi masalah. Harusnya kan membawa berkah. Betul?

Mengedepankan persamaan

Sobat, bisa jadi di antara kamu ada yang punya pendapat banyaknya harakah cuma bikin susah, gundah, dan gelisah. Kenapa nggak satu aja sih harakah itu? Biar kagak berantem. Emangnya Giant yang doyan berantem ama Nobita dkk? Hehehe…

Seandainya Allah nyuruh kaum Muslim untuk bikin satu harakah Islam aja pasti nggak bakal ada Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jama’ah Tabligh, Jama’atul Muslimin yang disebut gerakan Islam. Mungkin yang ada cuma Hizbul Muslimin atau Jama’atul Islamiyah (ups!). Tapi ternyata Allah membolehkan adanya beberapa harakah yang didirikan kaum Muslimin. Seperti dalam firman-Nya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 104).

Masalah yang muncul hanya karena ada kekeliruan dalam mensikapi perbedaan. Terutama dalam tatanan metode dakwah. Padahal perbedaan ini dibolehkan Islam. Karena dibangun dari dalil-dalil yang bersifat dzhan (sangkaan) yang memungkinkan adanya beda pemahaman. Ada yang ikut pemilu, ada juga yang nggak. Ada yang berorientasi pada dakwah fardhiyah (individu) seperti pembenahan dalam akidah atau akhlak, ada juga yang terjun ke dunia politik. Waktu yang akan berbicara (puitis banget neh..) metode mana yang lebih tepat, efektif, efisien,d an tentunya sesuai syariat untuk membangkitkan Islam dan kaum Muslim di seluruh dunia.

Btw, kita udah sama-sama dewasa untuk menyikapi perbedaan dengan sikap terbaik seperti yang dicontohkan tauladan kita, Rasulullah saw. Di antaranya:

1.????? Kedepankan persamaan. Kita nggak ragu lagi kalo teman-teman yang bergabung dengan harakah itu pasti muslim. Status muslim itu bisa jadi titik awal langkah untuk menjalin persaudaraan antar gerakan. Kita yakin dong kalo para pengemban dakwah yang ikhlas itu nggak mungkin saling menjatuhkan atau mencelakakan sodaranya yang berbeda harakah.

2.????? Gerakan antifitnah. Fitnah itu lebih kejam dari alien eh, pembunuhan. Orang dibunuh langsung mati kalo ajalnya udah sampe. Tapi orang difitnah bakal butuh waktu lama untuk memulihkan nama baiknya. Bisa jadi sampe seumur hidup. Nah, biar nggak jadi fitnah, bagusnya kita ngasih informasi sebatas yang kita tahu. Jangan belagu sotoy alias sok tahu. Kalo ada yang nanya tentang harakah lain, kita bisa ajak atau tunjukkin dia ke pihak yang berwenang untuk menjawab pertanyaannya.

3.????? Ikhlas dalam berdiskusi. Kita boleh aja adu argumen dengan teman beda harakah. Karena Islam juga nyuruh kita nyari pendapat yang lebih kuat dari sisi dalil dan faktanya. Tapi perlu dicatat atau digaris bawahi trus ditebelin pake stabilo merah biar nggak lupa. Kita kudu ikhlas pas diskusi. Bener-bener nyari kebenaran, bukan pembenaran atas ide harakah kita. Inga…inga… bisa jadi pendapat kita bener, tapi ada kemungkinan salah. Pendapat orang lain salah tapi ada kemungkinan benar. Dengan begitu diharapkan kita bisa buka mata, telinga, dan hati (tapi nggak usah buka baju ya?) biar kita bisa menerima kebenaran. Nggak emosional. Meski itu berbeda dengan pendapat kita selama ini.

4.????? Menyatukan Tujuan. Ada pepatah bilang banyak jalan menuju Roma. Tapi bakal kacau beliau kalo Roma yang dimaksud beda-beda. Ntar ketuker ama merek biskuit atau sang raja dangdut. Makanya, kudu ada kesamaan tujuan di antara para harakah agar terjalin kerjasama sekaligus persaudaraan. Yaitu, menegakkan hukum Allah di muka bumi ini. Nggak cuma di satu negara. Akur kan?

Oke deh, kayaknya kita udah cukup gede untuk menerima adanya perbedaan dalam pola operasional dakwah harakah. Agenda perjuangan kita masih panjang. Waktu, tenaga, dan pikiran kita bakal terbuang percuma kalo hanya capek ngurusin perbedaan itu. Sementara musuh-musuh Islam enak-enakan nguras kekayaan alam kita, mendiskriminasikan sodara-sodara kita, dan memaksakan aturan kufur mereka yang bikin kita sengsara. Mari, kita kumandangkan, kobarkan dakwah, jalin ukhuwah, meski beda harakah. Allahu akbar! [hafidz]

[pernah dimuat di rubrik “dakwah”, Majalah PERMATA, edisi Maret 2004]