Friday, 26 April 2024, 11:46

gaulislam edisi 722/tahun ke-14 (15 Muharram 1443 H/ 23 Agustus 2021)

Kalo klub sepak bola yang kamu kagumi menang, tentunya senang banget, ya. Bahkan kalo pun kalah saat bertanding, tetap memberikan dukungan. Itulah pendukung sejati. Begitu kira-kira. Nah, kalo dalam sepak bola aja ada pendukung sejati, maka pendukung Islam mestinya ya mukmin sejati. Apalagi Islam sejatinya tak akan pernah bisa dikalahkan. Islam senantiasa unggul dan tidak akan terungguli (al-Islam ya’lu wala yu’la ‘alaih).

 Sobat gaulislam, ini sekaligus nunjukkin bahwa ajaran Islam itu sempurna. Langsung diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui perantaraan Malaikat Jibril ‘alaihi sallam. Oya, Islam berbeda dengan umat Islam. Mestinya kamu tahu juga soal ini. Maksudnya, kualitas umat Islam itu berbeda-beda. Ada yang kualitas ulama, ada yang kualitas kelas biasa. Orang awam kita menyebutnya. Itu sebabnya, kalo ada yang memahami Islam terlihat atau terkesan beda satu sama lain, lihat aja sih kualitas orang yang menyampaikan pendapatnya.

Selain itu, perilaku orang awam dalam agama jelas jauh banget kualitasnya dengan para ulama. Sayangnya, saat ini orang Islam yang awam terhadap agamanya banyak banget. Bejibun kata anak sekarang. Ya, lihat aja sih, tampilan emang islami, tetapi pacaran hot banget. Tampang kece, bersih, dan wangi serta berpeci, nggak tahunya maling duit bermiliar-miliar rupiah banyaknya. Sedih Bro en Sis. Itu artinya, kehebatan Islam tertutup oleh perilaku buruk sebagian besar umatnya. Tentu, yang awam dan miskin ilmu.

Itu sebabnya, seorang ulama Mesir, Muhammad Abduh pernah mengatakan “al-islamu mahjubun bil muslimin” yang artinya, kehebatan dan keindahan Islam justru tertutup oleh prilaku umat Islam sendiri. Duh, siapa yang dirugikan? Ya, umat Islam secara umum, walau yang berperilaku nggak bener cuma beberapa orang. Apalagi di zaman sekarang yang bisa dengan mudah diekspos. Ngeri kalo sampe dijadikan senjata untuk mencitraburukkan Islam. Padahal, sejatinya Islam itu unggul dan nggak bakalan ada yang mampu mengunggulinya. Tetapi perlu dicatat, Islam jadi terkesan buruk akibat perilaku sebagian pemeluknya yang miskin ilmu dan lemah akidah serta kendor syariat.

Pekan kemarin atau di pertengahan bulan Agustus ini, perkembangan di Afghanistan bikin bangga umat Islam seluruh dunia. Mestinya sih bangga, ya. Sebabnya apa? Taliban, pejuang alias mujahidin berhasil menguasai Afghanistan setelah 20 tahun melawan penjajah dan para begundalnya. Meski publik dunia, termasuk antar sesama musim terjadi pro dan kontra dalam menyikapi kemenangan Taliban. Mulai dari yang menasihati agar tetap waspada karena Amerika itu culas, sampai yang terjun langsung memberikan dukungan. Warning yang terjadi adalah, waspada jangan sampai masuk ke lubang yang sama dua kali. Sebab, diibaratkan Amerika itu sepertinya keluar dari pintu depan dan masuk kembali dari pintu belakang, dengan berbagai cara pula.

Mereka yang kontra (bahkan merasa benci) dengan kemenangan Taliban, sudah bisa dilihat ada di kubu yang mana. Mereka ini biasanya punya standar ganda. Lihat aja, saat rakyat Palestina dibantai Israel, dipandang sebelah mata. Pendek kata, “biaran aja, dah. Jangan ikut campur urusan negara mereka,” biasanya lantang berkoar begitu ketika ada umat Islam di sini yang hendak memberikan bantuan atau sekadar mewujudkan kepeduliannya dengan berdoa untuk mereka. Nah, ketika menyikapi berita kemenangan Taliban di  Afghanistan, malah terkaing-kaing (seperti kesakitan), sambil mengatakan: “Bahaya, di sini kudu waspada.” Hei, katanya urusan dalam negeri mereka. Ngapain kudu ribet, sih. Tetapi begitulah. Intinya, mereka selalu nggak suka pada kemenangan kaum muslimin. Namun merasa senang ketika umat Islam tertindas. Model begitu, kalo nggak kafir ya munafik, sih. Jelas.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS Ali Imran [3]: 120)

Waspada terhadap pembenci Islam

Sobat gaulislam, orang kafir dan munafik selalu khawatir, bahkan takut jika Islam menang dan kembali berjaya di muka bumi ini. Kebencian mereka sudah mendarah daging, berurat berakar, dan turun temurun. Mengapa mereka bisa sebenci itu? Hmm.. bisa jadi karena ketika Islam menjadi aturan yang diterapkan negara, maka mereka nggak nyaman karena banyaknya pelanggaran dan maksiat yang dikerjakannya. Tentu, itu psikologis orang yang melakukan kesalahan, yakni nggak suka dengan aturan yang bikin mereka nggak berkutik.

Ratusan atau bahkan ribuan orang yang mencoba meninggalkan Afghanistan, bahkan ada yang nekat naik pesawat di luar (di sayap dan roda). Itu kan udah nggak berpikir waras saking takutnya. Bisa diduga mereka yang selama ini menggantungkan hidupnya pada Amerika dan para anteknya. Sehingga ketika Taliban masuk Kabul, setelah menguasai puluhan provinsi, maka kepanikan terjadi di bandara. Berdasarkan kabar yang beredar, mereka adalah para penerjemah, staf kedutaan, pro pemerintah dan penjajah. Intinya yang menggantungkan hidupnya kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Mereka takut Taliban balas dendam. Padahal yang terjadi, nggak begitu, kok.

Nah, yang perlu diwaspadai juga adalah upaya negara-negara kafir yang akan memperdaya kaum muslimin, khususnya di Afghanistan setelah kemenangan ini. Ada yang menawarkan bantuan investasi, ada juga mungkin menggunakan jerat utang melalui mekanisme pinjaman, ada yang menawarkan bantuan politik dan sebagainya. Semoga pemimpin Imarah Islam Afghanistan bisa tetap teguh di jalan kebenaran Islam dan mengedepankan urusan kaum muslimin. Mudah-mudahan ini adalah awal dari era kebangkitan Islam yang sesungguhnya. Insya Allah.

Pemuda pembela Islam

Nah, ini yang dibutuhkan, Bro en Sis. Pemuda pejuang dan pembela Islam. Kudu udah siap-siap untuk melakukan perlawanan. Kemenangan Islam pasti datang, maka kita harus menyiapkan diri untuk berjuang dan menyambut kemenangan itu.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS an-Nuur [24]: 55)

Gimana, semangat menyambut kemenangan Islam, kan? Hmm.. tapi kudu siapin diri dulu, dong. Nyiapin gimana? Mentalnya iya, ilmunya kudu. Artinya, jangan sampe mudah mengeluh atau malah sombong, jangan sampe juga nggak tahu apa-apa. Berarti kudu belajar dulu, ngaji dulu. Perbanyak kajian Islam. Tempa diri raih ilmu. Dan, itu nggak ujug-ujug, lho. Namun butuh proses dan butuh waktu. Kalo kamu sekarang usianya masih 13 tahun, maka 10 tahun ke depan (kalo masih diberikan umur panjang), insya Allah usiamu 23 tahun. So, jadilah pemuda yang mengatur urusan umat. Ya, “inna fii yadii sukban amrul ummah wa fii aqdaamiha hayataha” artinya, sungguh di tangan pemuda masa depan atau urusan ummat, dan di atas pundaknyalah kelangsungan kehidupannya. Keren banget ini!

Pemuda pejuang dan pembela Islam, tentunya bukan pemuda yang suka menyimpang dari kebenaran Islam. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Allah sangat mengagumi seorang pemuda yang tidak menyimpang dari kebenaran.” (HR Ahmad)

Islam juga membutuhkan pemuda pemberani dalam memperjuangkan kemenangan Islam. Benci kepada musuh-musuhnya. Ada baiknya kamu semua membaca kisah ini:

Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Ketika Perang Badar aku berada di tengah barisan.Tiba-tiba saja dari sisi kanan dan kiriku muncul dua orang pemuda yang masih sangat belia. Aku berharap seandainya saat itu aku berada di antara tulang-tulang rusuk mereka (untuk melindungi mereka, pen.). Salah seorang dari mereka mengedipkan mata kepadaku dan berkata,  “Wahai paman, engkau kenal Abu Jahal?” Kukatakan kepadanya, “Anakku, apa yang akan kau perbuat dengannya?” Pemuda itu kembali berkata, “Aku mendengar bahwa ia telah mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun bersumpah kepada Allah seandainya aku melihatnya niscaya aku akan membunuhnya atau aku yang akan mati di tangannya.”

Aku pun tercengang kaget dibuatnya. Lalu pemuda yang satunya lagi mengedipkan mata kepadaku dan mengatakan hal yang sama kepadaku. Seketika itu aku melihat Abu Jahal berjalan di tengah kerumunan orang. Aku berkata, “Tidakkah kalian lihat? Itulah orang yang kalian tanyakan tadi.” Mereka pun saling berlomba mengayunkan pedangnya hingga keduanya berhasil membunuh Abu Jahal.”

Kemudian mereka menghadap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bertanya, “Siapakah di antara kalian berdua yang membunuhnya?” Keduanya mengacung lalu mengatakan, “Saya yang telah membunuhnya.” Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian?” Mereka menjawab, “Belum.” Perawi berkata, “Lalu beliau memeriksa pedang mereka dan bersabda, ‘Kalian berdua telah membunuhnya.’” Kemudian beliau memutuskan bahwa harta rampasannya untuk Mu’adz Ibnu ‘Amr Ibnu al-Jamuh. Kedua pemuda itu adalah Mu’adz bin ‘Afra’ dan Mu’adz bin ‘Amr bin Al-Jamuh.(HR Bukhari, no. 3141 dan Muslim, no. 1752)

Yuk, sambut kemenangan Islam. Islam pasti menang, kita yang harus menyiapkan diri untuk menyambut kemenangan itu. Perbaiki kualitas diri dalam mental, ilmu, dan kekuatan fisik. Perjuangan di hari-hari berikutnya akan lebih menantang. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]