Friday, 29 March 2024, 04:38

gaulislam edisi 366/tahun ke-8 (3 Muharram 1436 H/ 27 Oktober 2014)

 

Sebelumnya kami mohon maaf karena terpaksa harus tega menunda pembahasan tentang Mahabharata dan pengrusakan akidah. Sesuai pengumuman yang disisipkan dalam tulisan gaulislam edisi 365 pekan kemarin, bahwa pekan ini akan membahas tema tersebut. Naskahnya sih udah ada. Udah disiapkan. Tetapi, karena di tanggal 28 Oktober ada momen Sumpah Pemuda, maka mohon maaf tema Mahabharata harus digeser terlebih dahulu untuk memanfaatkan momen Sumpah Pemuda. Ini juga perlu pembahasan lho. Apalagi jika dihubungkan dengan keberadaan kita semua sebagai muslim, yang harus senantiasa terikat dengan akidah dan syariat Islam. Ini letak persoalan alasan membahas tema ini, Bro en Sis.

Oya, apakah kamu pernah melakukan sumpah? Pernah? Waduh, dalam hal apa nih kamu bersumpah? Ok. Kalo ngeliat pergaulan remaja sekarang, banyak juga lho remaja yang gampang bilang sumpah. Misalnya aja kalo diminta untuk meyakinkan apakah dirinya bersih dari tuduhan, biasanya suka bersumpah: “Demi Tuhan, aku bukan pelakunya”. Eh, pekan kemarin juga Presiden Joko Widodo disumpah lho pada saat pelantikan menjadi presiden Indonesia ke-7. Berarti sebenarnya istilah sumpah itu sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat kita. Tetapi, tahukah kamu apa arti sebenarnya dari sumpah?

Ok, kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ya. Menurut KBBI, sum·pah n 1 pernyataan yg diucapkan secara resmi dng bersaksi kpd Tuhan atau kpd sesuatu yg dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dsb): perkataannya itu dikuatkan dng —; 2 pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar; 3 janji atau ikrar yg teguh (akan menunaikan sesuatu). Bisa juga arti yang kedua: sum·pah n kata-kata yg buruk (makian dsb); kutuk; tulah.

Sobat gaulislam, dari penjelasan di kamus, pengertian sumpah bisa dua makna. Pertama berkaitan dengan ikrar atau janji dan yang kedua ternyata berkaitan dengan kata-kata tentang keburukan. Kalo kita aplikasikan dalam kehidupan, sebagai contoh misalnya seseorang bersumpah bahwa dia bukan pelakunya, bahwa dia berjanji akan melakukan apa yang diamanahkan, atau dia berikrar akan taat pada amanah yang sudah dibebankan dan lain sebagainya. Begitupun misalnya seseorang bersumpah untuk mengutuk orang lain, biasanya ini disebut sumpah serapah. So, dengan demikian menjadi jelas ya kaitan dengan istilah sumpah. Lalu, bagaimana dengan judul buletin gaulislam edisi 366 ini? Yup, kita akan telusuri bahwa ternyata ada sumpah yang salah. Pantengin terus sampe abis pembahasan ini ya!

 

Sumpah kita sebelum lahir

Seluruh manusia, sebelum lahir ke dunia ini sebenarnyya sudah bersumpah (dalam artian berjanji dan mengakui serta bersaksi bahwa hanya Allah Ta’ala sebagai penciptanya yang wajib disembah dan ditaati aturan-Nya). Masalah ketahuidan yang sesuai dengan fitrah manusia ini udah dijelasin dalam al-Quran, lho. Yup! Itu disampaikan Allah Ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya): “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS al-A’raaf [7]: 172)

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan di atas fitrah tauhid (mengesakan Allah). Namun kemudian fitrah ini diubah oleh akidah-akidah rusak yang datang setelahnya. Untuk lebih jelasnya sih, silakan kamu buka kitab tafsir (misalnya tafsir Ibnu Katsir) untuk penjelasan ayat tersebut. Oya, kalo dalam pembahasan tafsirnya, ayat itu satu rangkaian dengan ayat 173 dan ayat 174 dalam surat tersebut karena pembahasannya sama. Silakan dicek sendiri ya, atau bertanya ke orang yang memahami masalah itu di sekitarmu.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda berkaitan dengan masalah ini, “Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani(HR Bukhari-Muslim)

Oya, dalam penjelasan di muslim.or.id, secara bahasa, fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika seorang manusia diciptakan oleh Allah (lihat Lisaanul Arab 5/56, al-Qamus al-Muhith 1/881). Dan ketahuilah, yang dimaksud dengan agama yang fitrah ialah Islam. Setiap manusia lahir dalam keadaan berislam, sebagaimana hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Tuh, catet ye!

Tentu saja penjelasan ini kian meyakinkan kita bahwa manusia secara umum sebenarnya sudah berikrar atau berjanji atau bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah Ta’ala. Manusia yang lahir ke dunia ini, sebenarnya sudah muslim saat dilahirkan. Tetapi kedua orang tuanya dan juga lingkungannya yang membuat manusia menjadi Yahudi atau Nasrani atau keyakinan lainnya.

 

Inilah yang menjauhkan manusia dari Islam

Kamu pernah merasa dijauhkan dari ortu nggak? Biasanya hal itu terjadi ketika ortumu jarang di rumah dan jarang berkomunikasi denganmu. Kondisi seperti itu saja sudah bisa membuat kamu jauh dari orang tua. Betul nggak? Sama seperti kalo kamu dijauhkan dari teman akrabmu. Kondisinya bisa banyak. Entah karena jarak kamu dengan sahabatmu yang jauh sehingga sulit bertemu lagi, bisa juga karena jarang berkomunikasi dengannya, bisa juga karena sudah memiliki cara pandang lain yang mungkin kini berbeda dengan sahabatmu. Semua hal bisa terjadi. Begitu pun manusia dengan Islam bisa menjauh dan bahkan berpisah karena suatu sebab.

Nah, apa yang bisa menjauhkan manusia dari Islam? Sederhana, yakni pemahaman terhadap cara pandang yang bukan Islam. Jelas banget dong. Kalo setiap hari kamu digempur dengan pemahaman yang bukan dari Islam, sementara kamu pemahaman terhadap ajaran Islam juga lemah, maka bukan tak mungkin kamu akhirnya terjerumus dalam kubangan kenistaan pemahaman yang bakal menjauhkan kamu dari Islam. Pacaran, adalah salah satu kondisi yang bisa menjauhkan kamu dari ajaran Islam. Bener. Sebab, Islam melarang pacaran karena hal itu mendekati zina. Tetapi banyak manusia malah melakukannya. Itu artinya udah nggak taat lagi dengan ajaran Islam. Apa hasilnya? Ya, dia akan makin jauh dari Islam dan akhirnya bisa saja lebih mementingkan hawa nafsunya ketimbang taat dengan aturan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang sudah diajarkan dalam Islam. Selain pacaran apa? Paham lain yang merusak pemikiran dan perasaan kamu sebagai muslim adalah hedonisme, permisivisme, pluralisme, humanisme, termasuk juga nasionalisme, demokrasi, HAM, liberalisme, dan isme-isme lainnya yang merusak akidah dan kian menjauhkan kamu dari Islam. Catet itu ya!

Sobat gaulislam, berawal dari pemahaman terhadap cara pandang yang salah inilah, petualangan yang salah akan terus berlanjut. Sebab apa? Sebab, cara pandang akan mengubah perilaku seseorang. Nah, cara pandang ini dipengaruhi oleh ideologi, lho. Kalo ideologinya benar, yakni Islam, maka cara pandangnya pasti benar dan perilakunya juga akan benar. Tetapi kalo ideologi yang mempengaruhi cara pandangnya berasal dari Kapitalisme-Sekularisme dan Sosialisme-Komunisme, maka cara pandangnya pasti salah dan perilakunya juga akan salah.

Oya, sekadar kamu tahu, bahwa ideologi di dunia ini cuma ada tiga saat ini. Nggak ada ideologi lain selain Islam, Kapitalisme-Sekularisme, dan Sosialisme-Komunisme. Kalo pun ada yang bilang selain itu, bisa dipastikan itu adalah modifikasi dari ketiganya atau bahkan campuran dari dua atau ketiga ideologi tersebut. Tetapi, sebagai muslim kita hanya wajib terikat dengan ideologi Islam, bukan yang lain.

 

Ngomongin Sumpah Pemuda

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sumpah Pemuda termasuk bagian dari sumpah tapi salah bila dilihat dari kacamata Islam. Bila kamu marah atau tersinggung dengan pernyataan yang saya tulis ini, saya justru khawatir bahwa fitrah ketauhidan kamu yang sejak lahir sudah dibawa mulai pudar digerus dengan keyakinan lain selain Islam. Bener lho. Apa yang salah dengan Sumpah Pemuda? Intinya, ada pada paham nasionalisme. Ini paham yang bertentangan dan bahkan menentang Islam.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan golongan kami siapa saja yang mengajak pada ashabiyah (fanatisme golongan, kaum, bangsa). Bukan pula dari golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah, dan tidak juga termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (HR Abu Dawud)

Oya, ‘ashabiyyah itu artinya semangat golongan. Kalo kamu jeli, dalam faktanya, semangat golonganisme ini terdapat di dalamnya sukuisme dan nasionalisme. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, baginda kita bersabda saat akan berlangsung peperangan yang mengusung semangat antar golongan di antara kaum Muslim: “Wahai kaum muslimin, ingatlah Allah, ingatlah Allah. Apakah kalian akan bertindak seperti para penyembah berhala saat aku hadir di tengah kalian dan Allah telah menunjuki kalian dengan Islam; yang karena itulah kalian menjadi mulia dan menjauhkan diri dari paganisme, menjauhkan kalian dari kekufuran dan menjadikan kalian bersaudara karenanya?” (dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah, karya Ibnu Hisyam)

Sobat gaulislam, kalo kita bersumpah, pastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu adalah sesuai dengan aturan main dalam ajaran Islam. Supaya nggak salah. Itu artinya, kita bersumpah bukan untuk semangat nasionalisme, sukuisme, atau semangat golongan lain. Oya, jangan pula melakukan sumpah ppcong karena tak ada syariatnya dalam Islam. Bersumpah harus untuk hal yang benar, bukan yang salah. Setiap hari ketika shalat kita udah berikrar (sumpah) bahwa sholat kita, ibadah-ibadah kita, hidup kita dan mati kita hanya untuk Allah Ta’ala. So, jangan kamu khianati sumpahmu!

Well, sekarang kita buat ikrar atau sumpah yang benar, yuk: “Kami pemuda dan pemudi Islam, siap membela dan memperjuangkan Islam. Bergaya hidup islami dan bertakwa kepada Allah. Berjanji akan mempertahankan ikatan akidah Islamiyah sebagai persatuan di antara kami. Islam adalah mabda (ideologi) kami. Semoga Allah Ta’ala meridhoi langkah perjuangan kami. Amin.” Ayo, semangat! [O. Solihin | Twitter @osolihin]