Saturday, 20 April 2024, 06:35

Ajang sepak bola Piala Eropa 2004 yang digelar di Portugal ternyata membakar atmosfir penggila bola di seluruh dunia. Pesonanya bikin geger para pecandu sepak bola di jagat ini. Selain menyuguhkan pertandingan kelas dunia yang diperagakan oleh lebih dari 300 pemain dari enam belas negara yang ikut adu otot dan adu strategi, juga mempesona para pengusaha jasa dan hiburan serta pemilik klub besar Eropa yang sedang mencari talenta baru untuk memperkuat skuad klubnya.

Ibarat sebuah drama menarik, Euro 2004 emang bikin pesona. Mampu menyihir en me-nyita perhatian siapa saja yang merasa terlibat secara emosi di ajang balbalan ini. Ketika tim unggulan Spanyol dan Italia tersingkir di babak awal turnamen ini, para pemain, pela-tih, penonton, dan seluruh pendukungnya di dunia hatinya sedih dan remuk. Lebih nelangsa lagi yang kalah taruhan, selain muram karena klub favoritnya angkat koper lebih dulu akibat tereliminasi, mereka juga menangisi duit yang ludes dipake taruhan judi. (Kasiaaan Deh Lo!)

Begitu sebaliknya, ketika Inggris berhasil menggebuk Kroasia di pertandingan akhir babak penyisihan, David Beckham dkk bersuka-cita di atas penderitaan Dado Prso dkk. Tomislav Buti-na, kiper Kroasia harus memungut bola dari dalam gawangnya sendiri sebanyak empat kali. Dua kali dikoyak Wayne Rooney bintang muda asal klub Everton, dua gol lagi hasil usaha Paul Scholes (MU) dan Frank Lampard (Chelsea).

Bahkan aksi bintang muda Wayne Rooney yang baru berusia 18 tahun itu memikat banyak petinggi klub Eropa. Menurut Presiden Bar-celona Joan Laporta, tim besar dari Spanyol, Italia, dan Jerman siap mengeluarkan 50 juta pound (sekitar Rp 865 miliar) untuk mendapat-kan Rooney. Wuih, keren banget!

“Saya tahu dari pembicaraan dengan pemilik, pelatih, dan manajer umum klub bahwa Rooney telah memikat semua orang. Seluruh Eropa sekarang membicarakannya,� ujar Laporta (Koran Tempo, 23 Juni 2004)

Pesona Euro 2004 belum berhenti di situ. Masih banyak kejutan. Yunani, di luar dugaan mampu lolos ke babak perempat final. Nyaris sulit dipercaya, tim yang ditangani Otto Rehha-gel mampu mengalahkan Portugal, menahan im-bang Spanyol, dan hanya kalah dari Rusia. Yunani berhak melenggang ke perempat final mendampingi Portugal yang menjadi juara grup. Dengan prestasi ini, para pemain Yunani baka-lan kian agresif dan bikin kejutan, karena bonus uang senilai US 2,4 juta dolar (atau sekitar Rp 22,6 miliar) sudah menanti mereka. Wuih!

RCTI, sebagai stasiun televisi pemegang tunggal hak siar ajang balbalan Eropa ini, gam-pang saja untuk mengutip saweran dari para produsen untuk masang iklan. Kabarnya, baru sepekan Euro digelar, dana sebesar US 5 juta dolar (sekitar Rp 42 miliar) yang dipake untuk membeli hak siar dan menyiapkan segalanya di dapur produksi RCTI, sudah hampir tertutupi. Wow, benar-benar bisnis menggiurkan tuh!

Zulfirman, wartawan Koran Tempo yang meliput langsung di Portugal, menulis-kan di harian tempatnya bekerja bahwa para pemilik hotel di Portugal juga menga-ku ajang ini mampu melipat-gandakan keuntungan bisnis-nya. Sekitar 12 ribu pendu-kung Rusia datang ke Portu-gal, kebanyakan mereka tinggal di kota Algarve. Karuan aja, pebisnis lokal sangat menikmati kehadiran mereka. Bayang-kan, selama seminggu mereka memesan katering khusus dengan cita rasa yang istimewa, bahkan ada satu keluarga Rusia yang menyewa di kamar suite hotel bebintang lima, Hotel Vilamoura Marine. Mau tahu tarifnya? 3.000 euro (setara dengan Rp 33 juta)!

Sobat muda muslim, masih banyak cerita yang lahir dari pesona Euro 2004. Dan yang jelas, sepak bola sebagai olahraga paling populer di jagat ini bikin segalanya gemerlap. Sepak bola sudah menjelma bukan aja sebagai sebuah pertandingan tapi udah jadi hiburan, bisnis menggiurkan, dan juga �ideologi’. Walah!

Bola bergulir, duit mengalir
Menyadari bisnis sepak bola sebagai bisnis paling menggiurkan di dunia, pemerintah negerinya Luis Figo ini ngotot en nekat mengajukan proposal ke UEFA sebagai negara penyelenggara ajang besar Eropa ini. Setelah direstui UEFA, maka Portugal berbenah diri. Sepuluh stadion disiapkan, tujuh di antaranya stadion baru. Berapa dana yang dikeluarkan pemerintah Portugal untuk ajang ini? US 4,8 miliar dolar (sekitar Rp 44 triliun). Wuih, pastinya merogoh kocek dalam-dalam tuh.

Dengan pengeluaran sebanyak itu, pemerintah Portugal seperti sedang bertaruh, karena mereka berharap akan mendapat pemasukan yang sangat boleh jadi lebih besar dari itu. Sebut saja pendapatan dari tiket yang 95 persen sudah ludes terjual sebelum digelar pesta ini. Panitia menargetkan angka 700 juta euro atau sekitar Rp 7 triliun.

Pendapatan lainnya dari penjualan hak siar senilai 580 juta euro. Sekadar tahu aja, di se-mua penjuru dunia, 200 stasiun televisi mendaf-tarkan diri untuk menyiar-kan pertandingan secara langsung. Saweran dari para sponsor resmi Euro 2004 cukup menggelem-bungkan pundi-pundi uang penyelenggara. Tercatat beberapa sponsor resmi separti Hyundai (yang juga menyediakan 399 mobil Hyundai berbagai tipe untuk keperluan trans-portasi 16 negara peser-ta), Canon, Carls-berg, T-Mobile, JVC, Mastercard, McDonald’s, dan Coca Cola. Hebat juga ya?

Sobat muda muslim, ajang ini bukan cuma pesta ngumpulin duit bagi negara penye-lenggara, tapi juga para pemain dan negara peserta. Majalah Tempo edisi 14-20 Juni 2004, melaporkan bahwa tim juara akan mengantongi 12 juta poundsterling (sekitar Rp 162 miliar). Wow, duit segitu banyaknya kalo buat ngembangin Studia kayaknya bisa jadi majalah besar neh hehehehe….(mimpi kali yee!)

Oya, untuk melecut semangat para pemain, masing-masing negara peserta ajang balbalan Euro ini sudah menyiapkan dana lumayan besar. Kepada para pemain Portugal, juga pelatihnya, sudah dijanjikan masing-masing Rp 2 miliar. Sementara Rusia yang merasa peluangnya untuk juara kecil, sudah minta jatah lebih dulu total Rp 16 miliar untuk sekadar tampil saja. Bisa mabuk duit tuh!

David Beckham dkk sudah minta jatah Rp 3,3375 miliar bila menang di final. Permintaan ini di luar uang saku mereka lho, yang mencapai Rp 202,5 juta per pekan. Hmm… ini termasuk kecil Bro, karena gaji mereka per pekan di klub masing-masing angka ini bisa seperempatnya.

Ambil contoh Michael Owen, bintang muda Liverpool ini digaji 60 ribu poundsterling sepekan (sekitar Rp 1,02 miliar). Cckckck… kita dapetin duit sejuta sebulan aja senengnya bukan main. Gimana kalo seminggu semiliar rupiah tuh! Bisa pingsan deh. Glodaks!

Pendapatan Owen belum seberapa jika dibanding kapten timnas Inggris di Euro 2004, David Beckham. Suaminya Victoria Adams ini mampu meraup penghasilan sampai Rp 202,5 miliar dalam setahun. Berarti doi seminggu bisa dapet sekitar Rp 4 miliar! Ckckckck..

Owen dan Beckham sekadar contoh dari ratusan pemain sepak bola yang bersinar di lapangan hijau. Mudahnya mencari uang, bikin para bintang ini punya gaya hidup yang wah dalam membelanjakan duitnya. Jangan heran kalo David Beckham saja mampu mengkoleksi mobil mewah sampe selusin; Porsche 911 Turbo, Aston Martin DB 7 Coupe, Jaguar XKR, BMW 450i Saloon, Mercedes Benz CLK 320, Lincoln Navigator, Ferrari 360, Modena Spyder, GMC Yukon 4×4, Bentley, Range Rover V8 Vogue, dan Mercedes Benz S 500. Huhuy! ( Koran Tempo, 20 Juni 2004)

Untuk beli sedan mewah Mercedes Benz S 500, Beckham rela ngeluarin duit sebesar 150 ribu poundsterling (sekitar Rp 2,55 miliar). Jangan kaget, ini cuma setengahnya dari gaji doi seminggu! Hehehe kapan yang mereka kayak kita? (nggak kebalik neh?)

Duit yang mengalir dalam bisnis sepakbola ini bikin Roman Abramovich, rela membeli klub Chelsea. Orang kaya asal Rusia ini, sepertinya belum puas mengeruk keuntungan dari jual-beli minyak hingga mau terjun di bisnis bola. Kalo kebanyakan dari kita makan malam cuma dengan nar-koba (baca: nasi rames, kopi, dan bala-bala) yang bisa dibeli dengan duit 3000 perak, Abramovich menghabiskan makan malam senilai 22 ribu pound (sekitar Rp 374 juta)!

Sobat muda muslim, memang sulit diterima akal sehat uang yang mengalir dari bisnis bola yang bergulir itu. Nggak abis pikir, tapi itulah cerita indah dunia sepak bola abad ini.

“Agama� baru
Sekadar suka menonton aksi bintang lapangan hijau, masih dianggap wajar. Tapi kalo sampe nyandu. Ini yang nggak wajar. Gimana nggak, kalo orang udah nyandu bola, akal sehatnya bisa jadi udah â€?ditaro’ di dengkul. Mi-kirnya jadi pengen yang ringan-ringan aja, dan tentunya segala berbau sepak bola. Gawatnya kalo udah nyandu, maka bagi orang tersebut sepak bola jadi kebutuhan. Kalo udah butuh dan bergantung, sepak bola bagi dirinya adalah agama. Yup, agama baru jaman kiwari adalah sepak bola. Sampe segitunya ya?? 

Bila memakai perspektif Robert N. Bellah tentang civil religion, maka sepak bola boleh dibilang jadi sebuah agama. Civil religion, menu-rut Bellah, tidak dalam arti agama konvensional. Tapi suatu bentuk kepercayaan dan gugusan nilai dan praktik yang memiliki semacam �teologi’ dan ritual tertentu yang di dalam realisasinya menunjukkan kemiripan dengan agama. Boleh jadi ia adalah sebuah sistem atau praktik-praktik yang tidak ada hubungannya dengan agama. (Andai Kamu Tahu, hlm. 89)

Gimana nggak, bentuk �teologi’ dari sepakbola adalah para suporter yang rela membela klub kebanggaannya atau tim nasionalnya. Dukungan pun nggak sekadar bersorak dan jejingkrakan di tribun sepanjang pertandingan berlangsung, tapi seringkali mereka gelap mata dan saking cintanya, mereka rela berkorban demi klub pujaan hatinya. Pokoknya siap �gagah-gagahan’, bila perlu berjuang sampai titik darah yang penghabisan dalam 2 kali 15 menit perpan-jangan baku hantam dengan kesebelasan dan pendukung lawan. Gubrak!

Itu sebabnya, jangan heran kalo kejadian di Hesyel, Belgia pada tahun 1985 saat berlangsung final Liga Champions antara Juventus dan Liverpool. Kebetulan The Reds berhasil dipecundangi oleh Si Nyonya Besar asal Italia dengan kemenangan tipis 1-0 lewat gol Michael Platini dari titik putih. Suporter The Reds yang marah langsung beraksi brutal. Korban nyawa pun berjatuhan mencapai puluhan orang, karena sebagian tribun penonton ambruk.

Oya, ada juga lho sekolompok suporter Madrid yang kelewat beringas, “Ultra Sur� namanya. Bagaimana aksinya? Mereka men-jadikan Stadion Santiago Bernabeu sebagai markas untuk berkumpul dalam merencanakan serangan. Mereka udah menyimpan semua alat �perang’ tersebut di sebuah toko di sekitar stadion. Wasyah! Ini mo nonton bola apa mo tawuran sih? Begitulah, sepakbola acapkali dianggap sebagai pemuas atas gejolak jiwa para penganggum beratnya. Hmm.. jadi agama dong? Sangat boleh jadi.

Mungkin ada orang yang bilang, “Itu kan ulah suporter edan aja!� Betul, tapi itu kan bagian dari hiburan yang mewarnai sepakbola. Tanpa suporter, sepakbola jadi hambar dinik-mati. Tapi kalo suporternya beringas kayak gitu, mana tahan? Tapi inilah �aturan’ sepakbola sebagai pelengkap permainan.

Bang Farid Gaban, dalam tulisannya di Koran Tempo edisi 13 Juni 2004 mengutip pendapatnya Eric Hobsbawm yang menyebutkan bahwa sepak bola adalah salah satu bentuk “tradisi buatan� (invented tradition)—serangkaian praktik, yang dikendalikan oleh aturan tertentu dan memiliki sifat ritualistik serta simbolis. Jadi jangan heran kalo sepak bola sudah menjadi “agama� baru. Jangan kaget pula jika sebagian suporter klub Manchester United (MU) sampe rela membentangkan spanduk bertuliskan “MU is My Religion�. Aduh biyung!

Sobat muda muslim, akhirnya kita harus bilang, bahwa selain efektif menggerakkan massa, sepak bola telah menarik gerbong bisnis, dan kemudian menjadikan logika making money sebagai kitab suci. Kalo sudah begini, sepak bola alias soccer benar-benar udah jadi �agama’ baru bagi penghuni jagat ini. Udah jadi bagian dari kehidupan mereka. Moga kita nggak begitu rupa. Waspadalah! [solihin]

(Buletin Studia – Edisi 201/Tahun ke-5/28 Juni 2004)