Tuesday, 30 April 2024, 09:53

gaulislam edisi 632/tahun ke-13 (5 Rabiul Akhir 1441 H/ 2 Desember 2019)

Banyak keanehan di negeri ini. Kalo bener malah jadi disalahkan atau bener justru dianggap salah, jelas itu aneh banget, kan? Sebaliknya, yang salah ternyata jadi benar atau salah dianggap benar. Tentu saja, aneh juga, kan? Nah, anomali itu apa, sih?

Begini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anomali diartikan: tidak seperti yang pernah ada; penyimpangan dari yang sudah ada. Nah, sebenarnya ada istilah yang mirip, yakni istilah ironi. Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ironi diartikan: kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir.

Oya, kira-kira menurut kamu, keanehan dan kejanggalan di negeri ini yang paling pas menggunakan istilah anomali atau ironi? Hehehe.. jangan pusing-pusing, sebenarnya keduanya juga bisa pas, kok. Mau tahu? Baca aja ampe tuntas edisi gaulislam pekan ini, ya.

Semua bisa diatur

Ya, sebenarnya “semua bisa diatur” kalo semua hal itu kebaikan sih, nggak masalah, ya. Malah bagus. Tapi bisa bikin ribet kalo semua bisa diatur itu dalam makna apapun, termasuk yang negatif. Makna “diatur” di sini maksudnya jadi “diakalin”. Wah, ini kan bahaya. Contoh nih, ada anak yang nilainya jeblok. Biar di rapor nggak tertulis nilai jelek, akhirnya sang ortu melobi wali kelas atau bahkan kepala sekolah agar anaknya dikasih nilai bagus di rapor. Tentu berlaku istilah: “nggak ada makan siang gratis”. Artinya ya, bayar lah. Bisa dengan uang bisa dengan iming-iming hadiah lainnya. Nah, ini kan jadi salah, ya. Parah bingitz!

Di tingkat urusan yang lebih tinggi, kalo urusan “semua bisa diatur” tergantung juga kepentingannya apa, siapa pelakunya, dan untuk siapa. Belum lama, Ahok alias BTP, meski residivis ternyata dipaksakan oleh penguasa untuk jadi Komut alias Komisaris Utama Pertamina. Awalnya memang ada banyak penolakan dari berbagai pihak dan lembaga atas rencana si penista agama ini dijadikan bos di perusahaan BUMN, tapi akhirnya semua bisa diatur. Siapa lagi yang bisa atur sedemikian rupa jika tidak ada pihak berwenang yang lebih tinggi kuasanya. Betul apa bener?

Jelas, inilah ironi dan anomali di negeri ini. Lalu apa lagi? Kamu tahu Abu Sandal, eh, Abu Janda laknatullah ‘alaih, itu? Ya, si pembenci Islam dan kaum muslimin ini sejak lama emang dipelihara penguasa untuk urusan ngerecokin umat Islam. Buktinya nggak diusik or dicolek-colek gitu. Apalagi diberi sanksi. Dia bebas berkeliaran dan mulut busuknya terus menebar kebencian kepada Islam dan kaum muslimin. Terbaru dia bilang bahwa “terorisme itu punya agama, dan agamanya Islam”. Jujur kalo ketemu langsung pengen gampar mulutnya. Sori ya, ini bukan kasar, tapi udah memuncak kekesalan kepada orang model gini. Ajaibnya, dia tetap eksis dan memang dipelihari penguasa. Ya, itu karena semua bisa diatur sesuai kepentingan di antara mereka. Jahat bener ya!

Nah, yang model gitu dan juga tetap berkeliaran masih ada lagi. Yup, Sukmawati binti Soekarno, panggilannya sekarang di kalangan netizen: Busuk. Ya, sebusuk hatinya karena aksi nekatnya membandingkan jasa Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dengan bapaknya untuk kemerdekaan republik ini. Silakan tonton aja videonya, udah nyebar kok di medsos.

Duh, aneh-aneh aja sih mikirnya. Tapi, dia masih anteng-anteng aja nggak disentuh hukum tuh, meski seruan agar Busuk dipenjara menggema, termasuk di hari ini saat puluhan ribu kaum muslimin mengadakan acara Reuni Akbar Mujahid 212 di Jakarta. Ada salah seorang orator yang menggemakan seruan agar Busuk segera diseret ke penjara.Semoga terwujud.

Pertanyaannya, kenapa Busuk tetap aman? Ya, karena semua bisa diatur. Rezim ini sudah sekolam dengan dia kok. Jadi ya, suka-suka mereka aja, sih. Sesama penjahat kan saling melindungi. Nggak takut kali ya dengan azab dari Allah Ta’ala, ngomong kok ngawur sesuka nafsunya.

Ada lagi nggak? Ini dia, ada seorang yang digelari Gus, tapi salah satu isi ceramahnya bukan saja menghina dan melecehkan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam, tetapi sudah melemparkan fitnah. Awalnya saya nggak ngerti apa yang diomongkan orang itu di video yang viral di medsos. Tapi setelah saya dijelasin artinya sama istri saya yang ngerti bahasa Jawa, akhirnya saya tahu arti omongan orang itu. Bahaya banget, Lur! Itu asli parah pisan.

Nih, omongan si Rambut Gondrong itu, “Tapi awak dewe nggambarno Kanjeng Nabi lahir koyo ngene-koyo ngene, Nabi lahir biasa mawon. Wajahe bersinar..! Lah nek bersinar yo konangan, diketok karo wong bolone Abroha. Kan ono seng cerito bahwa Nabi lahir wajahe bersinar tekan langit, la lek koyo ngunu yo digoleki karo wong yahudi. Biasa mawon, cilikane yo rembes, melu mbah. Bocah kui yen melu mbah mesti ora pati kaurus, neng ndi-ndi. Wong mbah kuwi teng pundi mawon, lek ngurus boca ora iso”

Kira-kira translate bahasa Indonesia-nya seperti ini:

“(tapi kita menggambarkan Nabi lahir seperti ini, Nabi lahir itu biasa saja. Wajahnya (Nabi) bersinar, jika wajah nabi bersinar, ketahuan, dan akan dibunuh oleh pasukan Abraha. Ada yang bercerita, bahwasannya ketika Nabi lahir, wajahnya bersinar sampai ke langit. Jika seperti itu, tentunya akan ketahuan oleh Yahudi. Nabi lahir itu biasa saja. Kecil beliau dekil, wong namanya ikut kakek. Anak itu jika dibesarkan kakek, di manapun, pasti tidak terurus. Ya namanya kakek, itu tidak bisa merawat cucu)”.

Meski begitu ada aja orang yang mendukung Si Rambut Gondrong ini. Ya, sudahlah. Memang susah kalo “semua bisa diatur” sesuai keinginan mereka. Sesama perusuh ya pasti bekerjasama. Itu aja.

Sikap kita sebagai muslim

Sobat gaulislam, mestinya sikap kita sama kerasnya terhadap para musuh Islam dan kaum muslimin. Sama juga sikap keras kita terhadap orang-orang atau pihak-pihak yang menjadikan negeri ini rusak karena jauh dari ajaran Islam walau pun mayoritas penduduk negeri ini muslim. Kita pantas marah dan menggelorakan perlawanan terhadap rezim yang menista agama dan menyusahkan kaum muslimin dengan berbagai stigma (cap negatif). Dituduh radikal, anti NKRI, anti Pancasila, teroris dan seabrek tuduhan dan fitnah lainnya.

Kita yang muslim nggak boleh diam saja. Apalagi terpengaruh tuduhan itu lalu ikut-ikutan membenci saudaranya sesama muslim. Itu namanya, kata seorang teman: “Nggapleki”. Bahkan ada yang lebih kasar: “Uaassuuuu”. Waduh. Saya memaklumi, bahwa teman saya ini sudah benar-benar memuncak kemarahannya kepada orang-orang yang menghina, merendahkan, dan memfitnah dengan segala tuduhan sesuka mereka kepada kaum muslimin yang taat menjalankan ajaran agamanya.

Ya, kita harus melawan ketidakadilan ini. Bahkan harus lebih kuat dan konsisten lagi karena kita melawan pihak-pihak yang bukan saja zalim tapi juga berperilaku anomali. Ini jelas ironi bagi rakyat negeri ini yang mayoritas muslim. Lebih ironi lagi kalo kita yang muslim ikut-ikutan gila membenci sesama saudara muslim yang dituduh radikal, padahal mereka hanya menjalankan ketaatan kepada aturan Islam.

Soal Abu Janda itu, sebenarnya emang sengaja untuk memancing kemarahan kaum muslimin. Dia udah ngerasa ada yang melindungi. So, meski kita saat ini tak bisa memperkarakan dia karena rezim ini memang berpihak kepadanya, maka tunggu saatnya nanti sesuai yang Allah Ta’ala kehendaki. Insya Allah. Tawakal saja sambil berusaha mengedukasi masyarakat bahwa perilaku Abu Janda itu bagian dari upaya stigmatisasi terhadap Islam dan kaum muslimin. Biarlah Allah Ta’ala yang membalas, sambil kita berusaha mencari kesempatan untuk menghukum dia dalam waktu dekat.

Saya marah, dan terntu saja semua orang yang mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam akan marah jika ada orang yang menghina Rasulullah. Ya, seperti Si Rambut Gondrong itu. Dia sepertinya kurang piknik baca literatur Islam atau memang sengaja berniat jahat merendahkan Nabi. Nggak tahu deh dia terkategori yang mana. Tapi yang pasti omongannya nyakitin kaum muslimin.

Padahal, keistimewaan Rasulullah memang sudah diberikan oleh Allah Ta’ala sejak beliau kecil. Misalnya, ketika beliau lahir, seperti disampaikan informasinya dalam situs islam.nu.or.id, bahwa setelah kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam kaum jin tak lagi bisa mengintip berita langit. Hal itu diakui oleh kaum jin sendiri, sebagaimana dilansir al-Quran, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa saja yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya),” (QS al-Jin [72]: 8-9)

Padahal sebelumnya, mereka dengan mudahnya mendapatkan kabar dan perintah langit untuk kembali disebarkan kepada juru ramal dan tukang sihir. Namun setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam lahir, Allah Ta’ala meminta langit dihalangi dari setan dan dipenuhi penjagaan malaikat, panah-panah api sehingga mereka tak lagi bisa mendengarnya. Diriwayatkan, tatkala tak bisa mengakses informasi langit, kaum jin berkumpul dan melaporkan kejadian itu kepada Iblis. Dengan cepat, Iblis mengintruksikan agar kaumnya menyebar ke seluruh bumi, dari barat sampai timur, seraya memastikan apa yang sesungguhnya terjadi.

Ternyata, dari hasil pengamatan mereka, ditemukan bahwa di kota Mekah ada seorang bayi yang tengah dikerumuni malaikat. Bayi itu mengeluarkan sinar dan memancar ke langit. Para malaikat pun sibuk menyampaikan salam kepada panutan alam yang baru saja dilahirkan. Begitu kejadian tersebut dilaporkan, Iblis sangat menyesalkannya. Sebab, panutan alam telah datang. Artinya, rahmat bagi umat manusia akan terlimpahkan. Sehingga pantas, menurutnya, jin dan setan dihalang-halangi naik ke langit dan mencuri informasinya. (Lihat Samia Menisi, Jin-jin Muslim Sahabat Nabi, Qalam-Serambi: 2016 M, hlm. 31)

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, keistimewaan lainnya dari beliau shallallahu ‘alaihi wassalam saat kecil, yakni ketika disusui oleh ibu persusuannya yang bernama Halimah as-Sa’diyah, diriwayatkan air susu dari Halimah mengalir deras. Bahkan, unta yang ditumpangi mereka yang semula kurus seketika menjadi gemuk dan kuat menempuh perjalanan. Sejak itu keberkahan pun berlimpah, tidak hanya kepada keluarga Halimah, tetapi juga kepada kabilahnya. (Lihat Sîrah Ibnu Hisyâm, Maktabah Syirkah Al-Babi Al-Halabi, cetakan kedua, jilid I, hlm. 162)

Dalam buku 35 Shirah Shahabiyah karya Syaikh Mahmud al-Mishri, hlm. 6, tertulis begini:

Abu Thalib sering berkata kepada Muhammad, “Kamu anak yang diberkahi”.

Di pagi hari, saat bangun tidur, penampilan anak-anak Abu Thalib acak-acakan, rambut mereka awut-awutan dan mata mereka penuh kotoran. Sangat berbeda dengan Muhammad kecil. Ia bangun tidur dalam kondisi sangat rapi. Rambutnya tersisir rapi dan berminyak, dan matanya bersih bercelak.

Bahkan Ummu Aiman pernah berkisah, “Rasulullah tidak pernah mengeluh lapar atau haus. Di pagi hari, beliau minum seteguk air zamzam. Siang harinya, ketika saya tawari makan, beliau berkata, “Tidak usah. Aku tidak lapar.” (Dalail an-Nubuwah, jilid 1, hlm. 211)   

So, jadi memang Nabi shallalahu ‘alaihi wassalam istimewa sejak lahir, masa kecil, pemuda, sampai diutus menjadi rasul dan sepanjang hidup beliau. Itu sebabnya, kalo ada yang bilang Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam masa kecilnya tak keurus, itu udah melecehkan dan bikin fitnah. Bahaya, Lur!

Oke deh, kita cukupkan aja pembahasannya sampe sini. Intinya sih, kalo kita ingin menghilangkan anomali dan ironi di negeri ini, sebagai muslim kita harus lebih kuat berjuang untuk menegakkan syariah Islam ini dan menerapkannya sebagai ideologi negara. Why? Ya, supaya orang-orang atau pihak-pihak yang membenci Islam dan kaum muslimin nggak seenaknya bikin aturan lalu “ngatur semua urusan” sesuka mereka untuk memusuhi Islam dan kaum muslimin. Kita jangan diam. Yuk, sadar diri, rajin ngaji, banyak belajar Islam, dan amalkan ilmu yang didapat dengan dakwah dan jihad untuk menegakkan Islam di muka bumi ini dan demi menghancurkan musuh-musuh Islam yang bercokol saat ini. Insya Allah. Takbir! [O. Solihin | IG @osolihin]