Friday, 26 April 2024, 20:32

Kembali, film remaja merajai bioskop-bioskop Nusantara. Kali ini, sutradara Hanny R. Saputra di bawah bendera Star Vision berhasil menggarap film bertajuk �Virgin’ Ketika Keperawanan Dipertanyakan (VKKD), yang menyedot perhatian remaja beberapa minggu terakhir. Pihak pengelola Bioskop Mataram Yogyakarta Mustofa mengatakan, setiap satu hari pihaknya dapat menerima pendapatan sebesar Rp 1 juta dari total 5 kali penayangan Virgin. Film ini menduduki posisi keempat baik dalam hal pendapatan maupun jumlah penonton yang melihat film tersebut versi Bioskop Mataram. (Gudeg.net, 27/11/04).

Film ini mengisahkan tentang seorang remaja cewek bernama Biyan yang bersahabat dengan Stella dan Ketie. Ketiganya bergabung dalam komunitas “anak gaul�. Sebuah komunitas “rusak rame-rame� dari remaja belasan tahun di ibukota yang nggak mau ketinggalan tren.

Dalam komunitas ini, kebebasan dan keberanian menjadi tolak ukur eksistensi. Sehingga mereka rela ngapain aja untuk hidup mewah bin glamour agar diakui dalam pergaulan. Salah satunya dengan melepaskan keperawanannya. Bagi Stella dan Ketie, virgnitas adalah aset berharga yang pantas di tukar dengan sejumlah materi atau popularitas. Berbeda dengan kedua temannya, Biyan menuliskan dalam diarinya: “Bagi gue, kehilangan virgin (keperawanan) sama seperti kehilangan harga diri.�

Sayangnya, nggak semua orang sepakat dengan potret anak gaul versi sang sutradara VKKD. Penonton bakal dibikin shock dengan aksi-aksi pelanggaran norma budaya timur dan agama yang disajikan dengan vulgar dan provokatif sepanjang film. Mulai dari bahasa yang digunakan, perilaku yang ditunjukkan, hingga busana yang dikenakan. Nggak sopan gitu lho!

Nggak heran kalo nasib film ini menuai protes dari berbagai pihak. Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin, memerintahkan penghentian penayangan dan penarikan peredaran film Virgin dari seluruh bioskop di kota ini, menyusul protes dari berbagai elemen masyarakat seperti MUI Makassar, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, Komunitas Film Makassar dan Pemberdayaan Perempuan Pemkot Makassar. (Gatra, 27/11/04). Masa’ sih nggak belajar dari BCG?

Berlindung di balik pesan moral
Dengan mengantongi stempel lulus sensor dari Lembaga Lulus Sensor (LSF), Chand Parwez Servia sang produser VKKD mencoba bertahan di tengah gelombang protes penyiaran VKKD dengan berlindung di balik pesan moral.

Chad Parwez kepada pers seusai preview menuturkan bahwa dalam film ini terdapat hikmah dan karena itu bisa menjadi pelajaran bagi remaja. Bahwa penjahat akhirnya akan kalah, dan janganlah mengorbankan segala-galanya demi meraih tujuan. Tirulah Biyan yang bisa mempertahankan keperawanan ketika orang-orang di sekitarnya sudah menihilkan apa artinya kesucian seorang gadis. (Media Indonesia, 21/11/04)

Sobat muda muslim, kita tentu sepakat dengan penuturan Parvez di atas. Sayangnya, VKKD kurang cantik menyampaikan pesan moral itu kepada penonton. Simak saja pemberitaan dalam Detikhot, 01/12/04 tentang film ini. Film remaja berlabel dewasa ini vulgar banget mengeksploitasi pergaulan bebas remaja metropolitan.

Orientasi seks sangat kental dalam film ini. Dari sekadar obrolan hingga perilaku para pemainnya. Wanita diposisikan semata-mata sebagai objek seks. Sekolah sebagai lembaga pendidikan pun sepertinya cuma melengkapi status pelajar yang disandang pemeran utama. Bahkan terkesan dilecehkan. Siswinya berangkat ke sekolah dengan rok super mini khas bupati alias buka paha tinggi-tinggi (ups!). Kancing seragam yang terbuka sampai dada. Tindikan dan tatto dianggap sebagai asesoris sehari-hari yang menjadi kebanggaan sehingga layak untuk dipamerkan. Meski tatto itu mangkal di �bemper belakang’. Gaswat!

Nggak cuma itu, rokok slim yang tak pernah lepas dari tangan para tokoh dan minuman keras menjadi penghias tetap film. Fastabiqul aurat alias berlomba-lomba dalam mempertontonkan aurat diperagakan lewat busana para pemainnya baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Bahkan kata-kata kasar juga hal yang sangat biasa. Tak terhitung berapa kali penggunaan kata “Anjing�, “F***�, “S***� dan kata-kata makian gaya Barat lainnya.

Kalo udah kayak gini, kita layak bertanya, mana pelajaran mulia yang pengen disampaikan ke penonton, khususnya remaja? Kalo pun ada, kayaknya nggak begitu ketangkep. Kecuali pelajaran bagaimana bergaul bebas (atau seks bebas) yang trendi; berbusana yang buruk bin norak di mana aja; belajar memfasihkan kata-kata makian yang kasar; atau belajar mengikuti kehidupan Barat yang sekuler dan berlumuran hawa nafsu. Masa’ iya mau ngasih pelajaran kepada remaja supaya mempertahankan keperawanan malah dengan menyodorkan tokoh-tokoh dalam film itu yang justru melecehkan keperawanan?

Seks bebas kian beringas
Sobat muda muslim, opini gaul bebas di kalangan remaja kian gencar dan tanpa hambatan menyapa kita. Tayangan pornografi dan pornoaksi nggak ada matinya di layar kaca atau layar lebar. Akibatnya, gaul bebas yang mengarah pada seks bebas kian populer di lingkungan generasi muda.

Di Kab. Bandung diperoleh data sedikitnya 38.288 remajanya diduga pernah berhubungan intim di luar nikah atau melakukan seks bebas. Jumlah ini berdasarkan hasil polling “Sahabat Anak Remaja (Sahara) Indonesia Foundation� yang terungkap pada seminar dan lokakarya “Kependudukan dan Kualitas Remaja� di Banjaran (Pikiran Rakyat, 29/07/04).

Ada sejumlah alasan kenapa remaja Bandung melakukan kegiatan seksual pranikah. Hasilnya, upaya menyalurkan dorongan seks (57,89%), sebagai tanda ungkapan cinta (38,42%), terpaksa atau dipaksa pacar (27,37%), dan biar dianggap modern (20,53%). (Tempo Interaktif, 13/06/04)

Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksual pranikah, diperoleh data survei MCR (Mitra Citra Remaja)-PKBI Jabar: sulit mengendalikan dorongan seksual (63,68%), kurang taat menjalankan agama (55,79%), rangsangan seksual (52,63%), sering nonton blue film (49,47%), dan tak ada bimbingan orangtua (9,47%). Tiga faktor terakhir yang turut menyumbang hubungan seksual pranikah adalah pengaruh tren (24,74%), tekanan dari lingkungan (18,42%), dan masalah ekonomi (12,11). (idem)

Parahnya, fenomena ini nggak cuma terjadi di satu tempat saja. Tapi hampir merata di seluruh Nusantara. Sekitar 18-20 persen remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks bebas. �’Itu hasil penelitian yang pernah kami lakukan terhadap pelajar dan mahasiswa,’’ ujar dr Boyke Dian Nugraha SpOG MARS, saat berbicara dalam acara �’Let’s Talk About Drugs & Free Sex’’, Minggu (1/6) di Gedung Dharma Wanita Jateng. (Suara Merdeka, 02/06/2003).

Kebebasan perilaku seksual di kalangan temen-temen kita adalah hasil tiruan gaya hidup remaja Barat yang diklaim gaul bin modern seperti dalam film seri Beverly Hils 90210, Melrose Place, Dawsons Creek, Friends, atau American Pie.

Dalam American Pie I diungkap budaya remaja Amrik yang merasa nggak pede bin terkucil kalo lulus SMA masih berstatus perawan atau perjaka ting-ting. Sehingga mereka berusaha melepaskan statusnya itu maksimal menjelang kelulusan. Parah tenan iki!

Yang lebih mengerikan adalah dampak buruk yang dilahirkan oleh perilaku seks bebas ini. Penularan penyakit seksual; mewabahnya virus HIV/AIDS; aborsi, hingga prostitusi yang makin lestari. Perkiraan jumlah penderita HIV di Indonesia sampai akhir 2004, menurut ASA (Aksi Stop Aids) mencapai 90.000-130.000 orang. Hingga 30 September 2004 saja terdapat 3338 kasus HIV positif dan 2362 kasus AIDS. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat perilaku remaja kita yang demikian bebas. (Kompas, 01/12/04). Masihkah kita cuek dengan kondisi ini?

Hidup mulia bersama Islam
Sobat muda muslim, kondisi di atas tumbuh dan berkembang akibat penerapan aturan hidup kapitalis yang sekuler oleh negara. Kehormatan dan derajat manusia telah kehilangan kesuciannya. Kian hari, orang ngerasa nggak ada kata tabu buat pemenuhan kebutuhan biologis ini secara liar.

Parahnya, kontrol dari negara berupa pemberlakuan sanksi untuk menjaga moral masyarakat kian tumpul. Makanya kudu ada upaya tegas dari negara biar negeri kita nggak ikut amburadul. Untuk urusan ini, Islam jagonya. Masa’ sih?

Asli, nggak bo’ong. Soalnya, syariat Islam punya resep jitu bin mujarab untuk menjaga kehormatan manusia. Bagi para pelaku seks bebas yang terbukti berzina, negara akan memberlakukan sanksi yang tegas seperti dalam firman Allah swt:

?§?„?²?‘???§?†???????©?? ?ˆ???§?„?²?‘???§?†???? ?????§?¬?’?„???¯???ˆ?§ ?ƒ???„?‘?? ?ˆ???§?­???¯?? ?…???†?’?‡???…???§ ?…???§?¦???©?? ?¬???„?’?¯???©?? ?ˆ???„?§?? ?????£?’?®???°?’?ƒ???…?’ ?¨???‡???…???§ ?±???£?’?????©?Œ ?????? ?¯?????†?? ?§?„?„?‘???‡??
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah.â€? (QS. An-N?»r [24]: 2)

Untuk mencegah eksploitasi seksual melalui media massa, negara akan mengenakan sanksi penjara sampai 6 bulan bagi siapa aja yang memproduksi, mencetak, menjual, atau menyimpan media porno. (Sistem Sanksi, Abdurrahmah al-Maliki, hlm. 266.)

Islam memerintahkan umatnya untuk menutup aurat. Sialnya, tren fashion Barat sering menggoda umat Islam untuk menanggalkan busananya yang menutup aurat dan menjaga kehormatannya. Dalam hal ini, negara akan menegaskan kewajiban menutup aurat dengan pemberlakuan sanksi jilid (cambuk) bagi wanita yang membuka auratnya (selain wajah dan kedua telapak tangannya). Kalo nggak kapok juga, ia akan diasingkan selama 6 bulan. (idem, hlm. 267)

Sobat muda muslim, banyak orang yang beranggapan kalo hukum Islam itu, kejam, sadis, atau tidak berperikemanusiaan. Padahal, justru membiarkan kemaksiatan merajalela di sekitar kita, lebih kejam, lebih sadis, dan nggak punya hati. Dan kudu dicatet, siapa aja yang bersedia dihukum dengan syariat Islam di dunia, dia akan terbebas dari azab Allah swt di akhirat nanti. Orang cerdas pasti akan mikir beribu-ribu kali lipat untuk berbuat maksiat. Kalo pun udah terlanjur, doi pasti minta disucikan dengan sanksi hukum Islam di dunia seperti kasus al-Ghomidiyah dan Maiz al-Islamiy yang rela dirajam karena telah berzina. Betul?

Oke deh sobat, saatnya kita bersama-sama berjuang agar hukum Islam diberlakukan oleh Negara. Nggak lupa kita membina diri untuk menghindari godaan media massa yang bisa bikin syahwat kita kebakar. Berusaha hidup bersama orang-orang yang bisa menjaga dan membantu kita mengendalikan hawa nafsu. Bagi yang udah mampu dan berani, segeralah menikah untuk menjaga kehormatan. Kalo belum, berpuasalah untuk membangun benteng perlindungan dari hawa nafsu. Terakhir, jangan lupa untuk hadir di pengajian. Karena kita bakal berat ngejalanin semuanya kalo belum memahami dan meyakini bahwa cuma aturan Islam yang bikin hidup kita mulia. Bukan yang lain. Betul? Siip dah! [hafidz]

(Buletin Studia – Edisi 222/Tahun ke-5/13 Desember 2004)

2 thoughts on ““Virgin”; Ketika Keperawanan Dilecehkan

Comments are closed.