Wednesday, 24 April 2024, 13:28

logo-gi-3 gaulislam edisi 127/tahun ke-3 (13 Rabiuts Tsaniy 1431 H/29 Maret 2010)

Hai putih-abuabuers! Alhamdulillah, akhirnya UN kelar juga. Setelah kamu dibikin ‘sport jantung’ ngadepinnya, sekarang kamu bisa sedikit bernapas lega. Eits, inget jangan banyak-banyak dulu bernapas leganya, karena perjuanganmu masih belum berhenti. Jangan dulu terlalu ‘over pede’ ngerasa pasti lulus sebelum surat keputusan kelulusan itu kamu baca dengan mata-kepala sendiri. Ok? Yang pasti, kami segenap kru gaulislam (tanpa diminta pun) bakal selalu ngedoain kalian semua supaya bisa lulus 100% dengan nilai yang memuaskan dan bisa ngelanjutin pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Insya Allah, amin Ya Robb.

Sedikit tips aja buat kamu yang mungkin masih bingung mau ngapain abis UN ini sembari menunggu hasilnya kelar. Pertama, pasrahkan semua usaha yang udah kamu lakukan pada Allah Swt. dalam arti tawakal. Jadikan diri kamu dalam posisi zero alias nol menghadapi ketentuanNya kelak. Kita hanyalah makhluk kecil dan lemah di hadapan keMahaKuasaanNya. Saat usaha sudah kita lakukan semaksimal mungkin, diiringi munajat yang tiada henti-hentinya, maka diri kita sudah harus disiapkan dalam posisi zero tadi. Karena, faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah (dan jika kamu sudah berusaha, tawakkallah pada Allah Swt). Katakan, “Ya Allah, aku sudah berusaha maksimal, sekarang aku pasrah pada ketentuanMu. Aku yakin, Engkau pasti akan memberi yang terbaik untuk hamba-hambaMu yang senantiasa dekat denganMu.”

Kedua, meski UN udah lewat, jangan pernah berhenti untuk terus beribadah dan berdoa. Allah berjanji di dalam al-Quran (yang artinya): “…Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah [2]: 186).

Ini adalah jaminan dari Allah bagi siapa aja yang mau terus berdoa tanpa lupa ibadah dan ikhtiar tentunya. Mohon agar selalu diberi yang terbaik di dalam suka maupun duka. Lengkapi juga dengan aneka rutinitas ibadah sunnah seperti sholat sunnah dhuha, tahajjud, hajat, istikharah (saat harus memilih di antara dua pilihan), plus shaum sunnah senin-kamis, atau bisa juga shaum sunnah daud (dua hari sekali), shaum sunnah tengah bulan (tiap tanggal 13,14,15 bulan hijriah), shaum sunnah di momen yang dicontohkan oleh Rasul Saw., dan nggak ketinggalan juga baca al-Quran, shalawat, dzikir, serta istighfar. Ditambah lagi sama sedekah. Beberapa keutamaan sedekah itu antara lain bisa memudahkan rizki dan menolak marabahaya. Tunggu apa lagi, kalo sobat muda mengamalkan semua ini dengan ikhlas, pasti Allah memberi yang terbaik dalam hidup, cita-cita, karir, dan masa depan.

Ketiga, kamu boleh bernazar kok. Nazar adalah janji kepada Allah Swt. bila keinginan kita dikabulkanNya akan melakukan suatu ibadah atau perbuatan baik. Misalnya kamu bernazar, Ya Allah kalo saya lulus UN dengan nilai rata-rata 7, saya akan puasa tiga hari berturut-turut.  Hukum asalnya boleh. Saat dikabulkan, janji tersebut hukumnya menjadi wajib untuk ditunaikan. Tapi kalo nggak terkabul, nggak dipenuhi pun ora popo.

Keempat, ba’da UN jangan pernah melakukan perbuatan sia-sia dan dosa. Hayo ngaku, siapa yang pas pulang UN hari terakhir kemarin corat-coret seragam? Atau ngerayain dengan aneka party, dari mulai minuman keras, narkoba, sampe free sex? Na’udzu billahi min dzalik. Semoga nggak ada yang ngelakuin hal ‘bodoh’ itu ya. Udah sia-sia, dosa pula. Jangan sampai kamu dicap sama orang tua, para guru, dan masyarakat sebagai pelajar yang nggak terpelajar atau pelajar yang kurang ajar. Belum terlambat kok untuk istighfar mohon ampunan pada Allah Swt. dan mohon maaf pada ortu, guru, dan diri sendiri kalo kamu udah terlanjur ngelakuinnya. Bersyukur atau meluapkan suka-cita bukan begitu caranya, Pren. Tunjukkan kalo kamu udah dewasa. Karena hanya orang-orang dewasalah yang mampu berpikir, berucap, dan bersikap sesuai kebutuhan.

Kelima, persiapkan kuliah. Di antara kamu mungkin ada juga yang mau langsung kerja terus pesimis nggak mampu kuliah karena masalah biaya. Iya kan? Berdasar pengalaman pribadi, kalo boleh ngasih saran, mumpung masih muda, kamu menimba ilmu dulu aja sampe ke jenjang yang paling tinggi kalo bisa. Karena masa depan kita insya Allah lebih cerah dengan ilmu, wawasan, pengalaman, plus skill yang didapet di bangku kuliah. Nggak percaya? Nyok kite bahas…

Masa depan butuh ilmu!

Sobat muda, sebagai muslim kita diperintahkan untuk terus menuntut ilmu. Banyak sekali firman Allah Swt. yang menganjurkan untuk berilmu. Pun Rasulullah Saw. teladan kita sangat menganjurkan umatnya untuk berilmu. Bahkan, salah satu keutamaan menuntut ilmu itu bisa menjadi penebus dosa-dosa kita yang telah lalu. Rasullulah bersabda: “Siapa saja yang menuntut ilmu, maka menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR at-Tirmidzi)

Sampai-sampai dalam Islam, kedudukan mencari ilmu itu sejajar dengan berjihad. Maka tatkala ada kewajiban berjihad, tidak boleh semua orang terjun ke medan perang. Sebagian ‘alim ‘ulama (orang yang berilmu) harus tetap tinggal di tempat untuk terus mengajar dan mendidik generasi penerus. Mutlak, dalam menjalani kehidupan ini kita pasti membutuhkan ilmu.

Seringkali banyak orang menilai pendidikan yang sarat ilmu dengan sebelah mata. Sehingga menyimpulkan bahwa pendidikan itu nggak penting. Belajar nggak penting. Pengennya langsung bisa kerja dan punya banyak uang. Padahal untuk kerja aja butuh ilmu. Maka yang terjadi adalah seperti yang kita lihat saat ini, selepas SMA/sederajat banyak yang ingin langsung bekerja. Di satu sisi itu bagus, menandakan kamu adalah orang yang mandiri dan bertanggungjawab. Tapi di sisi lain kamu melupakan kewajiban untuk terus menuntut ilmu. Bukankah menuntut ilmu itu kewajiban dari mulai dalam buaian ibu hingga ke liang lahat, sebagaimana yang telah disabdakan Beliau Saw.? Lagian, nyari ilmu bisa kapan aja, termasuk sambil kita cari nafkah. Iya kan?

Bro en Sis, hati-hati dengan motivasi kamu. Apakah kamu termasuk orang yang punya motivasi materi, yang mau melakukan sesuatu hanya karena ingin dapat kepuasaan berdasar materi alias kekayaan keduniawian belaka? Atau termasuk orang dengan motivasi moral, yang mau melakukan sesuatu hanya karena ingin dapat pujian, penghargaan, alias prestise dari manusia saja? Semoga nggak ada ya. Karena bagi seorang muslim, setiap melakukan apa pun, selalu motivasi yang dimiliki adalah motivasi ilahiyah, hanya karena Allah Swt. (lillah), billah (dengan Allah/mengikut-sertakan Allah), dan ilallah (untuk Allah Swt.).

So, yuk kita ubah mindset (pikiran) kita. Hidup kita jangan diorientasikan dengan hal-hal yang bersifat duniawi doang. Jangan pula memfokuskan hidup kita hanya untuk karir dan pekerjaan aja. Alangkah indahnya jika kita berprinsip bahwa hidup adalah untuk belajar dan beramal. Di sinilah letak pentingnya ilmu.

Pilihan baik setelah kamu lulus dari SMA/sederajat adalah melanjutkan kuliah. Menuntut ilmu di lembaga formal di jenjang perguruan tinggi bisa kamu pilih dari mulai jalur D1, D2, D3, D4, atau S1 yang diselenggarakan oleh universitas, institut, akademi, sekolah tinggi, atau lembaga pendidikan setingkat itu, sampai nanti S3 dan dianugerahi gelar profesor. Atau di lembaga non-formal seperti tempat kursus keterampilan. Atau magang bersama ahli kemudian belajar sendiri untuk pengembangannya. Pilih jurusan dan program studi yang sesuai dengan minat, bakat, serta cita-cita kamu. Tentu yang nggak bertentangan sama Islam, dong. Kuliah, kursus, atau belajar mandiri adalah dalam rangka menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan mudah-mudahan juga untuk akhirat. Masalah biaya? Gampang, komunikasikan dengan ortu kita, atau nabung dulu, meminjam biaya sementara kepada saudara, mencari orang tua asuh, atau mencari beasiswa.

Nah ini pilihan berikutnya, kuliah sambil bekerja. Waktunya diatur sedemikian rupa. Berikutnya, jangan pernah pesimis dengan biaya. Karena yang punya rizki hanyalah Sang Maha Pemberi Rizki, Allah ar-Razaq. Bukan ortu atau manusia lainnya. Pokoknya, yakini bahwa dengan jalan menuntut ilmu di bangku kuliah, kursus, atau otodidak ini kita bisa mendapatkan ridho dan kemudahan dari Allah Swt. Nggak ada yang lain, semua yang kita persiapkan ini adalah (sekali lagi) untuk masa depan bahagia.

Menata masa depan

Kita sadar hidup di dunia nggak akan selamanya. Kita sedang menuju masa depan (baca: akhirat) yang menjadi tujuan akhir hidup kita. Semoga surga adalah tempat yang Allah Swt. sediakan buat kita semua, hamba-hambaNya yang senantiasa beriman dan beramal shalih.

Bro en Sis, tuk melengkapi semua rencana masa depan kita, nggak lupa juga saya ingetin agar terus istiqomah mengkaji Islam. Kamu bisa memulainya dengan masuk pondok pesantren sambil kuliah atau bekerja, atau rutin mengikuti pembinaan dalam halqoh dan liqo’. Atau minimal kamu rutin mengikuti kajian Islam yang digelar di tiap masjid, majlis ta’lim, radio, tv, de-el-el, saban minggunya (BTW, dengerin juga acara klinik gaulislam di radio KISI 93.4 FM Bogor ya, setiap Rabu mulai jam 05.30 WIB). Nggak lupa juga mengamalkan dan mendakwahkannya. Semua ini kita lakukan (lagi-lagi) untuk melengkapi persiapan kita dalam menata masa depan, agar hidup kita seimbang dunia-akhirat, sebagaimana firman Allah (yang artinya): “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat. Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi…” (QS al-Qashash [28]: 77)

Sebagai kesimpulan, mari kita mulai menata masa depan kita dari mulai mempersiapkan kuliah, kuliah sambil bekerja, kursus keterampilan atau otodidak, kemudian bekerja mencari nafkah, sembari tetap istiqomah mengkaji, mengamalkan, dan mendakwahkan Islam hingga maut memisahkan kita. Insya Allah. Wallahu a’lamu bi ash-shawaab. Salam Mumtaz! [anto apriyanto, the spirit of soul | anto.mumtaz@gmail.com]

3 thoughts on “Pikirkan Masa Depanmu

Comments are closed.