Friday, 29 March 2024, 04:01

logo-gi-8.jpgedisi 005/tahun I (26 Nopember 2007)

Gang-gang yang menyeramkan ala Yakuza en mafia Italia, ternyata nggak hanya eksis di film, tapi ada deket-deket sini. Ya, jantung orangtua dan para guru sempet dibikin dag-dig-dug-der dengan temuan media massa dan kepolisian ada gang-gang yang berkeliaran di lingkungan remaja. Sesuai namanya, gang, mereka banyak terlibat kegiatan negatif; pemalakan, pemukulan bahkan perampasan.

Akibat perbuatan gang ini, korban pun berjatuhan. Sebut aja teman kamu yang bernama M Fadhil sampe mengalami patah lengannya karena dianiaya gang sekolahnya, SMA 34 Jakarta. Fadhil bercerita bahwa selain disiksa ia juga sering diminta untuk ngebantu pemalakan di sekolahnya. Sampai kemudian ortunya curiga setelah ia mengalami patah tulang dan ngebolos sekolah (detik.com, 11 Nopember 2007)

Bikin resah

Apa yang diterima Fadhil ternyata bukan barang baru di sekolahnya. Meski sekolah unggulan, ternyata nggak gampang menghentikan kekerasan yang terorganisir. Banyak siswa yang udah terlibat dalam lingkaran gang yang kemudian diketahui bernama Gazper itu. Banyak para guru dan orangtua yang nggak berdaya. Seorang guru SMA 34 bercerita bahwa sekolahnya pernah mengeluarkan seorang siswa karena terlibat tawuran, tapi murid-murid yang lain menggalang solidaritas; berdemo dan mencaci-maki guru.

Maka, begitu orangtua Fadhil melaporkan anggota gang ini ke pihak kepolisian, banyak guru yang mengirim SMS ucapan terima kasih. Pasalnya mereka nyaris nggak berdaya menghadapi perilaku siswa anggota gang.

Bro en sis, bisa jadi nggak ada di satu sekolah, tapi juga eksis di berbagai sekolah. Kalau di SMA 34 Jakarta ada Gazper, di SMA 112 Jakarta ada juga gang Black & White. Sama dengan Gazper, kelompok ini bikin rese. Sebut aja Ibu Yani (50) yang kedua anaknya jadi anggota gang ini mengeluh karena ngerasa udah nggak mampu berbuat apa-apa lagi menghadapi kelakuan dua anaknya. Malah pernah ia dibentak dan ditunjuk-tunjuk anaknya, “Mama jangan ikut campur, cerewet aja kayak anjing kesurupan!” Astaghfirullah!

Kegiatan gang di berbagai sekolah selama ini emang identik dengan kegiatan negatif; tawuran, pemalakan, kekerasan antarsiswa (bullying), sampai peredaran narkoba. Pelakunya nggak hanya cowok, yang cewek juga ada yang terlibat. Di SMA 34 misalnya sejumlah siswi kelas XII anggota pemandu sorak (cheerleaders) menculik dan meneror siswi kelas X hanya gara-gara berebut cowok.

Aksi gang ini nggak cuma kerjaan anak SMA, sejumlah gang juga dibuat anak-anak SMP. Seperti kagak mau kalah ama kakak-kakaknya di SMA, mereka juga kerap bikin kerusuhan, tawuran, kebut-kebutan dan pemalakan.

Disadari atau nggak oleh para anggota gang ini, aksi-aksi mereka berlanjut ke tingkat kejahatan yang lebih tinggi. Awalnya mungkin kriminalitas kelas teri seperti malak atau ngancem, tapi suatu ketika bisa saja berubah jadi perampasan atau perampokan. Pada tahap berikutnya, bisa jadi gang-gang seperti itu menjadi mata rantai peredaran narkoba atau kejahatan terorganisir.

Solidaritas dan kebanggaan

Kenapa bermunculan gang-gang seperti itu? Jawabannya ada dua alasan. Pertama soal jati diri. Remaja kan makhluk yang lagi haus pengakuan dan mencari jati diri. Dengan menjadi anggota gang mereka diakui sama orang lain-minimal ama gangnya-dan punya jati diri. Pake jaket kelompok atau atribut-atribut lain termasuk tato.

Udah gitu, kalo bisa melakukan tindakan kriminal bukannya malu justru bangga. Ada seorang anggota gang yang ngaku bahwa kalo mereka ketangkep terus masuk penjara, justru nambah pede mereka untuk melakukan tindakan berikutnya. Hmm… dasar muka tembok kulit badak body batu!

Alasan lain adalah soal solidaritas. Manusia kan makhluk sosial, nah karena para pelajar juga manusia mereka pun seneng kumpul-kumpul. Supaya lebih solid maka dibentuklah sebuah ikatan termasuk gang itu adalah ikatan solidaritas para pelajar dan remaja. Seperti diakui oleh para pendiri gang di SMA 34 Jakarta, mereka mendirikan gang itu untuk solidaritas siswa. Bahasa lainnya mengalang kebersamaan. Bahkan kebersamaan itu terus berkelanjutan sampai mereka sudah jadi alumnus sekalipun.

Niatnya sih suer emang bagus, tapi selalu aja kebersamaan yang nggak terkontrol bisa berubah jadi gang kriminal. Entah kenapa banyak gang remaja dan pelajar yang kemudian melakukan aktivitas menyimpang. Melakukan bullying dan pemalakan. Beberapa gang malah selalu melakukan perploncoan dengan kekerasan pada anggota baru. Seperti yang kamu lihat di layar kaca, gang bermotor bahkan ‘mewajibkan’ calon anggotanya saling berkelahi. Beneran berkelahi, lho!

Solidaritas ngawur itu juga mendorong anggota gang menyerang gang lain. Prinsipnya, beda kelompok sikat! Lucunya, mereka juga bisa memanipulasi solidaritas kelompok untuk kepentingan pribadi; nyerang lawan atau ngerampas barang.

Solidaritas yang out of control itu emang berpotensi jadi bibit triad atau mafia. Mereka memplesetkan slogan Presiden SBY; “Bersama Kita Bisa!” So, para pelajar itu nggak takut lagi jadi ‘monster’. Mereka berani malak dan kasar pada orang lain – termasuk guru dan orang tua – karena percaya bakal dilindungi ama kelompoknya. Musibah!

Makanya banyak guru dan kepsek yang kèder ngadepin perilaku gang. Mereka saling melindungi. Kalau diinvestigasi mereka biasanya melakukan GTM (gerakan tutup mulut). Entah karena setia atau takut.

Wajar kalo kemudian anggota gang ini lebih percaya pada gang-nya ketimbang sama orang lain, termasuk orangtua sekalipun. Yang bikin ngeri, mereka juga nggak pandang bulu kalo ingin menyerang orang lain meski itu saudara sendiri.

Tapi kesetiaan pada kelompok/gang nggak semata karena saling percaya, tapi juga karena ada unsur ketakutan. Yup, banyak pelajar yang terpaksa jadi anggota gang atau melakukan keinginan kelompok karena dibawah ancaman. Mereka nggak berani menolak karena ogah dibilang cupu (culun punya) atau banci. Ngelapor? Wah, mana berani. Entar dikatain MT (makan temen) atau paling parah bakal dihabisin ama gangnya. Padahal, ketika mereka jadi anggota gang, posisi mereka jadi serba salah; ikutan terus nanti kebawa kriminal, kalo keluar keselamatan terancam. Maju kena, mundur kena.

Emang ada untungnya?

Pikir deh, bro en sis, ada nggak seh untungnya bikin gang dan jadi member di situ kalo malah nge-rese-in orang lain dan diri sendiri? Ketika mau jadi member kamu udah dikerjain abis. En kalau udah ada di dalam, nggak mudah menolak keinginan gang apalagi minta keluar. Perlu keberanian ekstra, bro!

Belum lagi kalo gang itu udah jelas kerjaannya nyusahin orang lain; malak dan bullying. Kepikir nggak kalo itu adalah perbuatan kriminal. Bayangin gimana rasanya kalo kita yang ngalamin seperti itu? Bayangin juga kalo ortumu tahu, apa nggak bakal malu seumur-umur?

Yang paling penting, neh, apa nggak takut dan malu pada Allah? Hmm, sehebat-hebatnya anggota gang nggak bakal bisa menahan derita di akhirat kelak. Bukankah kita semua bakal mati en balik menghadap Allah Swt.? Bukankah segala perbuatan kita bakal dibales di akhirat sana? Padahal tindakan kekerasan dan pemerasan jelas dibenci Allah Ta’ala. Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala pasti akan menyiksa pula orang-orang yang melakukan penyiksaan di dunia.” (HR. Muslim)

So, jangan mentang-mentang kamu senior atau punya gang lalu meneror orang lain seenaknya, atau malakin orang lain semau kamu. Semua bakal ada balasannya. Bisa jadi ente sekarang sok kuasa dan orang lain takut sama ente, tapi percaya aja Brur, kelakuan ente bakal dibales Allah di hari Kiamat. Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh semua hak pasti akan dikembalikan pada yang berhak pada hari Kiamat, hingga kambing yang tidak bertanduk diberi kesempatan membalas pada kambing bertanduk.”(HR Muslim)

Senang berkelompok itu sah aja, tapi kalo udah ngebanggain kelompok apalagi rela mati demi kelompok, itu mah rugi banget. Bukan bagian dari jiwa seorang muslim. Kalo sampe mati ngebelain gang wah nggak bakal masuk ke dalam surga. Rasulullah saw. udah ngingetin dalam sabdanya: “Bukan golongan kami yang menyeru pada ashabiyyah, berperang karena ashabiyyah dan mati karena ashabiyyah.”(HR Abu Daud)

Udah deh Brur, sesama muslim itu bersaudara. Pantang mencelakakan sesama. Lagian, apa pantes sesama muslim gebug-gebugan dan saling menumpahkan darah? Aduh, Israel masih bercokol dan AS masih berlaga kenapa nggak mereka aja yang kita gempur? Bodoh banget kalo sesama muslim malah saling bunuh. Inget pesan Rasulullah saw.: “Jika dua orang muslim bertemu dengan pedangnya masing-masing maka yang membunuh dan yang terbunuh berada di neraka.” Aku (Abu Bakrah ra.) bertanya, “Ya, Rasulullah! Yang pembunuh sudah pasti, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?” Rasulullah saw. menjawab, “Sesungguhnya ia telah berniat sungguh-sungguh untuk membunuh temannya.” (HR Bukhari)

Apalagi kalo yang terbunuh orang yang kagak punya salah apa-apa. Hanya karena ia bergaul dengan ‘lawan’ gang-mu. Wah, nggak kebayang dosa-dosa yang kudu ditanggung. Firman Allah Ta’ala: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS an-Nisa’ [04]: 93)

Keluar, Bro!

Buat kamu-kamu yang udah berada di lingkungan gangster, saatnya beri ‘perlawanan’. Speak out, guyz! Katakan pada kelompokmu bahwa selama ini kalian berada di jalan yang salah. Apalagi kamu-kamu yang muslim nggak pantes ngelakuin perkara yang jahiliyah, pamer kekuatan dan kekasaran.

Bicara juga pada ortumu tentang lingkungan pergaulan yang udah nggak sehat itu. Katakan terus terang juga pada guru-gurumu, dan minta mereka menyelesaikan urusan ini sampai tuntas. Ini keberanian sejati yang kudu dimiliki seorang remaja muslim. Berani bukan karena banyakan, tapi karena benar. Catet yo!

So, ati-ati memilih kawan. Jangan karena takut dibilang nggak gaul, dikatain cupu en banci lantas mengorbankan masa depanmu di tangan para gangster. Lagian, solidaritas yang mereka bilang itu umumnya semu, palsu abiz, coy! Coba aja kalo ada member yang dipenjara mereka rata-rata menjauh. Apalagi nih, kalau seandainya ada member yang nanti masuk neraka dan diazab sama Allah Swt., apa mereka berani nolongin dan ngelawan Allah? Pastinya kagak lha, yauw!

Jadi, nggak ada ruginya kita meninggalkan teman-teman yang perilakunya kayak gangster, gitu. Cari deh teman dan sahabat dalam pertemanan dan persahabatan yang sehat dan bikin kita hepi di dunia wal akhirat. Setuju kan? Harus atuh! [iwan januar]

1 thought on “Teman-temanku Gangster

  1. Pengawasan dan pendidikan moral yang ditanamkan sejak dini serta perilaku yang mendidik dari orang tua merupakan kunci utama agar anak-anak tidak terjebak tren “gangster” saat ini…

Comments are closed.