Saturday, 20 April 2024, 01:37

gaulislam edisi 418/tahun ke-9 (13 Muharram 1437 H/ 26 Oktober 2015)
 

Seseorang yang mencintai kekasihnya, tentu bukan hanya terasa manis di bibir, tapi juga indah dalam perbuatan. Artinya, jika emang serius ingin mencintai orang yang kita sukai, maka kita akan berusaha untuk menjaga perbuatan kita agar nggak terjerumus ke dalam bentuk melecehkan kekasih kita. Misalnya, dengan alasan cinta, kita nodai kehormatan kekasih kita. Itu bukan cinta, tapi melecehkan.

Begitu pun ketika kita mencintai Islam, jika boleh menggunakan analogi tadi, maka bohong besar kita cinta mati kepada Islam, tapi kelakuan kita justru merusak citra Islam. Memang masih tercatat sebagai muslim, tapi ketika berbuat atau berpikir malah jauh dari nilai-nilai Islam dan jelas melecehkan Islam. Ngakunya cinta Islam, tapi malah bermesraan dengan sekularisme. Waduh, kekasih mana yang nggak kecewa kalo dikhianati begitu. Iya kan?

Jadi nih, jika benar mencintai Islam, maka jelas harus bisa mengukur diri. Lha wong kita aja pengennya sempurna di hadapan sang kekasih kita? Nggak mau ada cacat cela di hadapan kekasih kita. Seorang cowok kayaknya mikir-mikir lagi kalo di hadapan sang gadis pujaan hati tampil biasa aja. Misalnya pas bertemu cuma pake kaos oblong doang, udah gitu bolong-bolong lagi pas ketiaknya. Wah, malu atuh. Termasuk seorang gadis karena saking ingin dianggap baik, maka di depan cowoknya bakalan jaim. Berusaha nutupin kelemahannya dan ingin tampil menyenangkan cowoknya.

Memang kalo kita mencintai Islam, kayaknya terlalu sederhana kalo dibandingin dengan analogi mencintai kekasih hati. Tapi paling nggak rada mirip lah. Jadi, kalo kita emang bener-bener cinta sama Islam, maka kita nggak bakalan memberikan cacat cela yang bisa merugikan Islam itu sendiri, atau kita dipandang sebagai orang yang nggak serius mencintai Islam karena nggak menampilkan diri kita sesuai dengan keinginan Islam. Semoga kita termasuk orang-orang yang tak pernah berhenti mencintai Islam. Terus dan selalu ingin tampil sempurna demi Islam yang kita cintai dan perjuangkan.

 

Cinta itu butuh keseriusan

Sobat gaulislam, kenapa cinta harus serius? Karena keseriusan menandakan tekad yang kuat. Ketika kamu serius mencintai hobimu main sepakbola, maka kamu akan berusaha untuk belajar sekuat tenaga dengan penuh keseriusan agar bisa meraih keinginan dari kecintaanmu kepada sepakbola. Kamu setidak-tidaknya punya harapan bahwa kalo ingin jadi pesebakbola handal, maka kamu kudu serius di jalur yang kamu tekuni.

Seseorang yang mencintai calon istrinya dengan serius, umumnya akan melahirkan semangat. Semangat untuk serius menikahinya. Karena kalo baru sebatas ingin melampiaskan rasa cintanya dengan pacaran, menurut saya tuh orang belum serius. Karena belum siap mental. Namanya juga belum siap, pasti akan menumbuhkan ketidakseriusan. Masih pengen coba-coba. Bahaya!

Nah, ketika kita udah ikhlas mencintai Islam, maka kita harus serius alias sungguh-sungguh. But, serius bukan berarti kita kudu kaku dan kita pantang nyantai. Nggak juga. Bolehlah, serius tapi santai. Artinya, boleh aja kita sungguh-sungguh, tapi nggak harus tegang kan? Karena yang terpenting itu kita sungguh-sungguh mencintai Islam dan ditunjukkan dalam amal kita. Bukan cuma jago teori dan fasih diucapkan dalam kata.

Keseriusan kita mencintai Islam, akan menumbuhkan semangat. Baik semangat untuk mengenal Islam, mempelajari Islam, memahami ajaran Islam, termasuk mengamalkan Islam. Nggak bakalan main-main dalam mencintai Islam. Nggak setengah-setengah gitu lho. Serius dalam mencintai. Keseriusan seperti inilah yang akan memberikan efek yang dahsyat ketika kita mencintai Islam.

 

Cinta membuat kita lebih kuat

Sobat gaulislam, rasa cinta akan membuat kita lebih kuat bertahan dan berusaha terus berjuang. Bisa dibuktikan, seorang ayah yang begitu mencintai anak dan istrinya, akan tumbuh dalam dirinya kekuatan, selain tentunya keseriusan. Cinta memang akan menumbuhkan kekuatan. Kekuatan yang kadang nggak bisa ditandingi.

Seseorang yang awalnya penakut, akan berubah menjadi orang yang berani. Awalnya lemah, akan tampil perkasa. Kita bisa melihat bagaimana perjuangan rakyat Palestina. Nggak semuanya dari mereka adalah pemberani, tapi karena kecintaan kepada Islam yang digelorakan oleh para pejuang Palestina lainnya, membuat orang-orang yang awalnya lemah dan penakut, berubah menjadi kuat dan pemberani.

Seorang pemuda yang lemah dan penakut, ia nggak akan rela begitu saja menyaksikan seorang muslimah diganggu oleh pemuda lain. Ia akan melawan. Karena setidaknya perlawanan adalah sebagai bentuk keberanian. Cinta memang bisa membuat kita kuat. Termasuk seorang ibu yang demi kecintaannya kepada anak-anaknya, telah menyulap kelemahan yang dimilikinya menjadi kekuatan yang sangat boleh jadi nggak bisa ditandingi oleh laki-laki. Sekali lagi, rasa cinta membuat kita jadi kuat.

Itu sebabnya, jangan khawatir ketika kita mencintai Islam, karena insya Allah rasa cinta yang kita miliki untuk mencintai Islam akan mengubah kita menjadi sosok yang pemberani dan kuat dalam membela Islam.

 

Cinta melahirkan tanggung jawab

Sobat gaulislam, cinta akan melahirkan tanggung jawab. Keseriusan dan kekuatan yang muncul dari rasa cinta, tentunya akan melahirkan tanggung jawab. Tanggung jawab dalam bentuk menjaga apa yang kita cinta. Ada semacam keinginan kuat dalam diri kita untuk merawat, menjaga, dan melindungi apa yang kita cintai dengan sepenuh hati.

Bagaimana dengan Islam? Ketika kita cinta sama Islam, maka kecintaan itu akan melahirkan tanggung jawab. Nggak terlihat, tapi dapat dirasakan. Contohnya kalo ada yang menghina Islam dan kaum muslimin, kita tampil membelanya. Sebab, itu menjadi tanggung jawab kita. Emang kamu nggak resah kalo ada pihak yang menuding bahwa Islam mengajarkan terorisme, karena menurut mereka buktinya banyak teroris yang beragama Islam. Namanya juga tudingan, udah gitu nggak benar pula. Kalo kamu punya kecintaan dan kebanggaan terhadap Islam, pasti nggak suka Islam dituding ngajarin terorisme. Malah muncul tanggung jawab untuk membela dan menjelaskan kepada pihak yang menuding tersebut. Betul?

 

Cinta menumbuhkan pengorbanan

Menurut saya sih, satu-satunya cinta kita yang pasti berbalas adalah ketika kita mencintai kebenaran Islam. Islam yang sudah dijanjikan kemuliaannya oleh Allah Ta’ala ini rasa-rasanya nggak mungkin untuk mengecewakan kita (kalo kita yang mengecewakan Islam, kayaknya sangat mungkin deh. Semoga saja kita bukan termasuk golongan yang mengecewakan Islam itu).

Cinta kepada kebenaran Islam pasti akan berbalas. Insya Allah kita nggak akan kecewa dengan mencintai kebenaran dan menjadi pejuang kebenaran. Cinta, pengorbanan, dan perjuangan kita dalam mencintai kebenaran Islam ini pasti berbalas alias bersambut. Nggak usah khawatir. Karena apa? Karena kebenaran Islam itu sudah dijamin langsung oleh Allah Ta’ala. Mencintai Islam, membelanya, dan juga memperjuangkannya sama dengan mencintai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

Mencintai Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama artinya dengan mencintai kebenaran Islam. Yakinlah bahwa cinta kita akan berbalas, yakni dengan mendapatkan garansi berupa pahala atas kesetiaan dan kesediaan kita berkorban dan berjuang dalam membela kebenaran Islam ini. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7)

Sobat gaulislam, ini sudah janji Allah Ta’ala. Dia pasti menepatinya. Yakin itu. Allah nggak lupa, Allah nggak pernah tidur, Allah nggak pernah ingkar janji. Firman Allah Ta’ala: “Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.” (QS az-Zumar [39]: 20)

Jadi, berbahagialah wahai para pejuang kebenaran Islam. Karena cinta kalian pasti berbalas alias bersambut. Allah yang akan langsung menyambut cinta kita. Cinta kita kepada kebenaran, sekaligus tanda cinta kita kepada Allah Ta’ala. Itu sebabnya, jangan khawatir dan jangan merasa cinta kita kepada kebenaran ini akan sia-sia. Insya Allah jika kita ikhlas melakukannya, Allah pasti juga mencintai kita dan akan menepati janji-Nya. So, kita kudu yakin dan jangan pernah merasa khawatir. Oke?

Ya, layaknya seorang yang sangat romantis kepada pasangannya dalam memadu kasih, maka ia akan rela mengorbankan segalanya karena sudah ada kepastian bahwa rasa cintanya pasti disambut, diperhatikan, dan dirasakan ketulusannya oleh sang kekasih hati. Ia nggak akan ragu untuk berkorban karena sudah yakin cintanya disambut dan pasti mendapat tempat di hati sang kekasih hati. Ia akan sepenuhnya menyenangkan hati sang kekasih dengan berbagai macam perlakuan, termasuk perlakuan yang paling romantis.

Nah, para pejuang kebenaran juga sama. Para pejuang kebenaran yang paling romantis akan mencintai Islam dan ajarannya ini dengan sepenuh hati. Ia nggak akan takut cintanya tak berbalas, atau tak perlu khawatir akan disia-siakan. Maka, jangan kaget jika para pejuang kebenaran adalah mereka yang akan rela mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya, perasaannya, dan bahkan nyawanya untuk yang dicintainya, yakni Allah Ta’ala, Rasul-Nya, dan juga ajaran Islam ini. Ia akan berbuat apa saja untuk menyenangkan Allah, Rasul-Nya, dan juga memuliakan ajaran Islam ini.

Ya, sungguh hebat pengorbanannya, sungguh indah sisi romantisnya. Para pejuang kebenaran akan terus mengobarkan semangat dan membanjirkan keringat serta bekerja cerdas demi sebuah harapan tegaknya kebenaran. Semangatnya dibakar api cinta, cinta akan kebenaran. Cinta yang pasti berbalas. Itu sebabnya, meski merasakan sakit dalam perjuangannya, namun ia akan tetap berusaha tersenyum dan melupakan rasa sakit itu, karena cintanya lebih besar kepada kebenaran Islam ini. Cinta, memang menumbuhkan pengorbanan. Itu sebabnya, yuk kita cintai Islam sepenuh hati. [O. Solihin | Twitter @osolihin]