Friday, 29 March 2024, 09:31

 gaulislam edisi 267/tahun ke-6 (19 Muharram 1434 H/ 3 Desember 2012)

 

Sobat muda muslim, pernah nggak sih kamu ngerasa super galau, buntu alias nggak tahu hidup mesti gimana lagi? Ibarat peribahasa, “bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau”? Misalnya nih, kamu baru aja ditinggal kawin sama sang pujaan hati. Pastinya hatimu sakit tak terperi dan rasa-rasanya pengen mati aja. Wuih, nyantai aja Bro en Sis, cinta itu bisa tumbuh pasti bisa juga mati, tapi jangan kamunya juga ikutan mati, cari aja cinta yang lain. Beres kan? Ngapain pake bunuh diri segala atawa merelakan kewarasan hilang alias gila cuma gara-gara ditinggal kawin. Masih banyak cowok lain di dunia ini, atau sekalian aja berharap ‘kutunggu dudamu’ en daftar jadi istri keduanya. Hahahaha! Husss! (daripada frustasi bikin mati dengan bunuh diri. Hehehe… sori gue ngelantur euy!)

 

Mau dibawa ke mana?

Hop! Jangan keterusan nyanyi ya! Bro en Sis rahimakumullah, nggak sedikit loh, jaman sekarang muslim/muslimah yang sering galau, hidupnya cuma mikirin hidup yang sekarang dijalanin aja. Padahal kan yang namanya hidup, kita harus mikirin hidup sekarang, nanti dan selamanya. Bener nggak tuh?

Hidup itu kudu punya tujuan. Mau dibawa kemana hidup kita sekarang ini? Tentunya kamu semua harus punya jawaban atas pertanyaan itu. Pastinya pula kalo kamu nggak pernah nentuin tujuan hidupmu, jangankan masalah gede, masalah kecil aja udah bikin kamu frustasi dan semuanya terasa gelap, nggak tahu mesti ngapain lagi.

Boys and gals pembaca setia gaulislam, orang yang punya tujuan hidup bakalan ngerti apa yang dia lakukan dan apa yang akan dia lakukan. Masalah bagi dia adalah hal yang pasti dan mesti terjadi dalam hidup ini. Dia paham, yang namanya hidup itu penuh warna. Ada saatnya kita bahagia ada saatnya kita penuh duka. Namun yang terpenting apakah kita sudah menjalani hidup ini sesuai tujuan hidup kita, yaitu menggapai ridho Allah atau belum.

Tengok nih Syifa, 14 tahun, siswi SMPN 1 Ciampea Bogor yang berhasil aku ‘interogasi’. Tujuan hidupnya adalah mencari ridho Allah dan menjalankan syariatNya semaksimal mungkin. Mantep banget kan? Orang yang kayak gini nih, meski cobaan dan ujian mendera, sandarannya hanya Allah Ta’ala. Nggak lulus UN bukan akhir dunia bagi dirinya (eh, tapi dia bukannya mau nggak lulus UN ya, ini mah contoh, hehehe…). Ada hikmah dan langkah baru yang akan diambilnya sebagai pelajaran dari kegagalannya itu. So, pasti Allah akan menilai kesabaran dan keikhlasan itu sebagai pahala yang nggak bisa kita hitung-hitung nilainya. Inilah yang namanya ridho Allah.

Sebaliknya, kalo kita nggak punya tujuan hidup, bunuh diri mungkin menjadi pilihan favorit, ketika kita nggak nemuin cara untuk keluar dari masalah. Allah Ta’ala nggak jadi sandaran hidup kita, walhasil kita bakalan dapetin murkanya Allah. Naudzubillah.

Sikap Syifa yang masih SMP berbeda dengan seorang mahasiswi Unesa yang diberitakan tewas bunuh diri setelah loncat dari lantai 3 kampusnya (merdeka.com, 7 Oktober 2012). Diberitakan, mahasiswi tersebut depresi karena penyakit epilepsinya tak kunjung sembuh. So, menjadi mahasiswa ternyata bukan menjadi ukuran orang tersebut udah dewasa atau belum dalam berpikir, or punya tujuan hidup akhirat atau nggaknya loh. Hanya karena penyakit nggak kunjung sembuh, patah hati, atau karena barjubel masalah, banyak yang nggak mikir panjang. Itulah kalo kita nggak punya tujuan hidup yang benar. BTW, jangan samain tujuan hidup ama cita-cita yaa!

Tujuan hidup yang dimaksud bukan tujuan hidup di dunia aja loh Bro en Sis. Sebab, kita itu bakalan hidup nggak hanya di dunia tapi juga di akhirat untuk selama-lamanya. Jadi, pastikan hidupmu yang sekarang ini sudah kamu rancang dengan baik agar selalu dan berjalan sesuai ridho Allah Ta’ala dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi laranganNya, sehingga dengan ridhoNya lah, kita bisa punya ‘tiket’ ke surga dan jaminan hidup bahagia di akhirat, selamanya. Amiin! Insya Allah ya.

 

Kudu Ceria!

Wiih! Ceria? Maksud lo? Hehe… Ceria itu maksudnya CERdas en bersyaRIAh (maksa nggak sih nih bikin akronim? Hehe! Asli maksa dah!). Itu berarti, cerdas dalam berpikir akan sesuatu yang tentunya sesuai syariah Islam. Apakah suatu perbuatan haram atau kagak, apakah harus ngambil sekularisme en friends (liberalisme, hedonisme, feminisme, dan lainnya) atau membuangnya jauh-jauh, hingga hilang ditelan bumi (ceilee!). Nah, pastinya kalo kita cerdas, tentunya tindak-tanduk kita itu bakalan sesuai dengan syariah Islam alias sesuai dengan perintah dan larangan Allah.

So, jangan ngerasa nelangsa kalo kamu punya segudang masalah yang sedang menimpa diri kamu. Jangan juga sesek dan mumet sendiri ampe-ampe masalah lain yang kudunya dipikirin malah nggak pernah kepikiran ama kamu. Yup, karena orang ‘Ceria’  adalah orang yang selalu memikirkan nasib umatnya,  menyelesaikan masalah umat en tentunya menyebarkan Islam supaya yang lain juga ikutan Ceria. Siap? Tunggu apalagi? Ayo Ceria! BTW, masalahmu juga jangan lupa diberesin yaaaa! (rumah kali diberesin!) Hahaha…

 

Cerdaskan dengan dakwah

Bro en Sis ‘penggila’ gaulislam, rugi banget kalo kita nggak berusaha merengkuh ridho Allah Ta’ala. Sudah saatnya tujuan hidup kita fokuskan hanya dan untuk menggapai ridho Allah semata. Itu artinya, saatnya pula kita punya karya nyata dalam membina umat. Kita nggak bisa mencerdaskan umat kalo nggak berdakwah. Dakwah itu ibarat darah dalam tubuh kita. Kalo darah nggak ngalir atau tersendat-sendat—lebih parah lagi kalo tersumbat, pastinya  satu per satu penyakit bakalan muncul. Kalo terlambat atau nggak diobatin semakin lama akan semakin kronis, hingga akhirnya penyakit itu akan membunuh kita. Sama juga dengan dakwah, kalo kita nggak berdakwah, tentunya penyakit dalam umat ini akan semakin kronis.

Sebut saja kasus perzinaan yang dari tahun ke tahun kasusnya tetap ada, juga fakta kaum kafir yang bebas membunuh saudara kita di Palestina serta belahan dunia lain, para penghina nabi kita anteng-anteng aja sementara kita nggak bisa ngapa-ngapain, kemiskinan yang selalu ada di depan mata, en permasalahan lain yang ada di tengah-tengah umat. Wuih, numpuk bin bejibun dah. Maka, tugas siapa lagi coba untuk menyelesaikannya, kalo bukan kita? Pastinya ini butuh kepedulian dan kerja nyata dalam bentuk dakwah untuk melenyapkan segala penyakit yang menjangkiti umat sekarang ini. Sayangnya, nggak semua ngeh akan pentingnya dakwah untuk mencerdaskan umat ini agar mau taat syariat. Kalo kamu gimana, Bro en Sis?

 

Yuk, jadi dokter umat!

Sabda Rasullullah saw. ini:”Barang siapa yang bangun pagi dan hanya memperhatikan masalah dunianya maka orang tersebut tidak berguna sedikitpun di sisi Allah, siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka(HR Thabrani)

Wow, jangan sampe deh, kita ngaku-ngaku sebagai umatnya Nabi Muhammad saw., tapi pas di akhirat nanti kagak diakuin. Gara-gara apa coba? (kasih tahu nggak ya? Hehehe..). Yup, itu karena salah satunya kita nggak berdakwah! Nggak mikirin saudara yang lain.

Kita begitu disibukkan dengan permasalahan sendiri dan dunia, sedang umat butuh bangkit dari kemiskinan dan kemelaratan yang menimpanya. Umat butuh dijauhkan dari zina dan riba, tapi kita (Kita? Elo aja kali! Hehehe.. ) masih cuek bebek ngejar karir en shopping di sepuluh mall sehari. Sadar, Sob! Singsingkan lengan bajumu, permasalahan-permasalahan yang terjadi obatnya cuma satu, yaitu penerapan syariah Islam di muka bumi ini. Maka itu butuh ada yang ngasih resep jitu. Yup, itulah kita, dokter umat! Cekidot lagi nih sabda Rasulullah saw. berikut ini: “Demi zat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya kalian memiliki dua pilihan, yaitu melakukan amar ma’ruf nahi munkar ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisiNya yang akan menimpa kalian, kemudian kalian berdoa, tapi doa itu tidak akan dikabulkan” (HR at-Tirmidzi dan Ahmad)

Selain menjadi dokter umat akan mendatangkan ridho Allah, kita semua akan terhindar dari murkaNya Allah seperti hadis di atas, Bro en Sis. Ayo, mulai dari sekarang, bergerak, berdakwah dan menjadi dokter umat!

Sobat gaulislam, banyak kok cara buat dakwah. Dakwah itu bisa lewat lisan, tulisan atau dengan teladan. Nggak musti koar-koar di depan orang banyak kok. Kamu juga bisa beramar ma’ruf nahi munkar, face to face ama orang yang mau diajak memahami Islam lebih dalam. Atau kamu bisa menuliskan kalimat-kalimat dakwahmu dalam tulisan yang bisa sekaligus dibaca oleh banyak orang, kayak aku nulis di gaulislam gitu deh (bukan narsis ya, tapi ngasih contoh dakwah teladan. Hehehe…).

Oya, bukan hanya lewat lisan dan tulisan aja, kita juga bisa ngasih teladan kepada orang bagaimana caranya melakukan suatu syariat. Contohnya aja, kamu bisa memberikan teladan bersedekah dengan kamu bersedekah. Berbakti kepada orang tua ya dengan berbaktinya kita kepada orang tua. Tentu saja tujuannya bukan mencari keridhoan manusia alias riya, tapi apa yang kita lakukan tentunya akan sekaligus menjadi dakwah teladan juga bagi yang lain.

So, bukan waktunya lagi buat bermelo-melo ria nggak jelas, apalagi ampe bunuh diri segala. Saatnya tanamkan pada diri kamu, bahwa tujuan hidupmu hanya dan demi ridho Allah. Walhasil, hidupmu bakalan nggak melulu soal materi, kesenangan, kebahagiaan, dan yang laiinya yang bersifat duniawi. Inget Bro en Sis, hidup kita di dunia itu cuma sementara. Dunia itu hanya tempat persinggahan aja. Amit-amit dah kalo tujuan kita mentok di dunia aja. Rugi banget!

Yuk, ceriakan dan cerdaskan hidupmu dengan dakwah agar ridho Allah selalu bersamamu. Jadikan perintah dan larangan Allah sebagai tuntunan dalam langkah hidupmu. Jangan lupa, bagikan tuntunan itu kepada yang lain. Agar kita bisa sama-sama Ceria (cerdas bersyariah). Insya Allah hidup bakalan bahagia untuk sekarang, nanti dan selamanya. Dijamin! [Junnie: pipe_jnh@yahoo.com]

1 thought on “Ceria dengan Dakwah

  1. Alhamdulillah. Cuma ngasih saran aja ya. Berdakwah itu yang engga ngebosenin, yaitu berdakwah yang bisa meyakinkan kalo Islam itu agama yang keren. Jadi, berdakwah itu menghubungkan antara Islam, Sains, and Teknologi. InsyaAllah semua kalangan bakal kagum dengan Islam. 🙂 hhehehe.

Comments are closed.