Friday, 29 March 2024, 19:18

gaulislam edisi 456/tahun ke-9 (13 Syawal 1437 H/ 18 Juli 2016)

 

Sobat gaulislam, kamu semua para penggila bola tentu sudah tahu, bahwa Piala Eropa 2016 telah berakhir pada 11 Juli lalu. Perhelatan bola terbesar kedua setelah Piala Dunia ini mencatatkan nama Timnas Portugal sebagai pemenang, setelah berhasil mengalahkan tuan rumah Prancis 1-0.

Hadiah yang diterima memang bikin ngiler. Portugal sebagai juara pertama mendapatkan hadiah sebesar 25,5 juta euro, atau setara dengan Rp. 371 miliar. Sedangkan tuan rumah Prancis sebagai juara kedua mendapatkan hadiah sebesar 23,5 juta euro, atau sekitar Rp. 342 miliar. Hmm.. uang segede itu kalau dibelikan bakso bisa dapat berapa mangkok ya?

Belum lagi kebanggaan yang didapat, konon katanya lebih berharga daripada materi. Sebab, kebanggaan menggenggam trofi Piala Eropa konon kabarnya nggak bisa disamakan dengan lembaran uang.

Dari sisi ekonomi, perhelatan ini ternyata juga memberikan pemasukan yang teramat masif dari berbagai lini. Bayangkan nih misalnya, kamu mau nonton langsung Piala Eropa di lokasi pertandingan. Tentunya kamu kudu datang dan menginap di Prancis, bukan? Nyari hotel, beli tiket pertandingan, nyari resto atau kafe buat ngisi perut, nyari kendaraan untuk transportasi, macam-macam.

Oya, kamu kudu siap-siap karena kebutuhan hidup selama hajatan ini digelar pasti melonjak. Para pemilik hotel dan restoran tentu memanfaatkan situasi dengan menaikkan harega produk dan jasa mereka hingga 50 persen, bahkan hingga 100 persen! Belum lagi tiket yang kudu kamu beli. Semakin lama tim kesayangan kamu bertahan, maka semakin banyak pula duit yang perlu kamu keluarkan untuk urusan tiket ini.

Itu sebabnya, buat kamu yang saat ini duit saja masih minta ke ortu, terus maksakan diri pergi ke Prancis untuk nonton langsung Piala Eropa, itu sih kebangetan namanya. Meskipun kamu ada duit sendiri, itu namanya mubazir banget. Menghambur-hamburkan duit untuk sesuatu yang nggak ada manfaatnya. Mending ditabung buat pergi haji atau umrah, atau untuk infaq dan shadaqah. Manfaatnya kerasa banget.

Lalu bagaimana kalau nonton di televisi? Kan nggak keluar duit tuh. Oke lah, sekadar hiburan itu mubah saja. Tapi tentu tetap ada batasannya, lho. Jangan sampai hiburan yang mubah itu mengalahkan yang sunnah, apalagi wajib. Maksudnya gimana?

Kamu kudu ngeh Bro en Sis, bahwa muslim yang baik itu adalah mereka yang mengeksekusi hal-hal yang wajib dulu, setelah beres baru ke yang sunnah, setelah sunnah beres, baru mengerjakan yang mubah. Jangan kebalik, mubah diprioritaskan, sunnah dan wajib belakangan. Naudzubillah!

Oke, nonton bola di televisi itu mubah. Boleh kamu lakukan. Tapi ketika misalnya, adzan subuh terdengar, seseru apa pun jalannya pertandingan saat itu, tetap harus kamu tinggalkan. Matikan televisi, ambil wudhu, sambar sarung dan kopiah, pergi ke masjid. Kenapa? Karena shalat Subuh itu wajib, Sobat. Harus diutamakan.

Jangan pula terjadi kasus seperti ini. Kalau untuk urusan bola, bangun malam jam berapa pun bisa. Tapi kalau untuk tahajud, beratnya setengah mati. Pakai dibanjur air pun nggak mempan. Tetap tak bergerak laksana batu karang yang diterjang ombak. Kalau pun bangun malam untuk nonton bola, kemungkinan besar tahajudnya nggak dikerjakan. Keasyikan nonton bola.

Jangan begitu, Bro en Sis. Shalat tahajud itu sunnah. Dan sekali lagi, nonton bola itu mubah. Kalau kamu dengan mudah bisa bangun malam untuk nonton bola, seharusnya untuk shalat tahajud, kamu bisa lebih mudah lagi bangunnya. Shalat tahajud dulu, baru nonton bola. Tapi tentu seperlunya juga, lho. Nggak tiap hari dijabanin.

 

Batasan hobi dan hiburan

Punya hobi? Ah, itu manusiawi. Setiap orang pasti punya sesuatu yang disukainya. Manusia juga butuh hiburan, terutama ketika penat melanda jiwa dan raga.

Namun bagi seorang muslim, hobinya itu harus terikat dengan hukum Islam. Begitu pun dengan hiburannya. Karena bagaimana pun, standar seorang muslim itu adalah halal dan haram, bukan manfaat atau kesenangan belaka.

Maka jika kamu punya hobi, pikirkan masak-masak, timbang dengan kacamata syar’i. Jika hobimu itu terkait dengan sesuatu yang haram, maka sebagai seorang muslim, kamu tidak pantas meneruskannya. Buang jauh-jauh hobi itu. Gantikan dengan hobi yang lain.

Misalnya, pertimbangkan jika kamu punya hobi ngegosip. Membicarakan aib saudara sendiri di dalam Islam itu tidak boleh. Sama saja dengan memakan bangkai saudara sendiri. Meskipun ketika ngegosip bagimu bisa memberikan kepuasan tersendiri, segera buang hobi ini jauh-jauh. Ganti dengan yang lebih baik. Apa misal? Hobi ngomongin kebaikan orang lain. Nah, lho. Apalagi jika kemudian kamu terinspirasi untuk melakukan kebaikan yang sama. Keren deh!

Sobat gaulislam, lalu bagaimana dengan hobi bermain bola? Apakah dilarang?

Bermain bola, pada dasarnya sama dengan berolahraga. Hanya saja dalam bentuk ngejar-ngejar bola ke sana ke mari. Orang yang berolahraga secara teratur, tubuh akan lebih bugar dan segar. Aliran darah lancar. Otot-otot akan lebih kencang dan kuat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya), “Orang mukimin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing (dari keduanya) ada kebaikan. (HR Muslim)

Dari segi olahraganya, bermain bola itu mubah. Malah dianjurkan jika niatnya adalah untuk menjadi muslim yang kuat secara fisik. Namun yang menjadi sorotan adalah pakaiannya. Seragam bermain bola, biasanya identik dengan seragam anak SD, yaitu memakai celana pendek. Padahal, celana pendek tidaklah cukup untuk menutupi aurat seorang laki-laki, yakni antara pusar dan lutut. Sudah tidak pantas dipakai laki-laki dewasa di depan umum.

Okelah kalau misal anak SD tidak apa-apa memakai celana pendek ke sekolah. Toh mereka belum baligh, mereka tidak berdosa meskipun menampakkan auratnya. Tapi untuk seumuran remaja apalagi dewasa, membuka aurat di depan umum adalah sebuah kesalahan fatal.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya), “Jagalah auratmu kecuali terhadap (penglihatan) istrimu atau budak yang kamu miliki. (HR Abu Dawud)

Jadi, mari kita ubah budaya bermain bola dari yang memakai celana pendek, menjadi memakai sarung. Mungkinkah? Mungkin saja, tapi sarungnya dipermak jadi celana panjang, hehe..

Nah sobat gaulislam, permasalahan memakai celana pendek ini ternyata berbuntut panjang. Karena buntutnya ternyata kita nggak boleh melihat aurat orang lain, meskipun itu sesama laki-laki, apalagi perempuan melihat aurat laki-laki dan sebaliknya. Jadi, menonton pertandingan sepak bola pun jadi berabe dan perlu dipertimbangkan.

Rasulullah saw bersabda, (yang artinya),“Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya), dan janganlah pula seorang wanita (lainnya). Seorang pria tidak boleh bersama pria lain dalam satu selimut, dan tidak boleh pula seorang wanita bersama wanita lainnya dalam satu selimut.” (HR Muslim)

Itu sebabnya nih, kita harus selektif dalam memilih hiburan. Carilah hiburan yang halal, bebas dari zina mata, telinga, dan hati. Sebelum celana panjang menjadi budaya para pemain bola, alangkah lebih amannya kita memilih alternatif hiburan lain yang lebih berbobot, mencerahkan, nol dosa, dan kalau bisa full pahala.

Belum lagi kalau kamu lihat para penonton sepak bola yang berjubel di tribun stadion. Coba perhatikan dengan lebih saksama. Bukankah selain ada laki-laki, di sana juga ada perempuan. Campur baur nggak karuan seperti Bubur Cianjur yang diobok-obok. Ini perlu diperhatikan, karena ajaran Islam yang mulia sangat melarang campur aduk antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahromnya.

Ada baiknya antara penonton laki-laki dan perempuan itu dipisah. Mungkinkah? Mungkin saja. Asal penyelenggaranya ngerti hukum-hukum Islam dan mentaatinya. Kalau nggak, ya bagaimana lagi, daripada repot, mending ganti hobi dan ganti hiburan. Yang awalnya hobi main bola, berubah jadi hobi berdakwah. Yang awalnya hiburannya nonton bola, berubah jadi suka nonton film islami. Yang tadinya demen ke stadion untuk nonton bola, berubah jadi lebih demen pergi ke masjid untuk ibadah dan hadir pengajian. Yang awalnya hanya habisin duit buat beli tiket, sekarang lebih suka masukin duit ke keropak masjid. Hmm.. empat jempol deh buat kamu.

Dijamin deh akan barokah dan full pahala, insya Allah. Daripada tetap keukeuh dengan bola, apa yang kamu dapat? Nggak ada, selain nothing! [Farid Ab | Twitter @badiraf]