Saturday, 14 December 2024, 00:30

Tayangan televisi yang menguji keberanian kian menjamur menghibur pemirsa. Reality show �Tantangan’, �Berani Donk’, �Nekatz’, atau �Fear Factor’ begitu menarik perha-tian. Buktinya antusias masyarakat untuk ikut ambil bagian membludak. Udah ditonton banyak orang, diliput, dapet duit lagi. Meski tantangan-nya agak-agak gokil tetep aja sang kontestan yang didominasi cowok pantang mundur. Disuruh makan cacing, dibotakin kepalanya, atau berjalan di atas seutas tali yang meng-hubungkan dua gedung bertingkat juga nggak masalah. Hmm…bidikan produser acara emang tepat. Siapa yang nggak mau nunjukkin keberaniannya. Apalagi remaja cowok. Bener?

Sebagai cowok pasti mokal (baca: malu) dong kalo dikatain chicken alias penakut. Masa’ mau disamain ama Scooby Doo en Shaggy. Makanya banyak remaja cowok yang berusaha nunjukkin kalo doi pemberani dan suka tan-tangan. Apalagi pas lagi ada demenannya. Udah deh, lagaknya bak pahlawan bertopeng pembela kebenaran. Nggak cuma di mulut bilang berani, mereka juga unjuk gigi (Mandra kaleee…).

Ada yang doyan kebut-kebutan motor atau mobil di jalanan. Berisiko tinggi dan dijamin nggak malu-maluin kalo balapan ama bajaj Bajuri. Ada yang berlaga jadi bad boy alias co-wok badung. Dandanan sekenanya dengan rambut acak-acakan, baju untouchable by water (nggak pernah dicuci) selama seminggu, plus tindikan anting di hidung dan kuping.

Hobinya juga bolos, berantem, tawuran, sampe nge-drugs. Ada juga yang hobinya hiking, camping, atau travelling dengan modal seadanya. Ikat kepala, sandal jepit, serta tas ransel yang dihiasi cerek atau panci. Biar lebih menantang mereka berjalan kaki. Meski kadang-kadang nebeng di mobil bak terbuka atau truk yang berhasil mereka boikot di tengah jalan. Nestapa banget deh keliatannya. Persis kayak peserta training hidup sengsara. Hihihi…..(emang ada?)

BTW, ternyata nggak semua cowok pem-berani, macho, atau maskulin. Ada juga lho yang kadar keberaniannya masih di bawah 4,0 meski udah dikonversi (emangnya nilai UAN?). Nggak berani terima tantangan, apalagi sampe adu fisik. Malah cenderung cantik dan feminin. Body boleh atletis, tapi wajahnya itu seram alias sen-yum ramah. Perilaku dan tutur bahasanya luwes binti kemayu. Gayanya malah gagah gemulai. Bawaannya juga nggak jauh dari tas tangan, kipas, plus kosmetik. Sebangsanya �Somad’ dalam �Cintaku di Rumah Susun’ gitu deh.

Selain kedua tipe di atas, ada juga cowok yang biasa. Banyak malah. Biasa berantem, biasa kebut-kebutan, biasa tampil cantik, biasa ngegosip dll. Hehehe…becanda dink. Maksudnya cewek banget juga nggak, tapi doi kagak berani nerima tantangan. Datar-datar aja hidupnya. Kayak kubangan air diselokan yang mampet. Seolah nggak ada keinginan untuk selangkah lebih maju atau menggali potensi diri. Cowok kayak gini yang patut dipaksa jadi peserta Fear Factor atau boleh juga ngikut acara “Tan-tanganâ€?. Betul ? Betuuuul…! Makasih. Hehehe..

Berani terima tantangan
Sobat muda muslim, tantangan (bukan acara TV lho) udah jadi bagian yang terpisahkan dalam hidup kita (ciee… berlagak jadi pujangga nih ceritanya). Sama nasibnya dengan oksigen yang tiap hari kita hirup. Tiap orang pasti punya masalah dan tantangan yang kudu diatasi. Kalo ada yang sok bilang nggak punya masalah, itu berarti masalah buat dia. Tapi bukan berarti kita nyari masalah. Bisa urusan ama aparat entar. Berabe dong.

Maksudnya, tanpa kesulitan, kita nggak akan mengenal kenikmatan, apalagi menikmatinya. Nikmatnya sembuh pasti karena kita pernah merasakan nggak enaknya sakit yang serba kesulitan. Setiap rintangan yang berhasil diatasi, bakal bikin kita lebih kuat. Punya pengalaman biar nggak terulang. Setiap tantangan yang dilewati, mengizinkan kita untuk tersenyum bahagia. Tantangan juga bikin hidup lebih dinamis dengan turut membantu menggali potensi diri kita. Coba bayangin, betapa garing hidup kita jika segala sesuatu yang kita inginkan gampang banget didapetin (emangnya kantung ajaib Doraemon?)

Itu sebabnya, udah sepatutnya kita tumbuhkan sikap berani. Berani hadapi tantangan hidup dan segala risiko dari keputusan yang diambil. Kita nggak perlu ngabisin tenaga buat lari dari masalah. Kecuali jika kita nggak tengsin dibilang pecundang sejati. Karena masalah menghampiri kita untuk diatasi, bukan dihindari.

Tapi perlu hati-hati, jangan sampe keliru. Sikap berani laen ama nekatz (pake �z’ biar sangar). Jelas banget bedanya. Kalo berani, biasanya sudah diperhitungkan dan penuh perencanaan. Kita udah punya bekal buat ngadepin segala risiko yang bakal terjadi. Tapi kalo nekatz cenderung sembrono. Bisa dibilang nggak ada perencanaan. Apalagi persiapan untuk ngadepin kejadian-kejadian berikutnya. Bisa kacau-balau deh urusannya.

Terutama buat remaja cowok, sifat berani tanpa dibumbui nekat seperti yang udah diuraikan di atas nggak boleh lepas dari dirinya. Wajib nempel kayak perangko. Kalo perlu pake BB Harum Sari. Soalnya kelak banyak tanggung jawab yang mangkal di pundak mereka. Kalo udah waktunya, kita bakal jadi kepala keluarga boo. Untuk saat ini, kita bisa ambil bagian dalam melin-dungi keluarga, adik, kakak, atau ibu. Minimal jadi pemain ca-dangan buat ayah kalo se-waktu-waktu beliau cedera atau terkena kartu merah. Maka-nya dari sekarang, asah deh tuh sikap anticengeng dan pan-tang menyerah. Biar pantas menyan-dang julukan pejantan tangguh. Yoi nggak Coy?

Dalam dakwah pun kita berani
Sebagai muslim, pasti julukan pejantan tangguh itu akan sejajar dengan paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, pemimpin para syuhada. Kok bisa? Kenapa nggak, kita kudu berani terjun ke dunia dakwah dan meneladani beliau. Berani mengatakan terikat dengan aturan Allah dalam setiap perbuatan itu wajib dan sekularisme itu haram. Meski ada sebagian masyarakat atau penguasa yang merasa risih dengan pendapat ini. Pokoknya tetep maju pantang ngacir.

Terjun ke dunia dakwah belom komplit tanpa dilengkapi keberanian menghadapi risiko dakwah. Sebab di sana banyak berkeliaran tantangan yang acapkali bisa melemahkan semangat dakwah kita. Ngadepin omongan orang yang sinis, mencemooh, sampe yang tega menyerang secara fisik. Makanya kita juga kudu siap pasang badan. Kalo perlu ikut bela diri semacam capoera yang lagi digandrungi remaja. Tapi nggak usah kuatir. Risiko apa pun yang menghadang kita dalam dakwah itu akan menjadi penolong kita untuk dapetin ridho Allah. Setiap harta, tenaga, pikiran, dan waktu yang dikorbankan akan bernilai guede buanget di hadapan Allah. Mau dong?

Sobat muda muslim, kudu digaris bawahi plus dipertebal pake stabilo, dakwah nggak ada hubungannya dengan mendekatnya ajal, seretnya rizki, atau menjauhnya jodoh. Yang ada justru Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, meluaskan rizkinya, dan menjanjikan pasangan hidup yang baik plus bertakwa bagi orang-orang yang selalu berusaha terikat dengan aturan-Nya. Pengemban dakwah yang istiqomah masuk dalam kategori ini. Catet tuh!

Allah swt. Befirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan �Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ’Jangan-lah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalam-nya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.� (QS al-Fushilat [41]: 30-31)

Jadi pemberani sejati
Sobat muda muslim, pernah denger sahabat Rasulullah saw. yang bernama Abdullah bin Rawahah? Kalo belum, kamu wajib tahu. Soalnya dialah sosok pemberani yang mengobarkan se-mangat 3000 pasukan kaum muslimin yang mulai ketar-ketir ngadepin 200.000 pasukan ga-bungan?  Romawi pada saat perang Mu’tah.

Beliau bilang: “Wahai kaum Muslimin, sesung-guhnya yang hendak kalian hindari (perang ini) justru adalah jalan mencari sya-hadah (mati syahid), kita tidak memerangi manusia dengan jumlah personil, juga tidak memerangi mereka dengan kekuatan dan banyaknya pasukan yang kita miliki, kita tidak memerangi mereka melainkan dengan agama yang dengannya Allah telah memuliakan kita. Maka berangkatlah, sesungguhnya hasil dari perang ini hanyalah satu di antara dua kebaikan. Menang atau mati syahid!� (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an- Nihayah, Juz III/428)

Dalam hal pengorbanan kepentingan pribadi demi Allah, kita bisa mencontoh figur Sa’di bin Amir yang diprotes sang istri karena besarnya infaq yang dikeluarkannya di jalan Allah. beliau berkata: “Ketahuilah bahwa di dalam surga banyak terdapat bidadari yang cantik-cantik selain keindahan-keindahan yang mengagumkan, yang jika satu saja di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, niscaya akan menerangi semua yang ada. Sungguh kekuatan cahayanya sama dengan kekuatan cahaya matahari yang digabungkan dengan bulan sekaligus. Maka mengorbankan dirimu untuk mendapatkan mereka tentu lebih wajar dan lebih utama daripada aku mengor-bankan mereka demi dirimu.�

Nah sobat, keberanian yang ditunjukkan Abdullah bin Rawahah atau Sa’di bin Amir cuma sebagian aja dari banyaknya kisah keberanian para sahabat. Kita dan mereka sama-sama muslim. Karena itu kita juga bisa seperti mereka. Untuk itu, berikut kita kasih beberapa tips yang mungkin bisa membantu menum-buhkan keberanian sejati dalam diri kita:

  1. Pelajari makna hidup ini (untuk apa kita hidup). Buat kita, tentu tujuan hidup udah jelas. Hidup mulia, wafat masuk syurga.?  Ini bisa didapetin kalo memahami Islam ideologis. Sudah terbukti, sudah teruji, bikin orang jadi berani.
  2. Anggap yang lain sama seperti kita, meski tetap hormati dan hargai kelebihan masing-masing. Jadi nggak ngeper duluan lihat orang lain. Karena sama-sama makhluk ciptaan Allah yang lemah. Bedanya, Allah Maha Kuasa akan selalu bersama kita saat kita berani istiqomah dengan aturan-Nya.
  3. Percaya diri. Ini penting banget. Karena Allah nggak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan kita sebagai manusia. Karena itu kita yakin pasti bisa menjadi pengemban dakwah yang istiqomah.
  4. Jalan yang kita tempuh adalah kebenaran. Iya dong. Masa masih ragu dengan aturan Allah yang benar, mulia, dan sempurna?
  5. Sering membaca biografi orang yang terkenal berani. Jangan sampe kelewat. Biar bisa jadi motivasi sekaligus meneguhkan keyakinan kalo istiqomah itu bukan impian, tapi kenyataan yang bisa diusahakan dan diwujudkan.

Oke deh sobat, semoga tips di atas bisa banyak membantu. Buat semuanya, mari kita bangkit menghadapi tantangan pahit. Agar hidup kita terasa manis. Buat remaja cowok, tanamkan dalam diri kita prinsip, “berani karena benar.� Bukan karena dibayar. Ini baru pejantan tangguh nan syar’i . Tetep berani dan istiqomah! Allahu Akbar![hafidz]

(Buletin Studia – Edisi 202/Tahun ke-5/5 Juli 2004)