Thursday, 25 April 2024, 10:59

gaulislam edisi 440/tahun ke-9 (19 Jumadil Akhir 1437 H/ 28 Maret 2016)
 

Alhamdulillah ketemu lagi nih. Kamu bisa baca lagi buletin kesayangan kamu semua. Malah ada remaja yang bilang bahwa ini buletin yang nggak ngebosenin meskipun tema yang dibahas selalu seputar remaja alias muter-muter aja di situ. Ehm.. jadi geer banget nih, disebut buletin yang keren dan nggak bikin bosen. Nah, semoga kamu termasuk remaja yang juga tampil keren dengan Islam dan menunjukkan jati diri sebagai muslim sejati. Oke banget tuh!

Oya Bro en Sis, pastinya kata ‘mandiri’ bukan kata yang asing dalam kehidupan kita. Iya, kan? Mandiri yang seperti apa sih yang dimaksud? Apakah maksudnya menjadi pribadi yang nggak manja? Ada juga nih yang memaknai bahwa mandiri itu adalah sikap yang nggak tergantung lagi dalam masalah keuangan atau bantuan orang lain (jika sebenarnya secara pribadi masih bisa untuk bertahan dan mengupayakannya). So, artinya bisa membiayai diri sendiri. Apakah yang seperti itu? Wait! Saya memperjelas dulu ya pengertian mandiri yang akan kita bahas. Supaya apa? Supaya ngga bias.

 

Mandiri yuk mandiri

Sobat gaulislam, kamu yang muslimah pernah merasa nggak afdol kalo belum ikutan tren alis kekinian? Itu tuh, yang alisnya dicukurin atau dicabutin kemudian dibentuk sedemikian rupa biar terlihat cantik. Itu baru alis ya, belum lagi hijab kekinian, wajah ber-make up, berbehel cuma buat tampil unyu dan seterusnya. Apalagi kalau sampai merasa nggak asik kalau belum punya gandengan. Jiaah, emang truk gandeng atau lokomotif, gitu? So, merasa aneh kalo belum punya pacar? Wah, ini adalah tanda ketidakmandirian. Beneran!

Wiih! Kok bisa gitu? Dikira mandiri adalah bisa mandi sendiri? Hehe… mandiri bisa cuci baju sendiri atau bisa cari uang sendiri? Bukan lah. Meski itu juga bagian dari mandiri secara luas, tetapi bukan di situ konteks pembahasan kita di buletin ini. Lalu apa? Ya, kamu sabar aja dulu untuk baca paragraf berikutnya sampai tuntas, ya.

Yup, mandiri yang saya maksud adalah kita berani nggak tergantung dengan gaya hidup yang tidak islami. Coba aja deh dalam keseharian kita terapin gaya hidup islami. Misalnya nih, shalat wajib lima waktu plus rawatib tanpa absen, tambah lagi shalat tahajud dan dhuha. Selain itu, sebagai muslimah, kamu juga menutup aurat dengan kerudung dan jilbab. Bukan itu saja, bahkan berperilaku pun wajib dihiasi akhlakul karimah. Wah, saya yakin bukan hanya orang tua kita tapi juga orang-orang di sekitar kita bakal kasih jempol dan bilang kita sudah disiplin dan mandiri. Bisa jadi jempol yang diacungkan nggak cuma dua, tetapi sekaligus empat (wah, kedua tangan dan kedua kaki, dong?)

Nah, gimana kalau ternyata begitu kita telah berusaha mengubah diri dalam kebaikan, lalu berubah sesuai perintah Allah Ta’ala, taat kepada al-Quran dan as-Sunnah, tetapi nggak ada dukungan dari orang-orang terdekat kita? Perihnya lagi kemudian kita dicap sok alim, temen-temen juga pada nge-bully, nggak ada yang support dengan perubahan yang kita lakukan. Nah, bila kita mampu bertahan dalam ketaatan kepada Allah meski dalam kesendirian dan keterasingan, sebenarnya itu juga merupakan kemandirian. Beneran, lho!

Kalo kamu tetap mempertahankan prinsip untuk nggak punya pacar meski teman di satu sekolah kamu hampir semuanya pacaran, itu juga adalah bagian dari sikap mandiri. Keren banget kan, nggak ikut-ikutan dengan kebanyakan orang? Iya. Sebab, tak semua yang jumlahnya banyak itu benar. Kebenaran tak diukur dari jumlahnya orang yang mendukungnya, tetapi yang terpenting adalah dilihat seberapa istiqomah taat dengan syariat Islam.

Mau tahu bagaimana mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia? Nih, ada, yakni dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Nah, itu sama dengan yang udah kita tuliskan sedari awal. Ok banget, kan?

 

Ketergantungan yang tak terasa

Sobat gaulislam, secara tidak langsung sebenarnya ada ketergantungan akan gaya hidup sang idola dalam kehidupan remaja muslim dan muslimah. Supaya keren dan eksis, mulai bergaya seperti aktor laga atau yang muslimahnya berhijab seperti artis A. Biar kelihatan perutnya sixpack kayak idolanya di televisi, remaja cowok bela-belain angkat barbel (barang belanjaan, kali ya?). Sementara remaja muslimahnya, biar kelihatan cantik dan modis, rela dandan seperti artis B. Rasanya nggak lengkap kalo masih belum make krim wajah yang barusan di-endorse oleh artis C. Liat-liat upload-an foto-foto idola kita yang lagi eksis dengan tampilan yang memikat, jadi laper mata dan lagi-lagi pengen punya apapun yang dipake oleh idola kita, biar pun itu kulitasnya KW 15 (idih, panjang amat buntutnya! Makin jauh dari yang original, dong?). Nah, itu sudah pertanda ketidakmandirian alias tergantung dengan perilaku konsumtif. Konsumtif apaan ya? Nggak tahu? Gini, konsumtif itu perilaku boros alias nggak hemat dalam membelanjakan uang. Perlu hati-hati supaya nggak terpeleset.

Parahnya lagi nih, buat kamu yang muslimah ternyata banyak juga yang tergantung dengan gaya hidup yang tidak islami. Wah, gimana ceritanya, tuh? Seperti yang saya sebutin pada awal pembahasan, betapa kehidupan muslimah nggak jauh dari hal-hal yang sebenarnya udah jelas nggak dibolehin dalam Islam. Contoh kayak masalah alis yang dibongkar pasang hingga ditato dan disulam, sebenarnya di dalam Islam cukup dibiarkan tumbuh secara natural. Kecuali kalau memang mengalami ketidaknormalan pertumbuhan, masih boleh diupayakan dengan melakukan pengobatan. Itu namanya rukhsah.

Kelar masalah alis, eh ternyata pergaulan bebas masih ada. Rasanya nggak asik gitu kali ya kalau nggak bergaul dengan lawan jenis? Ih, ngarep banget, gitu? Parahnya nih, kalau sudah sampai menjurus ke hal-hal yang intim malah terjadi seks bebas. Bebas dengan lawan jenis udah jelas salah, eh nambah lagi nih persoalan. Tambah parah aja nih. Sedih dah kalau ternyata sampe ada yang terjebak suka dengan sesama jenis (gay en lesbian). Ya Allah, lindungilah para hamba-Mu yang jomblo ini, Aamiin.

Itu baru sekelumit gaya hidup tidak islami yang kini merebak dalam kehidupan kaum muslimin, Bro en Sis.  Kalo belum puas bener, nih ada contoh lagi. Misalanya nih, yang hidupnya terbelit riba (bunga uang yang didapat dari tabungan, deposito, hutang piutang, kartu kredit dan lain-lain). So, jangan merasa menjadi remaja keren karena memiliki kartu kredit, ya. Sebenarnya, sama saja dengan menceburkan diri ke dalam riba. Tahu sendiri kan sobat, betapa dosa riba itu besar banget. Saking dahsyatnya riba itu, sampai disebutkan bahwa dosa menjalankan riba itu setara dengan berzina dengan ibu kandung sendiri. Naudzubillahi min dzalik. Waspada dan jauhi riba.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri.” (HR al-Hakim dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya)

Sobat gaulislam, coba deh kita bikin daftar aktivitas gaya hidup yang tidak islami yang selama ini tidak terasa membuat kita can’t live without it: 1) Konsumtif; 2) Terlalu fokus pada penampilan (pengen cantik dan seksi (termasuk buat cowok ya pengen ganteng dan gagah), iya kan? Udah ngaku aja); 3) Bergaul bebas dengan lawan jenis (minimal berteman, medium friendzone-an sampe pacaran, high-nya berhubungan badan); 4) Merayakan hari-hari yang sebenernya nggak ada dalam Islam, seperti Valentine’s Day, Imlek, Halloween, Prom Nite dan yang sejenisnya; 5) Ide-ide di luar Islam seperti emansipasi perempuan, kebebasan berekspresi dan berpendapat atas nama demokrasi dan HAM, dan seterusnya dan sejenisnya. Catet, yo, itu semua nggak islami!

 

Gotta be real

Ayolah, it’s time to be real. Yup! Saatnya menjadi muslim en muslimah sejati. Kemandirian, keyakinan, keberanian, dan kesabaran adalah kuncinya. Nggak ada kata terlambat! Udah waktunya meninggalkan masa kelam bagi kamu yang pernah terjebak di dalamnya. Berat memang, tapi insya Allah bisa dilalui.

Bisa gimana? Ya bisa, asal ada kemauan kuat untuk menjadi muslimah sejati. Caranya? Pertama, mengkaji Islam secara intensif (rutin dan mendalam) dengan tujuan untuk diaplikasikan dalam keseharian demi perubahan diri ke arah lebih baik. Kedua, berteman dengan orang-orang yang salih en salihah supaya ukhuwah Islam terbina, keimanan dan keistiqomahan dalam Islam pun terjaga. Ketiga, bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala yang berarti nggak absen shalat fardhu en sunnah kecuali saat haid (buat muslimah pastinya), berzikir di pagi dan petang hari, memperbanyak istighfar, tilawah al-Quran dan terjemah, jangan lupa juga puasa sunnah atau mengqadha (mengganti) puasa Ramadhan yang masih bolong (hehe..). Keempat, bagi muslimah wajib menutup aurat sesuai tuntunan al-Quran dan as-Sunnah ya, bukan ala hijaber kekinian. Kelima, hiasi hijrahmu dengan akhlakul karimah.

Sobat gaulislam, bagi kamu yang sudah berhasil hijrah dari dirimu ‘yang dulu’, yakni dirimu yang tak kenal Islam kaffah, jangan lupain temen-temenmu yang belum berhasil berhijrah ya! Yup, biarpun ilmu Islam yang dimiliki belum seberapa, nggak ada salahnya mulai mengajak orang-orang terdekatmu: entah keluarga, sahabat, dan teman-teman sekolah untuk berhenti ketergantungan dari gaya hidup yang tidak islami. Yuk, mengajak mereka untuk mandiri.  Mandiri bersama Islam.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS an-Nisaa [4]: 69)

Semoga ayat di atas bisa menjadi penyemangat kamu untuk berubah jadi lebih baik dan mandiri bersama Islam. Tunjukkan juga dalam perilaku keseharian yang memang menjadi ciri khas seorang muslim sejati. Bukan muslim abal-abal yang cuma tampilan doang, sementara ‘dalemannya’ penuh borok yang membahayakan. Waspadalah!

Yuk, semangat perubahan! [Anindita | email: yunita7vold@gmail.com]