Friday, 29 March 2024, 01:36

  gaulislam edisi 281/tahun ke-6 (29 Rabi’ul Akhir 1434 H/ 11 Maret 2013)

 

Rasa-rasanya kamu pasti tahu deh dengan kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang guru (yang juga wakasek) di salah satu sekolah negeri di Jakarta. Yup! Karena beritanya santer tersebar di berbagai media: cetak, elektronik, dan juga internet, maka akhirnya banyak yang tahu dan beropini. Pro dan kontra pasti selalu ada. Meski demikian, tentu kita harus mencari akar masalahnya, dan menilai masalah ini dengan bijak. Memang itu aib ya. Tetapi jika kasusnya sudah disampaikan sendiri oleh siswi yang menjadi korban—atau sebenarnya dia pelaku juga karena sering pacaran?—secara langsung kepada media, akhirnya kasus tersebut menjadi ‘rahasia umum’. Nah, gaulislam pun pada akhirnya ingin juga mengomentari kasus ini.

Bro en Sis rahimakumullah, gaulislam nggak akan menceritakan ‘kisah asmara’ antara guru dan murid yang berujung pelecehan seksual, sebab sudah banyak diberitakan media massa. Buletin gaulislam ingin membahas satu persoalan terkait bebasnya pergaulan dan kondisi pemahaman akidah dan syariat kaum muslimin secara umum. Kasus ini hanya sekadar cantolan saja sebagai entry point penulisan artikel ini, lalu kita olah dan nilai serta berikan solusinya secara umum atas problem yang sebenarnya juga sudah ada sejak lama namun tak terekspos seperti kasus Siswi (bernama) MA dan Guru Y plus Guru T dalam berita yang selama ini santer.

 

Jangan bebas bergaul

Nah, ini akar masalah sebenarnya. Coba kalo siswi MA nggak curhat sama Guru Y, coba kalo siswi MA nggak gampang diajak jalan-jalan cowok, termasuk oleh gurunya yang bernama Guru T—yang juga dianggapnya sebagai sosok ayah, kejadian berujung pelecehan seksual nggak akan terjadi. Sebab, ada dinding pembatas yang tinggi dan kokoh bernama akidah Islam yang melahirkan syariat Islam tentang pengaturan hubungan antara laki-laki dan wanita dewasa. Inilah persoalan yang jarang diperhatikan. Bener Bro en Sis!

Bukti bahwa pergaulan di sekolah saat ini yang begitu bebas tampaknya bisa dilihat dari perilaku para siswa. Coba saja jalan-jalan pada saat jam pulang sekolah, bisa siang bisa sore. Perhatikan perilaku anak sekolah. Ada lho yang jalan bareng antara pelajar putri dan pelajar putra. Baik yang SMP maupun SMA. Mungkin di antara mereka ada yang berpacaran. Sebagian dari mereka bukan sekadar jalan bareng, tapi ada yang sambil gandengan tangan, bahkan pernah ada remaja cewek yang ‘gelayutan’ di pohon, eh, di pundak cowoknya. Ada pula yang berboncengan di sepeda motor, dan yang ceweknya nggelendotkan wajahnya ke wajah cowoknya yang sambil nyetir. Astaghfirullah. Ini kan sudah sangat keterlaluan!

Bagaimana dengan gurunya? Ya, tentu ada guru yang baik dan terus berdakwah agar murid-muridnya kuat akidah dan taat syariat, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana batasan pergaulan antara laki dan perempuan yang memang diatur oleh syariat Islam. Namun sedihnya nih, ada juga guru yang nggak ambil pusing, bahkan dia membolehkan pacaran di kalangan murid-muridnya. Saya pernah ngobrol dengan beberapa guru. Awalnya sih nemuin seorang guru kenalan saya, guru agama di sekolah tersebut. Sambil menyodorkan buletin gaulislam edisi “Cinta Tanpa Pacaran”, dua orang guru yang kebetulan ada di dekat sang guru kenalan saya, ujug-ujug ngasih komentar. Intinya, mereka nggak terlalu mempermasalahkan pacaran. Meski mereka memberikan catatan bahwa jangan terlalu bebas lah pacarannya, tetapi membolehkan pacaran adalah baru halaman pertama dari kisah yang akan terjalin di halaman-halaman berikutnya. Sangat mungkin di halaman ke sepuluh perzinaan terjadi. Iya kan? Maka, jangan main-main dengan kemaksiatan.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, seorang oknum guru yang membolehkan pacaran dalam kisah yang tadi saya tulis, sebenarnya dia sedang menjerumuskan siswanya lho. Bener, rasa-rasanya—maaf—kentut kucing lebih terdengar merdu ketimbang omongan sesat si oknum bapak guru ini. Saya makin yakin dengan fakta bahwa maraknya pacaran dan seks bebas, bukan semata salah orang tua di rumah yang lalai, anak dan remaja yang bandel, tetapi juga oknum guru di sekolah yang abai bahkan cenderung ngomporin siswa untuk melakukan maksiat. Selain itu ditambah pula dengan sikap masyarakat yang cuek dan pemerintah yang nggak menerapkan aturan dan sanksi yang benar dan tegas. Lengkap sudah penderitaan. Kasihan generasi yang akan datang jadi ikutan rusak.

Padahal, Islam udah mengatur hubungan antara laki dan wanita, cowok dengan cewek. Rasulullah saw. bersabda: Laa yakhluwanna (tidak boleh berkhalwat) rajulun bi‘imra‘atin (seorang pria dengan seorang wanita) illaa (kecuali) wa ma’aHaa dzuu mahramin minHaa (bersama si wanita disertai mahram si wanita) fa‘inna  tsaalitsuHumaasy syaythaanu (karena sesungguhnya yang ketiga dari keduanya adalah setan)” (HR Muslim)

Nah, ini hadits shahih yang sering diabaikan oleh mereka yang udah kerasukan setan. Bener lho. Jangan anggap bahwa yang kerasukan setan cuma orang yang kesurupan lalu minta ini dan minta itu kepada orang di sekitarnya. Tetapi yang udah kerasukan setan bisa terjadi kepada mereka yang pikirannya maksiat melulu. Contohnya yang paling gampang ya pacaran. Itu sebabnya, sebenarnya orang yang melakukan pacaran, berduaan dengan pacarnya, apalagi ngelakuin seks bebas (karena belum nikah), mereka udah kerasukan setan. Naudzubillah min dzalik. Inilah salah satu buah dari kerusakan sistem sesat demokrasi.

 

Berteman boleh, pacaran jangan

Pacaran beda dengan berteman. Tentu beda pula istilah antara teman dengan pacar dong. Aktivitasnya pun beda banget. Ini harus dibedakan. Sebab, nggak sedikit teman remaja yang kemudian melakukan pacaran dengan kedok hanya teman biasa. Supaya nggak dicurigai. Walah? Padahal, berteman juga ada rambu-rambunya yang tetep kudu ditaati. Nggak sembarangan. Itu sebabnya berteman juga jangan kebablasan jadi pacaran.

Sobat gaulislam, ngomongin soal pacaran rasanya aktivitas ini udah mendarah-daging dan berurat-akar di kalangan remaja deh. Bahkan seperti halnya sholat, pacaran dianggap sebagai kewajiban yang kudu dilaksanakan. Waduh! Itu sebabnya, banyak teman remaja yang masih duduk di bangku SMP aja udah coba-coba menjalin hubungan ini. Bisa dengan teman, bisa juga kayak di sinetron SMP (Senandung Masa Puber) yang pernah tayang di sebuah televisi swasta jaman dulu (tahun 2003), siswa yang menjalin hubungan spesial sama gurunya. Wacks..? Sekadar tahu saja, dalam sinetron itu Dias (Raffi Ahmad) dikisahkan suka sama Ibu Diana (Elma Theana) guru bahasa Inggris di sekolahnya. Hubungan mereka pun jadi dekat. Bukan lagi hubungan antara guru dengan murid, tapi seperti sepasang kekasih yang saling mencintai. *Wedew, jadi inget kasus Guru T dan Siswi MA dah!

Oya, pacaran juga seperti syarat wajib bagi anak remaja biar disebut udah gede. Anak yang berani pacaran, berarti udah gede. Celakanya, banyak para ortu yang menganggap wajar anaknya punya pacar. Alasannya, selama tidak macam-macam, biarkan saja. Duh, nih ortu pake ngasih lampu ijo segala. Asal banget!

Nah, karena aktivitas pacaran ini berbahaya, maka Islam sejak lama udah ngatur hubungan antara laki dan wanita. Bisa kamu simak deh firman Allah Swt tentang larangan mendekati zina. Di situ dengan jelas disebutkan oleh Allah Swt.:”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (TQS al-Israa [17] : 32)

Pacaran kan nggak sampe zina? Barangkali kamu protes begitu. Benar. Tapi bukankah perzinaan juga dimulai dari hal yang kecil? Kalo kamu sering bertemu dengan lawan jenis, sering jalan berdua, sering pegangan tangan, sering curhat, sering mojok, bisa gaswat juga lho. Nggak ada jaminan kan kalo kamu bisa tahan godaan. Banyak kasus terjadi karena berawal dari hubungan kelewat dekat ini.

Dengan demikian, pacaran adalah pintu menuju z-i-n-a. Sebab, nggak ada jaminan kalo kamu udah berdua-duaan bisa tahan nggak melakukan ‘begituan’. Jadi bias deh antara cinta dan nafsu. Setan emang paling hebat dalam urusan memprovokasi manusia untuk berbuat maksiat. Jadi kudu ati-ati.

Bro en Sis, jadi jelas bahwa aktivitas pacaran adalah maksiat dan jelas dosa. Mulai sekarang, dengan segala kerendahan hati, bagi yang masih pacaran, putuskan tuh pacar kamu—termasuk jangan gaul bebas dan pacaran dengan gurumu. Bagi yang belum, jangan coba-coba mendekati celah yang bisa bikin kamu tambah sregep untuk melakukan pacaran dan akhirnya kebablasan jadi zina. Hindari bacaan dan tontonan ‘begituan’ supaya nggak kepengen. Ati-ati ya!

 

Takutlah kepada Allah Swt

Kasus Siswi MA dan Guru T adalah contoh dari sekian banyak kejadian ‘kisah asmara’ yang terlarang antara guru dan murid. Kenapa terlarang? Karena tidak dalam ikatan pernikahan. Kalo mereka menikah sih silakan aja, toh banyak guru dan murid yang saling suka dan akhirnya menikah. Bagus malah. Tapi kalo pacaran dan sampe berzina? No! That’s DANGEROUS! Lebih berbahaya dan dosa karena hal itu adalah maksiat kepada Allah.

Siswi (bernama) MA yang takut ancaman Guru (bernama) T soal nilai dan kelulusan jika menolak ajakan cabul bin maksiatnya, ini bukti kelemahan akidah juga. Kalo seandainya dia takut kepada Allah tentu nggak bakalan menggadaikan kehormatannya meski itu yang meminta gurunya sendiri. Waspadalah!

Sobat gaulislam, yuk kita ngaji dan belajar untuk kuatkan akidah karena insya Allah akan membentengi diri kita dari segala maksiat. Sebab, ketika akidah kuat, maka pelaksanaan terhadap syariat juga kuat. Setuju ya? Siap! [solihin | Twitter @osolihin]