Friday, 29 March 2024, 19:14

gaulislam edisi 225/tahun ke-5 (20 Rabiul Awwal 1433 H/ 13 Februari 2012)

Saat buletin gaulislam edisi 225 ini terbit, tepat sehari sebelum acara Valentine’s Day digelar banyak orang. Semoga masih bisa menolong kawan-kawan remaja muslim agar tak ikut-ikutan pesta Valentine’s Day yang emang nggak bener menurut syariat Islam. Saya yakin banget kalo media Islam lainnya udah ngasih tahu tentang keharaman bagi kaum muslimin merayakan Valentine’s Day. Silakan surfing di Mbah Google ya. Kamu bakalan nemuin informasi berharga seputar larangan merayakan pesta kaum pagan di masa Romawi Kuno ini. Kalo penasaran, silakan cari dengan keyword: “Hukum merayakan Valentine’s Day” (catatan: saat saya mencarinya pada pukul 06:24 WIB, di hari Jumat 10 Februari 2012, Google menampilkan 167.000 data dalam waktu 0,22 detik).

Ngomong-ngomong soal Valentine’s Day, ternyata tak cuma bicara soal kasih sayang. Nggak. Justru ada anggapan bahwa Valentine’s Day tanpa seks, bagai sayur tanpa garam. Ah, bilang aja pengen ada kebebasan dalam seks. Bahaya banget sobat! Ya, siapa sih yang nggak kenal pesta Valentine? Hajatan ini seolah udah jadi menu wajib sebagian besar muda-mudi sedunia untuk melampiaskan kasih sayangnya dengan gandengan mereka masing-masing. Nggak kecuali di negeri ini. Maklumlah, namanya juga globalisasi. Jarak bukan lagi persoalan. Kamu bisa mengintip belahan dunia lain hanya lewat internet dan televisi yang dibantu satelit. Menjelajah dunia maya bukan berarti cuma dapetin info aja, tapi sekaligus kita jadi memahami budaya mereka., termasuk Valentine’s Day ini.

Pesta Valentine’s Day ini seringkali dijadiin sebagai puncak perwujudan kasih sayang. Katanya sih, kesetiaan dan pengorbanan seseorang bisa diukur dari perhatiannya di acara itu. Kalo misalnya salah satu dari pasangan yang sedang dimabuk cinta itu menolak hadir di acara itu, atau nggak mau terima kado yang diberikan sang pujaan hati, bisa dicap pengkhianat cinta, lho. Halah, lebay banget dah!

Itu sebabnya, setiap pasangan wajib merayakan pesta itu dan menumpahkan kasih sayangnya dengan penuh suka-cita. Apalagi dengan adanya acara yang seolah-olah legal itu, maklum dirayakan di seluruh dunia, teman-teman remaja jadi merasa sah berbuat apapun di ajang itu. Kacau banget kan?

Tapi, apa bener kalo cinta dan kasih sayang di acara Valentine’s Day (VD) tanpa seks tuh garing? Jawabannya tergantung kepada siapa kita bertanya. Kalo bertanya kepada para ‘penjahat kelamin’ pasti jawabannya cinta dan kasih sayang di acara VD tanpa seks nggak seru bin garing. Mereka memang pemuja seks dan apapun yang ada di pikirannya selalu seks dan segala hal berbau seks. Sehingga apapun kegiatannya, selalu dihubungkan dengan seksualitas. Udah gitu, dengan jalan yang haram pula dalam mengekspresikan seksnya. Bahaya!

Atas nama seks
Hmm… jangan bermain api sobat, nanti kebakar sendiri. Awalnya kecil, lama-lama bisa mbleduk, lho. Kasus kebakaran rumah or pasar juga awalnya dari api yang kecil. Tul nggak? Nah, pesta valentine ini bisa dibilang sebagai sarana yang dianggap ‘legal’ untuk menumpahkan kasih sayang. Hati-hati lho, gaul bebas bisa bablas euy! Ujungnya ya bikin bahaya bagi kamu, Bro!
Pernah lho rame diberitain di media massa bahwa ketika usai hajatan Valentine’s Day, ditemukan banyak kondom di sana. Saya pikir kamu cukup cerdas dan bisa menebak apa yang udah terjadi di acara itu (bukan abis niupin balon kan?). Yup, bebas berbuat apa saja termasuk saling ‘menubruk’ dengan pasangannya masing-masing. Dan, siapa tahu malah ada yang eksperimen dengan pasangan yang lain, saling tukar make (emangnya sepatu?). Naudzubillahi min dzalik.

Sobat, tenang en kalem aja. Karena kita yakin kok, bahwa nggak semua remaja tuh bejat banget. Ada yang setengah bejat, hampir bejat, dan mungkin rada alim dan sangat alim. Nggak bisa pukul rata. Masih ada juga kok yang nggak setuju kalo cinta sama dengan seks. Nggak sedikit juga yang mengkritik pesta Valentine yang diisi dengan sex party.

Memang sih kita nggak menutup mata kalo di tengah masyarakat kita, yang muslim sekalipun, masih banyak yang ogah belajar syariat Islam. Aneh kan? Masa agamanya sendiri nggak dijadikan untuk ngatur kehidupannya. Ngawur banget kalo ada remaja muslim yang memilih gaya hidup selain Islam sebagai rujukannya. Itu sebabnya, kita bisa saksikan mereka ikut larut dalam acara Valentine’s Day yang dikemas sedemikian rupa. Diembel-embeli bahwa VD adalah hari kasih sayang dan harus diekspresikan dengan berhubungan seks bebas di acara tersebut. Hah? Jangan mau ditipu, sobat! Gawat, kalo sampe seks pranikah digemari temen-temen remaja.

Hedonisme di tengah kita
Dalam Kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols & Hassan Shadily, “hedonism” diartikan sebagai “Paham yang dianut orang-orang yang mencari kesenangan semata-mata”. Suatu way of life alias jalan hidup yang mengedepankan kesenangan itu, meliputi pola pikir dan perasaan, penampilan lahiriah dan perilaku.

Wah, ini bisa kamu lihat sendiri kenyatannya di lapangan. Banyak lho teman kita yang doyan dugem dan seks bebas. Duit ‘dibuang-buang’ dalam pesta narkoba, miras, dan bahkan seks bebas.

Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, itu sebabnya, dalam masyarakat kita saat ini, hedonisme kemudian dimaksudkan sebagai sikap dan perilaku yang menyukai pemilikan, pemakaian barang-barang atau hal-hal mewah bin mahal sebagai kebutuhan dan perlengkapan hidup sehari-hari demi kepuasan diri, untuk menunjukkan status atau identitas diri. Nah, kalo kini tren-nya bahwa Valentine kudu ngesek juga, maka yang nggak ikutan tren dianggap nggak gaul (logika jongkok tuh!)

Nah, hedonisme yang muncul dalam masyarakat kita memang bukan hanya pemilikan dan pemakaian barang mewah tapi juga penyalahgunaan narkoba (narkotika dan zat berbahaya lainnya), cara bergaul, hubungan seks bebas, biseks dan homoseks seperti kecenderungan sebagian kaum berduit jaman kiwari. Kasihan juga ya?

Bro en Sis, nggak mungkin cinta sehat bisa diraih lewat pacaran atau sekadar diungkapin tulus (ngakunya sih) di acara Valentine. Kamu kudu yakin, bahwa ngadain acara Valentine’s Day bareng pacar kamu bakalan bikin bencana (ane bukan tukang ramal lho). Bukan apa-apa, meningkatkan hubungan cinta kasih dengan pacarmu di hari “kasih-sayang” itu, adalah jalan pintas menuju perzinaan (aduh, moga kuping kamu yang ngerasa langsung merah. Sori, tapi kita kudu nulis begini biar kamu juga ngeh).

Jadi nih, kalo cinta diartiin juga dengan kudu main seks pranikah, itu namanya bukan cinta sehat yang bisa kamu raih, tapi justru cinta yang ternoda. Cinta yang sakit! Itu bukan atas nama cinta, tapi atas nama seks! Ada baiknya inget nih sama pesan Rasulullah saw.melalui sabdanya: “Apabila zina dan riba telah merajalela di suatu negeri, maka rakyat di negeri itu sama saja telah menghalalkan dirinya untuk menerima azab Allah.” (HR ath-Thabrani, al-Hakim dari Ibnu Abbas)

Jangan ikuti budaya jahiliyah
Ada baiknya kamu tahu (bagi yang belum tahu) dan bagi yang udah tahu diingatkan lagi bahwa budaya Valentine’s Day bukan berasal dari ajaran islam. The World Book Encyclopedia, vol. 20 (1993) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day. VD awalnya adalah perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda dan pemudi saling mencari pasangan dengan undian. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, vol. 12, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada tahun 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang mati pada 14 Februari. (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan telah mati pada masa Romawi. Namun demikian, tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Jadi, bagaimana hukum merayakan Valentine’s Day bagi kaum muslimin? Haram! Sebabnya, acara itu bukan ajaran Islam. Inget lho, sabda Rasulullah saw., “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Belum akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta.” Ada orang bertanya, “Ya Rasulullah! Mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab beliau: “Siapa lagi orangnya selain ini?” (HR Bukhari)

Jadi, ati-ati ya. Waspada. Sayangi dirimu. Nggak usah ikut tren rusak deh. Itu cuma bikin kamu lupa diri dan malah jadi pinter ngumbar kebebasan dalam berbuat apa saja tanpa terikat aturan Islam. So, jauhi seks bebas, bubarkan pacaran dan tinggalkan budaya jahiliyah bernama Valentine’s Day! [solihin | Twitter @osolihin]