Thursday, 28 March 2024, 22:16

Dunia emang udah jungkir balik. Cewek bergaya cowok jadi jamak. Sebaliknya, yang cowok berpenampilan cewek juga dianggap lumrah. Emang turunan?

Kamu tahu Rohaye kan? Itu tuh, tokoh di sinetron Kecil-Kecil Jadi Manten. Dandanannya maskulin abis. Udahlah kepalanya plontos, hobinya maen sepakbola lagi. Kelakuannya lebih-lebih, cowok aja kalah. Malah cowok-cowok pada keder ama si tomboy yang diperankan Sukma Ayu itu.

Hm, gimana kalo kamu punya temen kayak gitu? Hety, seorang karyawan swasta, punya pengalaman punya sohib tomboy, yakni saat kelas 2 SMU. Karena harus duduk sebangku, mau gak mau Hety deket terus ama tuh anak. ?’Rambutnya cepak, ngomongnya ceplas-ceplos, beranian ama siapa aja,” kenangnya. Hety inget banget, dirinya sering diajak mangkal di tempat biliar, maen basket, maen gaple dan bahkan mancing.

Alih-alih menasihati, doi malah kebawa-bawa gaya temennya itu. ?’Iya, saya jadi terpengaruh dengan pergaulannya. Soalnya kebetulan saya gak punya sohib lain. Jadilah ke mana-mana saya pakai jeans, rambut dipotong cepak dan gaulnya kebanyakan ama anak-anak cowok,” tuturnya.

Kebiasaan dandan maskulin itu kebawa-bawa ampe kuliah dan baru berhenti ketika diterima kerja. ?’Kebetulan di tempat kerja kudu pake seragam, jadi mau gak mau pake roklah,” tuturnya.

Dian punya cerita lebih seru lagi. Cewek berkerudung ini dulu mengaku tomboy abis. Gara-garanya, Dian satu-satunya di tengah empat kakaknya yang laki-laki. ?’Sejak kecil maennya bareng kakak, mainannya juga mainan laki kayak mobilan atau main layangan,” kisahnya.

Bahkan, karena Dian bungsu, baju-baju kakaknya yang rata-rata kaos dan celana diwariskan semua ke dia. Walhasil sehari-hari Dian lebih suka -dan kepaksa juga seh– pakai celana pendek ama kaos. ?’Lebih simple, bisa bebas bergerak,” alasannya. Sampai SMU Dian nggak berubah. Dia paling cuek soal penampilan.

Untungnya sewaktu kuliah nggak lagi. ?’Kebetulan di kampus ketemu kakak kelas sedaerah yang pada pake kudung semua, ya udah insyaf,” katanya. Dari kakak kelasnya itu dia mengenal Islam dan akhirnya sedikit demi sedikit bisa ninggalin gaya tomboynya. ?’Nggak sulit kok, asal kitanya emang sungguh-sungguh pengin berubah,” katanya.

Krisis Identitas

Kenapa seh kok anak perempuan demen tampil tomboy? Jawabannya mungkin macem-macem. Misal karena pengaruh lingkungan. Yup, macam temen kamu Dian itu tuh. Karena sodaranya kebanyakan laki-laki, akhirnya gaya hidupnya kebawa kebiasaan laki-laki. Terutama soal penampilan, cara berpakaian dan berperilaku. Cewek yang berdandan ala laki-laki, biasanya kelakuannya juga nggak jauh beda ama dandanannya. Misal suka nongkrong, main gitar, suka olahraga yang hanya pantes buat kaum adam semisal silat, bahkan mungkin sepakbola.

Atau, boleh jadi karena sekolahnya di STM (Sekolah Teknik Menengah, sekarang SMK). Di situ muridnya mayoritas cowok, sehingga bila cewek sekolah di situ akhirnya kebawa kebiasaan mereka. Yup, karena pergaulannya ama anak laki-laki mulu, jadinya tomboy deh.

Bisa juga karena pengaruh pergaulan. Ya, kayak Hety di atas. Gaulnya ama anak-anak tomboy plus anak cowok, ya udah gampang banget kebawa gaya mereka. Bayangkan, kalo temen-temennya -yang tomboy- pada JJS (jalan-jalan sore) pakai jeans, masak dia pake rok sendiri? Pasti nggak bakal pede. Akhirnya ditirulah gaya temennya itu. Termasuk dandanan dan berbagai asesoris yang biasanya dipakai mereka, seperti topi, tas ransel atau tas pinggang, sepatu ket/bot, dll. Pokoknya gak ada feminine-femininnya, yang tampak justru maskulin.

Yang pasti seh, mereka-mereka yang pengin tampil beda dari kaumnya kebanyakan itu karena ingin menunjukkan jati dirinya. Ingin memiliki ciri khas dan tentunya membuat percaya diri. Nggak heran kalo kebanyakan yang melakukannya juga kalangan ABG yang konon katanya sedang dalam proses pencarian identitas diri. Dalam rangka ingin diakui eksistensinya sebagai ?orang dewasa’, akhirnya bikin dandanan yang nyleneh dari kebiasaan. Ya itu tadi, tomboy.

Penginnya seh, dengan dandanan yang unik, beda dari keumuman, lantas mampu menarik perhatian. Selain itu, juga pengin terlihat menonjol di tengah-tengah komunitas. Nah, karena tampak beda dan seolah diperhatikan inilah yang membuat mereka merasa eksistensinya diakui. Yah, kayak sinetron Kecil-kecil Jadi Manten itu, digemari karena ada tokohnya yang tampil beda. Makanya kalo si Rohaye gak muncul, jadi gak seru. So, bagi para aktivisnya, cewek tampil tomboy terkesan eksklusif, gitu lho!.

Beda Tabiat

Sayangnya, jati diri yang ditampilkan kayak gitu nggak dicontohkan di dalam Islam. Yup, nggak ada istilahnya muslimah tampil tomboy. Ingat Non, tampil beda dari tabiatnya sebagai wanita itu justru abnormal dan menentang tabiat. Tabiat kan cuma dua, tabiat laki-laki dan tabiat perempuan. Masing-masing mempunyai keistimewaan tersendiri. Maka jika ada laki-laki yang berlagak seperti perempuan dan perempuan bergaya seperti laki-laki, ini berarti suatu sikap yang tidak normal dan meluncur ke bawah.

Secara biologis misalkan, pria dan wanita emang diciptakan beda. Penampilan fisik wanita jelas banget beda ama pria (nggak usah digambarkan, udah ngeh kan?). Fungsi biologis wanita seperti tamu bulanan, hamil, melahirkan dan menyusui jelas nggak tergantikan oleh makhluk yang namanya pria (apalagi yang banci, he..he..).

Soal pembawaan juga beda. Pria cenderung lebih kuat fisiknya, gagah, lebih tegar, tidak mudah menangis (meski bukan berarti nggak cengeng) dan bersifat selalu ingin melindungi. Sebaliknya, wanita cenderung lemah-lembut, perasa, bahkan mungkin cengeng (hayo, siapa suka menangis?) dan ingin dilindungi. Fakta seperti ini nggak bisa kita pungkiri, meski nggak semuanya begitu.

So, udah selayaknya sebagai kaum hawa, kita musti tampil feminin. Maksudnya jangan gagah-gagahan kayak cowok gitulah. Bahkan sebagai muslimah, mustinya peluang buat tampil tomboy tertutup sama sekali jika semuanya menerapkan aturan Islam. Gimana nggak, Islam sudah punya aturan sendiri yang bila ditaati akan membedakan dengan tegas antara kaum adam dan kaum hawa.? Apa aja tuh?

Allah SWT sudah menurunkan seperangkat aturan mengenai tata cara berpakaian yang dapat membedakan laki dan perempuan. Jilbab dan kerudung adalah pakaian khas wanita yang bisa membedakannya dengan pria. Sayangnya, justru saat ini marak mode pakaian yang bisa dipake kedua makhluk beda jenis kelamin itu. Coba aja celana jeans, modelnya gak beda jauh. Bisa buat laki, bisa buat perempuan. Coba, kalau semua muslimah itu pakai kerudung dan jilbab, pasti nggak bakalan ada akhwat yang tomboy kan?

Yang pasti kita kudu inget, Rasulullah saw pernah? mengumumkan, bahwa perempuan dilarang memakai pakaian laki-laki dan laki-laki dilarang memakai pakaian perempuan. Disamping itu beliau melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki. Termasuk diantaranya, ialah tentang bicaranya, geraknya, cara berjalannya, pakaiannya, dan sebagainya.

Rasulullah saw pernah menghitung orang-orang yang dilaknat di dunia ini dan disambut oleh malaikat, diantaranya ialah laki-laki yang memang oleh Allah dijadikan betul-betul laki-laki, tetapi dia menjadikan dirinya sebagai perempuan dan menyerupai perempuan. Dan yang kedua, yaitu perempuan yang memang dicipta oleh Allah sebagai perempuan betul-betul, tetapi kemudian dia menjadikan dirinya sebagai laki-laki dan menyerupai orang laki-laki (Hadis Riwayat Thabarani).

Nggak heran bila Rasulullah saw melarang laki-laki memakai pakaian yang dicelup dengan ?ashfar (zat warna berwarna kuning yang biasa dipakai untuk mencelup pakaian-pakaian wanita di zaman itu). Ali r.a. Mengatakan: “Rasulullah saw pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutera dan pakaian yang dicelup dengan ?ashfar” (Hadis Riwayat Thabarani) Ibnu Umar pun pernah meriwayatkan: “Bahwa Rasulullah s.a.w. Pernah melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup dengan ?ashfar, maka sabda Nabi: ?Ini adalah pakaian orang-orang kafir, oleh karena itu jangan kamu pakai dia.?”

Bukan hanya itu, Allah SWT juga melarang kita bertasyabuh, yakni meniru kebiasaan kaum kafir. Yup, kebiasaan pake baju yang buka aurat, model celana atau baju kayak pria, itu karena kita sering mengikuti gaya hidup Barat. Model-model baju kayak gitu kan umumnya diimpor dari negeri kafir sana. Coba kalau kita pede dengan identitas kita sebagai muslimah sejati, dijamin peluang tomboy bakal tertutup rapat pat..pat..pat!

So guys, yang namanya laki-laki dan perempuan emang beda. Jadi nggak usah dibikin sama, bikin runyam! [asri]

Boks/

Tomboy = Lesbian?

Sebagian orang mungkin memandang biasa anak perempuan yang dandan kayak anak cowok. Sebatas rambut cepak, ke mana-mana pakai celana, tas ransel, topi atawa punya hobi maen bola. Apalagi di zaman keterbukaan (aurat) saat ini, laki dan perempuan bedanya tipiiiiis banget.

Tapi nggak sedikit juga yang sinis plus aneh dalam memandang penampilan aktivis tomboy ini. Kadang ada yang memandang mereka sebagai ?anak nggak bener.’ Suka bolos sekolah, nilai jeblok, salah gaul, suka berantem, dan sebagainya.? Cap seperti itu sering menempel pada aktivis tomboy karena dalam keseharian mereka memang selalu bikin ?ulah’ yang beda dari keumuman temen-temennya. Tujuannya ya biar jadi perhatian.

Yang lebih gaswat, aktivis tomboy sering diidentikkan sebagai pelaku lesbian. Wachs? Begini ceritanya. Seorang aktivis tomboy, ketika ia berpenampilan, bertingkah laku dan bertuturkata seperti laki-laki, akhirnya kesan yang muncul lebih kuat kelelakiannya. Apalagi jika dia memang punya bodi tegap kayak laki-laki (ada lho akhwat yang begitu).

Ditambah gaulnya kebanyakan dengan laki-laki, akhirnya tidak muncul sama sekali perasaan suka sama lawan jenis (gharizah nau’). Sebab, bertemu dan berinteraksi dengan kaum adam sudah biasa, jadi nggak menarik lagi. Akhirnya, yang disuka justru sesama jenis. Makanya nggak heran kalo aktivis lesbian itu sering digambarkan berdandan tomboy. Ini kenyataan Non, bener deh!

Sama banget ama laki-laki yang kebanyakan gaul ama perempuan (misal tukang salon, perancang mode, dll), akhirnya? kebawa lemah-lembut kayak perempuan dan nggak ada ketertarikan secara biologis pada mereka. Iya, kan?

Yang pasti, mustinya kita bersyukur udah diciptakan sebagai makhluk bernama perempuan, cantik, indah dan sempurna (masih untung nggak dijadiin monyet, he..he..). Caranya bersyukurnya gimana? Tentu dengan menyadari kodrat kita sebagai perempuan yang memiliki naluri keibuan, kelemahlembutan, berperasaan halus, lembut, dll. Kemudian, menjalankan aturan Allah SWT terkait dengan hakikat kita sebagai perempuan seperti memakai busana muslimah, tidak berdandan ala laki-laki,? membina diri dengan tsaqofah Islam, khususnya hukum-hukum terkait dengan masalah perempuan, dan juga belajar keterampilan sebagai bekal menjadi istri dan ibu kelak. Yup, daripada capek maen bola atau main layangan, mendingan kan belajar menjahit. Lebih asyik lagi belajar memasak. Kalau sukses kan enak, kenyang lagi he..he…

Well, kalo kamu termasuk aktivis tomboy, ya udah, ganti kulit deh! Atau kalo punya temen tomboy, segera ingatkan untuk kembali ke fitrahnya. Ok! [asri]

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Juni 2004]

4 thoughts on “Muslimah Tomboy? No Way!

  1. Kalo pake kerudung tapi pake celana jins, sepatu ket n tas ransel gimana? Apa itu juga termasuk menyerupai laki2. Soalnya sehari-hari ke kampus penampilanku ya sperti itu, tapi jangan dikira gw itu cwe yg pengen jd perhatian atau lesbian atau gaulnya kebanykan ama cowo. sy seperti itu karena lebih nyaman aja n ga ribet.?Memangnya penampilan yang tidak menyerupai laki2 itu yang bagaimana sih, apa musti pake rok ya, jd gimana donk dngan cowo2 di timur tengah sono yang pake jubah terusan sampe mata kaki atau yang kalo shalat pake sarung?kan itu menyerupai rok?trus soal kelakuan cewek yang berdandan ala laki-laki nggak jauh beda ama dandanannya suka bikin ulah, nilai jeblok, salah gaul, suka berantem,siapa bilang?jangan langsung menjustifikasi seenaknya begitu dong, memangnya cewe yang berjilbab pake rok otomatis kelakuannya feminim juga lemah lembut, bisa masak, ngomongnya ga nyakitin, ga milih2 teman trus ga suka menggunjing?belum tentu?.kelakuan seseorang atau akhlaknya ga bisa diliat dari cara berpakaiannnya. Banyak kok orang yang penampilannya bagus tapi akhlaknya busyet bejatnya minta ampun,..jadi buat apa penampilan feminim tapi masih tetap suka bercampur-baur ama cowo, berpacaran, atw bahkan merokok??

  2. wah kl aq nya sih krna dr kecil udh suka dengan kegiatan cow(aq dr kecil udh ikut kegiatan karete),sampai besar ya jadilah tomboy ditambah lagi wktu aq STM N Kuliah dikelas cuma aq doank yang cewek,yah jd sifat N karakter aq lebih dominan ke cowok,,,,tp sekarang udh mulai berubah scih walau kadang2 masih kelihatan juga tomboy nya

  3. Assalamu’alaykum
    aku pernah denger di suatu kajian gitu, kalo Allah memperbolehkan perempuan yang kelaki-lakian jika perempuan itu dari sejak lahir memang udah kaya gitu, bukan dikarenakan keinginannya sendiri untuk mengubah jati diri. Tapi, karena memang itulah yang ditakdirkan untuknya. Nah, aku termasuk orang yang seperti itu. dari sejak kecil (seingatku sekitar 3-4 tahun) aku sendiri ga tau kenapa bisa lebih tertarik pada mainan-mainan khas laki-laki, dan seleraku bener-bener beda dari anak perempuan pada umumnya, atau bahkan juga beda dari anak laki-laki pada masa itu. Akku lebih suka pakai kaus kaki kotak-kotak hitam putih kayak papan catur daripada kaus kaki bergambar kartun. Tapi, itu semua bukanlah suatu kesengajaan, semata-mata karena aku memang menyukainya. Bukan karena terbawa pengaruh saudara-saudara laki-lakiku, karena justru aku lebih dekat dengan saudara-saudara perempuanku dan jarang bertemu yg laki-laki. Sampai sekarang pun aku tetap seperti laki-laki, meskipun telah memakai jilbab dan rok sejak kelas X SMA. Apakah hal seperti ini diperbolehkan? Karena toh, aku sama sekali tidak punya niat untuk menjadi seperti laki-laki, dan aku pun masih bisa punya rasa terhadap laki-laki, tapi naluriku, setiap kali aku berbicara dan bertindak mirip laki-laki. Apakah ini yang dimaksud dengan tertukarnya hormon estrogen dengan androgen? Lalu, apa yang sebaiknya kulakukan?
    Wassalamu’alaykum

  4. Bagus, ana mau usul, Boleh gak isi nya di ambil, maksud nya utk tambah2an isi mading & lain2, boleh ya, berbagi ilmu dapet pahala lo….


    Boleh. Silakan. Tapi jangan lupa sebagai amanah ilmiah Anda harus mencantumkan sumbernya dari website ini. Terima kasih.
    redaksi gaulislam

Comments are closed.