Thursday, 25 April 2024, 05:46

gaulislam edisi 215/tahun ke-5 (9 Muharram 1433 H/ 5 Desember 2011)

 

Waduh, fenomena menyukai sesama jenis makin marak di kalangan remaja. Bukan hanya di mancanegara, tapi juga merambah Indonesia yang katanya penduduknya mayoritas muslim ini. Kaum Hawa yang fitrah dirinya pemalu juga telah terjangkit penyakit masyarakat yang membahayakan tersebut. Bila dulunya suka sejenis didominasi kaum Adam, saat ini kondisi ini mulai bergeser.

Bro en Sis ‘penggila’ gaulislam, di sebuah situs pribadi internet, seseorang menangkap basah aktivitas lesbian ini. Mereka bermesraan di muka umum tanpa ada rasa canggung. Banyak yang menghujat kegiatan abnormal dan mesum mereka berdua, tapi tak sedikit juga yang bersimpati bahkan menjadi pengikutnya. Benar-benar sudah tak berakal lagi mereka ini.

Seolah-olah menjadi tren sesat, aktivitas menyukai sejenis menjadi idola remaja. Mereka pun tak lagi malu menunjukkan jati diri sebagai lesbian. Lebih jauh lagi, mereka berani menuntut haknya dan meminta diperlakukan sama sebagaimana warga masyarakat lainnya. Yang lebih memalukan, mereka pun asyik-asyik saja bermesraan di muka umum tanpa ada rasa risih sedikit pun. Tak adanya pihak lain yang menegur, membuat sikap lesbian ini makin merajalela. Remaja yang karakternya labil, bukan tak mungkin meniru sikap bejat seperti ini.

Bila dirunut, kasus lesbian ini muncul pasti ada sebabnya. Yuk kita bahas sekaligus temukan solusinya agar generasi muda kita tak terpengaruh dan ikut-ikutan pola hidup rusak ini.

 

Lesbian, sejarahmu dulu dan kini

Di zaman dulu kala, lesbian ini belum pernah ada ceritanya. Yang ada adalah penyuka sesama jenis dari kalangan laki-laki dan telah dimulai sejak zaman Nabi Luth. Istilahnya adalah homoseks. Seiring perkembangan zaman dan santernya isu feminisme dan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, lesbianisme pun muncul. Dengan dalih tak mau kalah dari laki-laki, perempuan model begini juga memilih untuk menyukai sesama perempuan. Diperparah dengan langkanya laki-laki baik dan bertanggung jawab, perempuan banyak yang merasa dikecewakan oleh laki-laki. Jadilah mereka mengalihkan kecenderungan seksualnya pada sesama perempuan.

Trauma masa lalu juga bisa menjadi pemicu pelaku lesbian. Menjadi saksi dalam kekerasan ayah terhadap ibu, menjadi korban dalam hubungan dengan laki-laki hingga persepsi salah yang ditanamkan pada diri bahwa laki-laki itu adalah musuh perempuan sehingga tak perlu ada hubungan harmonis dengan mereka. Dalam konteks ini laki-laki diposisikan sebagai musuh dan pihak yang mengancam keberadaan perempuan. Jadilah mereka mencari alternatif dengan mencintai sesama jenis perempuan agar terhindar dari yang namanya sakit hati dan dikecewakan.

Lesbianisme tergolong dalam abnormalitas seksual yang disebabkan adanya partner-seks yang abnormal. Lesbianisme berasal dari kata Lesbos. Lesbos sendiri adalah sebutan bagi sebuah pulau ditengah Lautan Egeis, yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita (dalam Kartono, 1985). Homoseksualitas di kalangan wanita disebut dengan cinta yang lesbis atau lesbianismen (psikoterapis.com)

 

Lesbian, penyakit masyarakat

Lesbian itu bukan dari faktor genetik ataupun penyakit turunan. Bukan pula muncul tiba-tiba dan seolah ada pembenaran bahwa pelakunya tak bisa memilih untuk suka sejenis atau lawan jenis. Tentu saja manusia punya hak untuk memilih. Hanya karena mereka ini tak ada alasan lain yang masuk akal, jadilah ‘takdir’ dituding atas kondisi abnormal dirinya sendiri. Ini namanya tak bertanggung jawab dan mencari simpati agar makin banyak orang yang memberikan dukungan terhadap ketidaknormalan perilaku lesbian.

Sobat gaulislam, munculnya fenonema lesbian ini tidak semata-mata ada begitu saja. Bila dirunut ke belakang, ada sebab musabab yang menjadi penyebab maraknya praktis lesbianisme terutama di kalangan remaja. Sikap hidup yang permisif alias serba boleh menjadi salah satu pemicu lesbian menjadi gaya hidup. Dari individunya sendiri, rendahnya keimanan menjadi faktor penting. Rasa tidak takut dosa dan menafikkan adanya kehidupan setelah kematian membuat seseorang melakukan aktivitas semau gue dalam hidupnya. Tak peduli halal dan haram. Bahaya bener!

Rendahnya kesadaran dan kontrol dari masyarakat juga turut andil. Melihat dan mengetahui ada aktivis lesbian di sekitar mereka, masyarakat cuek bebek. Selama tidak mengganggu kepentingan mereka, maka masyarakat ini juga tidak berusaha untuk menegur dan memberi sanksi sosial kepada para lesbian. Lebih parah lagi adalah lemahnya kontrol negara yang tak memberikan hukuman bagi pelaku lesbian. Memilih pasangan hidup meskipun sejenis dianggap sebagai hak asasi yang harus dilindungi. Dan inilah ketiga pilar masyarakat yang sama rusaknya akibat buah dari demokrasi yaitu dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Selama rakyat suka (dengan voting suara terbanyak) dan tak melakukan komplain, maka sah-sah saja perilaku menyimpang ini menjadi tren di tengah masyarakat. Jelas, demokrasi memang membahayakan kehidupan umat manusia.

Kebebasan berperilaku, yupz…ini adalah salah satu pilar HAM yang diatur dalam negara demokrasi yang menjadi dasar dan pedoman bagi kaum lesbian untuk merajalela. Tak ada pasal yang bisa menjerat mereka. Sebaliknya, semakin banyak saja negara di dunia yang semula menolak dan anti lesbian, berubah menjadi pendukung dan memberi jaminan hukum bagi pelakunya. Belanda bahkan mengesahkan perkawinan sejenis ini. Beberapa gereja di Eropa dan Amerika Serikat juga telah memberikan dukungan dan pemberkatan bagi mereka yang ingin hidup bersama dalam ikatan perkawinan yang suci. Bahkan militer Amerika juga mulai memberikan kesempatan yang sama bagi para penyuka sejenis ini untuk turut andil dalam bela bangsa. Ckckck… rusak bener!

Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, konon kabarnya cinta para lesbian ini jauh lebih mendalam dan agresif daripada perilaku cinta normal antara perempuan dengan laki-laki. Tak jarang mereka melakukan kekerasan fisik bila merasa bahwa pasangan sejenisnya itu selingkuh. Rasa cemburunya cenderung membabi buta dan tak rasional. Ya, namanya saja aktivitas abnormal, perilaku pelakunya pun jauh dari batas kewajaran.

 

Bagaimana Islam memandang?

Jelas, Islam tampil beda. Meskipun seluruh dunia berubah mendukung dan memberikan pembelaan terhadap kaum lesbian, Islam dengan tegas menyatakan keharamannya disertai sanksi tegas. Tak akan berubah suatu hukum hanya karena perubahan zaman. Meskipun ada orang yang menamakan dirinya ulama (ngaku-ngaku), semisal Musdah Mulia yang membela hak kaum homoseks dan lesbian, tak lantas membuat hukum homo dan lesbian menjadi halal. Nggak lha ya!

Sejatinya, Islam itu memang menjaga kehidupan dan keberlangsungan jenis manusia di dunia ini. Tak bisa dibayangkan mau jadi apa bila perempuan menyukai perempuan dan laki-laki menyukai laki-laki. Sudah pasti akan punah bangsa manusia dalam jangka waktu yang tak terlalu lama. Oleh karena itu, harus ada aturan tegas bahwa laki-laki menikah dengan perempuan saja dan begitu sebaliknya, kecenderungan perempuan secara normal hanya pada laki-laki saja. Catet Bro en Sis.

Penyimpangan dari aturan tersebut dikenakan sanksi yang tegas agar sebuah hukum itu berwibawa dan dipatuhi. Dalam hal ini ta’zir atau hukuman yang ditetapkan oleh pihak berwenang atas nama negara harus dijatuhkan (hukuman mati jika tak mau tobat). Imam Syafi’i menetapkan pelaku dan orang-orang yang ‘dikumpuli’ (oleh homoseksual dan lesbian) wajib dihukum mati, sebagaimana keterangan dalam hadis, “Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktik homoseksual dan lesbian), maka ia harus menghukum mati; baik yang melakukannya maupun yang dikumpulinya.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Baihaqi)

Masalahnya, hampir semua negara yang ada di dunia saat ini membebek ke Barat sehingga perilaku lesbi dianggap bukan pelanggaran apalagi kemaksiatan. Oleh karena itu, kosongnya pemerintahan Islam yang berwibawa mengakibatkan praktik kemaksiatan termasuk lesbian marajalela.

Bro en Sis, muncullah sebuah pertanyaan baru. Apabila tidak ada negara Islam yang kuat dan berwibawa untuk menerapkan ta’zir bagi pelaku lesbi, lalu bagaimana dong? Nah, di sinilah pentingnya or urgennya perjuangan untuk mewujudkan sebuah negara dan pemerintahan yang berwibawa yang akan menjalankan syariat Islam secara kaaffah (menyeluruh). Bentuk negara itu sudah pasti bukan demokrasi (parlementer ataupun presidensial). Bentuk negara itu adalah Khilafah Islamiyah yang punya kedaulatan karena menerapkan aturan Islam serta menjaga kehormatan dan melindungi kehidupan warga negaranya termasuk dari praktek homoseks.

So, munculnya praktek lesbian ini ternyata adalah produk sebuah sistem rusak bernama demokrasi yang melindungi HAM dengan slogan kebebasannya dalam berperilaku. Karena sudah jelas kebobrokannya, so pasti tak perlu kita lanjutkan penerapannya. Sudah saatnya kita kembali kepada fitrah manusia yaitu Islam yang menempatkan segala sesuatunya dengan adil. Laki-laki berpasangan dengan perempuan dan perempuan pun mencintai laki-laki sebagimana normalnya sebuah kehidupan.

Ingat, hewan saja males banget berhubungan dengan sesame jenis. Masa’ iya manusia yang dikarunia akal malah perperilaku lebih rendah dari hewan? Jadi, tak perlu ikut-ikutan terhadap kaum abnormal ini meskipun mungkin perilaku ini menjadi tren di sekitar kamu. Keukeuh saja terhadap apa kata Islam bahwa perbuatan ini haram dan wajib dihindari. Sebaliknya, kamu harus berupaya untuk menyadarkan temanmu (bila ada) yang sedang terjerumus dalam lembah nista ini.

See, ternyata permasalahan remaja itu lumayan ribet juga ya sobat gaulislam? Nilai-nilai asing semisal lesbian yang tak sesuai dengan kepribadian kita sebagai muslim wajib kita buang jauh-jauh. Kita tanamkan saja pada diri bahwa kalo nurut sama aturan Islam, insya Allah akan membawa kita sukses dunia akhirat. Yakinlah! [ria: riafariana@gmail.com]

1 thought on “Jangan Ada Lesbian di Sekitar Kita

Comments are closed.