Friday, 26 April 2024, 15:01

Di seberang kompleks pertokoan itu asap mengepul berwarna hitam pucat. Jelas bukan berasal dari asap rokok Mang Midun Kumis yang gemar jenis rokok klobot yang lintingannya sebesar kelingking gajah. Bukan juga berasal dari warung sate ‘goyang lidah’ milik Bang Mu’in asal Madura. Tapi asap itu berasal dari bangkai mobil VW dan sedan Corona. Rupanya tidak hanya kodok atau celana kolor yang bisa jadi bangkai,? mobl pun bisa jadi bangkai arang hitam kalau sudah bermesraan dengan api. Bangkai mobil yang masih berasap itu adalah sisa dari keributan beberapa jam yang lalu. Pelakunya bukanlah preman bertatto yang sedang mabuk lalu ditabok preman lain yang juga mabuk karena minum sprite dicampur bensin. Tapi pelakunya justru sekelompok remaja belia berseragam SMP dan SMU. Sebagai pelajar mestinya mereka berwajah manis dan berkepribadian luhur, tapi kenyataannya malah berwajah keji seperti George W Bush, berbibir kecut seperti John Howard, dan berkepribadian gelap seperti Tony Blair.

Tuan Sufi kebetulan melewati tempat itu. Dia ada acara mengisi halqah berupa kajian rutin keislaman untuk remaja aktivis dakwah di sebuah masjid. Tuan Sufi berhenti sejenak memandangi rongsokan mobil dan barang-barang lain yang terbakar, pecahan kaca pertokoan yang bertaburan dimana-mana, dan beberapa baju putih seragam sekolah yang penuh bercak darah. Menurut seorang polisi, ada 7 siswa yang ubun-ubunnya luka dan benjol sebesar telur asin, dan 12 siswa mukanya luka memar sehingga mirip wajah popeye, serta puluhan lainnya luka-luka serius. Tuan Sufi menghela nafas, dadanya kembang kempis menahan rasa kengerian dan kekhawatiran terhadap para pelajar yang potensinya jatuh menjadi gerombolan yang membuat bulu hidung dan bulu kuduk bergidik.

Sambil berlalu Tuan Sufi meraba-raba apa yang tengah terjadi di dunia pendidikan. Rupanya pendidikan di sekolah tidak mampu mendidik siswanya tumbuh menjadi remaja yang mempunyai kepribadian (syakhshiyyah) Islam yang tinggi lagi mulia. Tuan Sufi ingat bagaimana Dul Kentong bisa melatih monyetnya untuk bermain teater dalam arena topeng monyet. Si monyet itu bisa meniru gaya pidato congek George W Bush, memperagakan goyang ngebor Inul dan bahkan bisa goyang ngecor dan goyang dombret. Kalau monyet saja bisa ‘dididik’, apalagi manusia yang secara khusus oleh Allah SWT telah dimuliakan dengan dikaruniakanNya akal. Salah satu penyebabnya, di sekolah para siswa hanya diajarkan mahir cara menghitung rumus-rumus fisika, kimia, matematika dan lainnya. Tapi mereka jauh dari pelajaran yang mampu menyadarkannya untuk terikat pada syari’at Islam pada berbagai sisi kehidupan. Sains dan teknologi memang penting, namun yang tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan siswa berkepribadian Islam yang mulia dan tangguh. Pelajaran agama Islam di sekolah nyaris hanya menjadi hafalan yang tidak berbekas pada amal perbuatan.

Sistem pendidikan sekular telah mencetak siswa robot yang pandai menghantamkan batu ke ubun-ubun temannya sebagai ‘praktek’ rumus gaya sentripetal dalam pelajaran fisika. Atau menghasilkan siswi-siswi bergaya model penebar birahi bagai film secret desire sebagai ‘praktek’ ilmu marketing dalam pelajaran ekonomi. Pendidikan Islam diarahkan untuk menghasilkan siswa yang smart dalam sains dan teknologi dan menjadi hamba yang terikat pada syari’at Islam serta menjadi pengemban dakwah yang dapat menjunjung kemulian Islam dan kaum Muslimin. [Sadik]

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Juli 2003]

3 thoughts on “Robot

  1. Eh yg netral dunk

    Sistem pendidikan yg sama juga telah menciptakan bibit2 unggul yg bawa nama Indonesia di dunia International
    Bibit2 unggul yg memenangkan medali di olimpiade fisika dan matematika
    Bibit2 unggul yg menemukan solusi praktis untuk masalah rakyat kecil (mulai dari Bahan bakar alternatif sampe sumber makanan alternatif)

    Kenapa liat yg jelek doang? yang bagus juga banyak… Jangan2 bukan sistem yg salah tapi inputnya yg rusak??

  2. Oh iya.. satu lagi nambah

    Statistik menunjukan kalo bibit2 unggul di Indonesia, anak2 pemenang olimpiade sains, dll 80% datang dari pendidikan sekular… khususnya sekolah katolik…

    Berapa % sumbangsih pendidikan islam? pondok pesantren? sekolah islam top (alazhar)?
    Yang saya tau bagus cuma IC itupun karena pendekatan pendidikan sains-nya copydari jerman bukan arab

  3. Ya memang benar mayoritas yang brhasil adalah dari sekolah pnddikan sekular karena memang yang diajarkan di skolah tersebut mayoritas adalah ilmu dunia yang diharapkan untuk keberhasilan dunia. Perlu diketahui juga,para alumni pemegang gelar olimpiade sains or sejenisnya,setelah mereka menang kebanyakan akan hijrah sekolah ke luar negeri and setelah mereka berhasil menjadi orang,kebanyakan mereka lebih suka menetap disana lalu sumbangsih mereka apa/mana buat bangsa & negara ini???mereka itu kapitalis…orientasinya hanya dunia.

Comments are closed.