Saturday, 14 December 2024, 02:34

Aktivitas apa yang sangat digandrungi remaja? Makan dan minum, itu mah pasti terutama bagi mereka yang punya tubuh bongsor dengan stomach agak buncit, meski yang bertubuh ceking juga tidak kalah dahsyatnya. Jalan-jalan, itu juga tentu khususnya bagi mereka yang punya betis gajah yang terasa kesemutan kalau tidak berjalan. Membaca, itu pun sangat umum bagi remaja apalagi yang dibaca agak ringan seperti komik Sin Chan atau Popeye si Pelaut. Bukan, bukan semua itu, tapi yang dimaksud adalah aktivitas berkhayal alias melamunkan sesuatu yang tanpa ujung dan tanpa pangkal.

Pagi-pagi sambil minum teh tubruk atau kopi tabrak atau jahe seruduk biasanya dilengkapi dengan berkhayal menembus awang-awang. Berkhayal itu dapat mengubah rasa makanan melebihi daya kerjanya Royco atau Ajinomoto. Ketika makan ikan teri asin terasa sedang menikmati lezatnya Bandeng Presto kalau daya khayalnya cukup advance. Pada saat termangu dalam bajaj dapat saja berkhayal sedang mengendarai Pajero, ketika bergelantungan dan tergencet dalam bis kota dapat berkhayal sedang terbang dalam pesawat Boeing, dan waktu menyebrang laut dengan kapal besi tua yang kadaluarsa bisa saja berkhayal sedang di ruang dinner kapal mewah selevel Titanic.

Kata Tuan Sufi berkhayal itu bisa sederhana tapi bisa juga serius. Sederhana kalau berkhayal itu sekedar menghibur diri dan mengalihkan pada sesuatu yang lebih menyenangkan. Misalnya berkhayal sedang berada di Taman Anggur Babilonia padahal dianya sedang jongkok di atas wc, atau berkhayal sedang naik onta istimewa mengelilingi kota Maroko padahal dianya sedang naik tangga membetulkan genteng yang bocor, atau berkhayal sedang berada di puncak Mount Evrest yang bersalju meski kenyataannya dianya sedang ngupil. Tapi berkhayal itu bisa juga menjadi serius manakala dampaknya berkontribusi terhadap penyesatan opini.

Lho kok? Memang begitu, lihat saja misalnya film Jurassic Park hasil khayalan Steven Spilberg, sutradara kondang AS berdarah Yahudi itu. Menurut pengamat Muslim, film itu sebenarnya dibuat dalam rangka ?membela’ teori evolusi Charles Darwin. Melalui bukunya, The Origin of Species, Darwin menuturkan bahwa keanekaragaman makhluk hidup yang ada di dunia berasal dari proses evolusi. Misalnya burung berasal dari ikan yang berevolusi, dan manusia berasal dari proses evolusi hewan primata (kera). Muncul kemudian istilah manusia purba (phythecanthropus) mirip kera yang terus berevolusi menjadi manusia modern. Teori Darwin ini mulai runtuh setelah muncul ilmuwan Muslim yang membantahnya, diantaranya adalah Prof. Harun Yahya, seorang ilmuwan Muslim Turki, melalui bukunya The Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi). Hadir kemudian film khayalan Jurassic Park yang menggambarkan adanya hewan purba kelas Dinosaurus untuk menggiring opini bahwa manusia purba juga ada sebagaimana teori Darwin.

Film-film laga Box Office Hollywood seperti Air Force misalnya, syarat dengan pencekokan khayalan bahwa kaum Muslim itu adalah teroris. Misalnya, para teroris dalam film Hollywood sering diberi nama Ahmed, Omar, Mahmud, Hassan, sebagai identitas Muslim. Bahkan jaringan Al Qaeda pun bisa jadi sebenarnya tidak ada tetapi hanya hasil khayalan AS untuk simbol justifikasi memerangi kaum Muslim yang memperjuangkan tegaknya sistem Islam dengan tudingan teroris.

Kata Tuan Sufi, isu The War Against Terrorism yang dikampanyekan AS adalah khayalan dan takhayul konyol paling berbahaya di abad ini bagi kaum Muslim. Targetnya jelas, agar setiap negara di dunia ini mempercayai takhayul bahwa kaum Muslim harus diwaspadai dan dicurigai karena mereka adalah benih teroris. Padahal termasuk yang mereka tuding teroris itu adalah kaum Muslim yang ikhlas mendakwahkan keagungan dan kemuliaan sistem (syari’at) Islam. Allah ?Azza wa Jalla menggambarkan mereka dalam QS. At Taubah 32 : “Mereka berkehendak (berkhayal) memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya (Islam), walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.”? [Sadik]

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Feb-Mar 2003]