Friday, 6 December 2024, 20:56

spk1b.gifPenulis yang baik, adalah pembaca yang baik. Kamu punya hobi membaca? Berbahagialah. Karena syarat menjadi penulis salah satunya adalah banyak membaca. Dengan membaca, kita jadi tahu segalanya. Hal yang sebelumnya menjadi misteri, setelah membaca, kita jadi ngeh. Membaca akan membuka wawasan kita tentang segala hal. Menyenangkan sekali memang. Waktu SD saja, senang betul bisa membaca buku-buku pelajaran, buku cerita, komik, bahkan ‘nekat’ membaca koran. Dengan semakin banyak membaca, semakin besar rasa ingin tahu kita. Nggak mengherankan jika kemudian kita selalu ketagihan untuk membaca. Jadi, silakan baca buku apa saja, selama kamu sanggup untuk membacanya. Selama matamu masih melek (kalo tidur kan nggak bisa baca…he..he..he..)

Di Amerika, menurut Pak Ade Armando saat mengisi acara Lunching MRI Permata tahun 2002 lalu, ia menyebutkan bahwa hampir sejuta judul buku terbit tiap tahunnya. Itu menunjukkan bahwa minat baca di sana sangat besar. Di Jepang juga sama, seorang teman pernah memberi kabar, bahwa koran terbesar di sana, setiap hari bisa terbit dengan jumlah oplah 4 kali lebih besar dari jumlah penduduk Jepang itu sendiri. Apakah mereka mengkoleksi koran tersebut? Nggak tahu pasti. Tapi keberanian penerbit untuk mencetak sebesar itu, adalah sebuah prestasi sekaligus menaruh kepercayaan kepada masyarakat. Bahwa, masyarakat di sana memang ‘gila’ baca.

Banyak orang besar rata-rata hobi membaca dan mengakui manfaat membaca bagi kemajuan karirnya. Sebut saja Theodore Roosevelt, ia bahkan sanggup membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung Putih. John F. Kennedy juga sama, bahkan ia disebutkan sanggup membaca 1000 kpm (kata per menit). Bisa dibayangkan, berarti dalam satu jam bisa membaca 60 ribu kata.

Dengan membaca, kita juga jadi tercerahkan. Apalagi sekarang sudah maju banget teknologi mesin cetak, hingga informasi bisa didapatkan dengan mudah sampe ke pelosok desa. Teknologi informasi yang juga ikut membidani lahirnya internet semakin membantu masyarakat mendapatkan informasi yang banyak. Inilah yang disebut sebagai ledakan informasi. Hasilnya, ambil contoh di desa, para petani yang rajin mendapatkan informasi, salah satunya dengan membaca, lebih maju dalam menggarap sawahnya. Ia tak lagi menarik bajak dengan menggunakan sapi atau kerbau. Sapi dan kerbau amat lamban. Ia beralih ke mesin traktor. Membaca, memang bermanfaat banget.

Banyak penulis besar, juga pasti berawal dari kebiasaannya membaca. JK Rowling, penulis novel terkenal, Harry Potter, nggak mungkin bisa mengekspresikan seluruh isi tulisannya jika tidak membaca sebelumnya, sehingga ia menjadi tahu kapan menumpahkan rasa marah dalam sebuah tulisannya, kapan menuliskan kekaguman, dan bagaimana caranya bisa menggiring pembacanya supaya bisa memahami tulisannya. Yakin itu. Ernest Hemingway bisa ngetop dengan novel-novelnya juga karena getol membaca. Mantan Presiden Sukarno, juga terkenal rajin membaca. Itu sebabnya, beliau bisa menuangkannya kembali dalam beberapa buku yang berhasil ditulisnya.

Kalo kamu nggak cukup buku untuk dibaca, silakan kunjungi perpustakaan. Atau paling banter datang ke toko buku. Meski kamu nggak beli satu buku pun, kamu bisa membaca buku baru yang dipajang tanpa segel. Silakan dibaca, siapa tahu ada informasi menarik yang bisa kamu dapatkan. Menyenangkan sekali bukan? Saya punya pengalaman menarik tapi sedikit memalukan. He..he..he.. nggak ding, bukan memalukan, tapi nekatz. Begini ceritanya, saya jalan-jalan ke toko buku. Ini memang sering juga saya lakukan untuk mencari informasi terbaru. Kalo ada uang di kantong, dan buku menarik itu bandrolnya nggak bikin kantong bolong, saya bisa beli langsung. Tapi waktu itu benar-benar kepepet.

Setelah mikir-mikir, sayang juga kalo kesempatan membaca buku itu hilang begitu saja. Akhirnya, dipicu oleh saking pengennya dapat informasi dari buku menarik itu, dan kebetulan buku yang dipajang itu tanpa segel, saya baca agak lama (tapi nggak sampe lecek sih). Nah, begitu ada data menarik, dan saya harus mendapatkannya, saya sempat bingung. Tapi kemudian dapat ‘ide nakal’. Saya ambil pulpen dan blocknote yang selalu nempel di saku baju saja. Setelah celingukan sebentar, saya langsung menyalin beberapa bagian penting dari buku menarik tersebut. Untung, sampe selesai nyalin penajaga tokonya nggak nyamperin saya. Ya, seandainya punya banya uang, atau semua buku itu murah harganya, kayaknya menarik juga untuk dikoleksi. Nggak sempat baca sekarang, kan masih bisa esok hari. Pokoknya banyak baca deh.

Terus terang saja, saya sendiri bisa menulis buku, setelah banyak membaca. Saya bahkan tidak bisa menuliskan satu kalimat pun saat belum ada informasi tentang apa yang akan saya tulis. Membaca adalah kemungkinan paling besar untuk mendapatkan informasi (selain mendengar tentunya). Membaca memang akan memperkaya wawasan. Manfaatnya besar banget lho. Jadi jika ingin jadi penulis, mulailah dengan membaca. Sebanyak mungkin, bacaan apapun (fiksi dan nofiksi). Selamat mencoba. [O. Solihin]

5 thoughts on “Berawal dari Membaca

Comments are closed.