Thursday, 25 April 2024, 17:21

gaulislam edisi 326/tahun ke-7 (19 Rabiul Awwal 1435 H/ 20 Januari 2014)

 

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Makin angot aja nih istilah cabe-cabean ama terong-terongan. Nggak sekalian aja tomat-tomatan atau garam-garaman, terasi-terasian plus gula-gulaan supaya bisa jadi sambal. Hehehe.. kalo ngeliat definisinya, sebenarnya fenomena cabe-cabean atau terong-terongan udah ada sejak jaman baheula (jadul). Cuma istilahnya ada yang diperbarui. Di daerah Jawa Tengah sana, konon kabarnya sebelum cabe-cabean udah ngetop kimcil. Nggak jauh bedalah. Atau mungkin sudah di-replace alias diganti kali ya. Tetapi, terlepas dari kontroversi itu, yang jelas fenomena cabe-cabean dan terong-terongan sungguh sudah sangat mengganggu. Khususnya cabe-cabean.

Eh, ini ngobrolin apaan sih? Hah? Kamu ada yang nggak ngeh soal ini? Waduh, kirain udah pada paham semua. Hehehe… itu lho, cabe-cabean adalah istilah untuk anak cewek alay yang sok imut, genit, ganjen dan pecicilan gitu deh. Sering nongkrong di arena balap liar atau kalo naik motor seringnya boncengan bertiga nggak pake helm dengan balutan pakaian yang ketat dan minim. Kesannya para ABG cabe-cabean ini adalah cewek yang murahan dan bahan mainan para cowok iseng. Nah, itu kira-kira pengertiannya. Kalo nggak puas, kamu bisa googling lagi dah di internet. Tetapi setidaknya inilah definisi umumnya. Jauh banget ternyata dengan definisi wanita shalihah ya? Idih, kalo cewek cabe-cabean mah tepatnya digelari gajah alias gadis jahiliyah!

Nah, kalo terong-terongan apa pula itu, bos? Gini, kalo terong-terongan itu buat lawan jenisnya, yakni para cowok alay yang juga berperilaku seperti cewek cabe-cabean. Cuma memang untuk istilah terong-terongan nggak terlalu jadi sorotan. Kalah pamor dengan istilah cabe-cabean. Namun, apapun itu istilahnya, kita menilai berdasarkan fakta di lapangan seperti apa. Jika bertentangan dengan norma masyarakat, apalagi norma agama, ya kudu dibenahi. Jangan dibiarkan atau malah dibuat makin semarak. Nggak lah. Harus ditertibkan dan mereka harus disadarkan, lalu dibina akidahnya agar menjadi wanita shalihah dan lelaki shalih. Ini tanggung jawab kita semua lho. Bukan cuma tanggung orang tua mereka aja. Bagaimana dengan pemerintah, apa perlu dilibatkan? Kalo pemerintah sih emang sudah sewajibnya mengurus rakyat kok. Jadi, peran pemerintah kudu tampak nyata untuk mengatasi fenomena sosial yang buruk ini.

 

Apa penyebab cewek cabe-cabean?

Sobat gaulislam, kalo ditanya penyebabnya tentu akan banyak pendapat sesuai pengamatan terhadap fakta. Seseorang yang ditanya, jawabannya akan berbeda dengan orang lain yang ditanya untuk masalah yang sama. Maka, kita bisa baca di media cetak atau lihat di televisi banyak pengamat pendidikan, pengamat sosial, pengamat masalah anak, pengamat keluarga dan pengamat lainnya nyaris banyak perbedaannya dalam menyikapi fenomena cabe-cabean dan penyebabnya. Namun demikian, sebagai muslim sebenarnya kita punya standar yang jelas, yakni akidah dan syariat Islam. Sehingga, pengamat dalam bidang-bidang tertentu yang dikuasainya akan selalu menjadikan Islam sebagai standar utama. Sehingga pasti akan ada kesamaannya dalam bersikap dan menjawab penyebab maraknya suatu fenomena, termasuk seputar cabe-cabean. Paham ya?

Nah, saat ini kan kita semua hidup dalam sistem kehidupan yang bukan Islam. Tentu saja masyarakatnya juga bukan masyarakat Islam karena pemikirannya sangat beragam dan jauh dari standar Islam. Mungkin yang menggunakan Islam sebagai rujukan tetap ada, tetapi jumlahnya tak dominan. Bisa jadi malah yang banyak adalah mereka yang menjadikan ideologi selain Islam sebagai pengatur kehidupannya. Akibatnya, pola pikir dan pola sikapnya, meski dia muslim, malah jauh dari Islam karena memilih keyakinan atau ideologi lain selain Islam. Bahaya tuh, Bro en Sis!

Oke, kalo ditelusuri nih, penyebabnya setidaknya ada tiga bagian kalo menurut saya. Oya, ini pun berdasarkan cara Islam memandang lho. Jadi ya saya ngikutin aja menurut Islam. Apa saja tuh? Pertama, faktor keluarga. Betul, ini memang yang utama dalam pandangan Islam. Dalam keluarga kan terdiri dari ayah, ibu, dan juga anak-anak. Ini keluarga inti ya. Nah, kalo ayah dan ibunya nggak pernah ngajarin anak-anak maka besar kemungkinan anak akan terlantar dalam pemahaman akidahnya, dalam etika pergaulannya dan semua hal yang berkaitan dengan kepribadian mereka. Jelas, dalam hal ini orang tua yang kudu bertanggung jawab. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu.: Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini: “(tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui (QS ar-Ruum [30]: 30)

Dalam hadis shahih riwayat Bukhari ini jelas bahwa orang tua sangat bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. Oya, fitrah Allah itu maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah Ta’ala mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan (terutama yang pertama berpengaruh adalah orang tuanya). Maka, kalo nanti kamu berkeluarga, kamu kudu ngerti persoalan ini dan kamu kudu meningkatkan keimanan dan tsaqafah Islam. Setelah itu carilah pasangan ketika menikah dengan kriteria yang sesuai tuntunan Islam. Minimal pemahamannya seperti kamu deh (yang udah islami, maksudnya), syukur-syukur bisa lebih baik lagi.

Kedua, faktor masyarakat. Mengapa kini fenomena cewek cabe-cabean marak atau cowok terong-terongan jadi heboh? Sangat boleh jadi, ada yang salah dengan masyarakat kita. Memang sih nggak bisa menyalahkan seluruh individu dalam masyarakat. Tetapi, saat ini kita hidup bukan pada kondisi ideal sebuah masyarakat islami. Sangat boleh jadi ada individu dan kelompok atau komunitas yang peduli dengan kondisi masyarakat, lalu mereka mengajak masyarakat yang sakit itu untuk sadar dan memulai hidup dengan cara Islam. Tetapi masalahnya, di masyarakat itu bukan hanya orang yang baik, tetapi bejibun juga orang yang jahat. Bisa dibayangin dah, gimana jadinya kalo masyarakat yang jahat justru mendominasi. Jika ini yang terjadi, maka pantas bahwa masyarakat bisa disalahkan dan bertanggung jawab atas kerusakan ini.

Ketiga, faktor negara. Nah, ini sebenarnya ujung tombak perubahan ke arah kebaikan ada di tangan para pemimpin dan penyelenggara negara, Bro en Sis. Gimana pun juga, ketika individu (termasuk dalam hal ini keluarga) dan masyarakat kehilangan energi untuk melakukan perubahan, maka negara wajib menjadi pihak yang paling bertanggung-jawab atas semuanya, yakni dengan menerapkan aturan dan sanksi. Silakan dilihat aja sekarang, kalo fenomena cewek cabe-cabean dan cowok terong-terongan ini justru luput dari perhatian pemerintah—atau bahkan mereka membiarkan semua itu terjadi tanpa penyelesaian, maka bisa dipastikan bahwa negara telah abai dan gagal mengurus rakyatnya.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Jika melihat fenomena cewek cabe-cabean saat ini, sangat mungkin penyumbang kemunculan dan keberadaan mereka disebabkan lalainya orang tua dalam mendidik, Cuek alias nggak mau pedulinya masyarakat terhadap kasus tersebut, dan juga abainya negara dalam melayani rakyat karena tak membuat aturan dan sanksi bagi para pelaku cewek cabe-cabean dan ragam pelanggaran serta kemaksiatan lainnya. Namun, jika dirunut penyebab utama atau akar masalah, tentunya adalah penerapan aturan selain Islam oleh negara. Sehingga membuat kerusakan bukan hanya pada segelintir orang, tetapi juga menyebar rata ke hampir semua orang di negeri ini. Waduh, menyedihkan banget tuh! Semoga kamu paham penjelasan ini ya.

 

Islam solusinya

Kenapa harus Islam solusinya? Lha, kita kan kaum muslimin, tentu saja kita hanya menjadikan Islam sebagai jalan hidup yang akan memberi solusi untuk meraih kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. Iya nggak sih?

Nah, apa solusi Islam terhadap masalah ini? Langsung aja ya. Pertama, benahi ketakwaan individu. Tentu saja ini yang utama bebannya ada di keluarga. Para orang tua wajib menjaga anak-anaknya agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang bagus, serta tercermin dalam ucapan dan tindakan kesehariannya yang menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Kedua, kontrol masyarakat. Nah, meski saat ini masyarakat nggak islami, tetapi bagi individu dan kelompok atau komunitas dakwah wajib menyampaikan hal ini agar masyarakat pun peduli terhadap permasalahan cewek cabe-cabean dan berupaya menyelesaikannya dengan cara Islam. Ketiga, penerapan aturan dan sanksi oleh negara. Namun dengan kondisi negara yang nggak menerapkan syariat Islam, sulit rasanya bisa mewujudkan hal ini. Buktinya banyak kasus tak terselesaikan: hukum, peradilan, sosial, pendidikan, ekonomi dan masih banyak lagi. Ini kapitalisme, Bung!

Lalu bagaimana? Yang jelas bukan lalu-lalang, lalu-lintas, atau lalu diam, atau lalu dibiarin aja. Tetapi kita harus bergerak. Ya, setelah tahu fenomena cewek cabe-cabean dan cowok terong-terongan, lalu kita berupaya menyelesaikannya dengan cara menyadarkannya dan membina mereka dengan keimanan dan tsaqafah Islam. So, ayo yang udah ngerti Islam terus berdakwah ya. Ajak mereka ke jalan yang benar, yakni Islam. Semangat! [solihin | Twitter @osolihin]