Tuesday, 19 March 2024, 18:15

gaulislam edisi 483/tahun ke-10 (24 Rabiul Akhir 1438 H/ 23 Januari 2017)

 

Siapa sih remaja yang nggak punya idola? Atau ada nggak sih remaja yang nggak mengidolakan sesuatu? Walaupun ada, pasti jarang banget, deh. Ya, iyalah. Seperti yang kita semua ketahui, sekarang ini eranya globalisasi udah marak banget. Teknologi-teknologi canggih telah banyak ditemukan. Mulai dari televisi sampai internet. Semua orang dari yang adek-adek kita yang belum sekolah sampai eyang-eyang kita pasti tahu yang namanya internet. Semua informasi bisa kita dapatkan di internet.

Sobat gaulislam, ngomong-ngomong, idola itu apa sih? Gampangnya, idola itu sama dengan panutan. Idola adalah orang yang kita perhatikan, kagumi, dan ikuti. Tentang idola, nih. Remaja memilih idola mereka berdasarkan apa sih? Biasanya, anak kecil mengidolakan sesuatu yang menurutnya hebat. Misalnya ia melihat tayangan di televisi ada cerita tentang super hero. Dan ia melihat bahwa super hero itu hebat. Maka ia mengagumi super hero itu. Kalau remaja? Yah, mirip lah.

Oya, kamu sering nggak denger pernyataan kayak gini, “Yang namanya remaja itu pasti labil, alias belum stabil atau bisa dibilang nggak terkendali.” Pasti pernah denger, deh. Kenapa ya remaja itu dibilang belum stabil? Iya juga, ya. Kenapa bisa gitu? Kalau diumur anak-anak, kan, emang karena akalnya belum terbentuk sempurna. Kalau remaja, kan, akalnya udah mulai rampung dan bisa digunakan. Nah, pengen tahu? Gini, nih..

Katanya, masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Dan di dalam peralihannya itu ada perubahan dalam perkembangan fisik, psikologis, dan social. Masa itu merupakan saat ketika reaktivitas emosional seseorang meningkat. Kesimpulannya, jadilah ia remaja labil.

Kalau menurut saya, masa remaja itulah masanya mencari jati diri kita. Remaja akan mengagumi hal-hal atau orang-orang yang menarik dan cocok dengan dirinya. Maka ia akan mengidolakan sesuatu atau seseorang. Nah, sebagai remaja, kita harus pandai-pandai memilih idola kita. Kalau sampai kita salah memilih idola kita, Bro en Sis, bisa sangat gawat.

Contohnya gimana, nih? Banyak loh permisalannya di sekitar kita. Bro en Sis, yang namanya mengidolakan seseorang, pasti menjadikan idola tersebut spesial. Semua tentang sang idola tersebut rasanya harus diketahui. Namanya, keluarganya, kesukaannya, bahkan sampai hal-hal yang nggak penting. Ada juga yang namanya membeo. Itu loh seperti burung beo. Burung beo mengikuti apa yang manusia di dekatnya katakan. Terhadap idola juga serupa. Apa yang dilakukan oleh sang idola, ditiru oleh yang mengidolakan. Nggak masalah sih kalau yang dilakukan itu sesuatu yang baik dan bermanfaat. Tapi kan bisa bahaya kalau sampai yang ditiru itu yang buruknya.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Saat ini kehidupan kita ditaburi sekulerisme, yakni memisahkan antara kehidupan dunia dan agama. Aturannya dibedakan. Intinya sih, kalo ngejalanin urusan dunia nggak pake aturan agama. Supaya nggak ribet, katanya. Padahal, itu justru ngundang bahaya.

Itu sebabnya, dalam urusan memilih idola pun, remaja muslim banyak yang ikut-ikutan meniru idola-idola yang tidak islami dari kalangan selebiritis dunia hiburan. Misalnya, artis-artis sinetron, film, musik, iklan, dan sejenisnya. Alasannya apa? Mungkin karena artisnya itu ganteng atau cantik, suaranya bagus, style fashion-nya keren, atau banyak lagi alasannya sesuai cara pandang kebanyakan orang yang pikiran dan hatinya belum islami banget.

Eh, kalian tahu nggak? Kehidupan kita di akhirat nanti juga ditentukan dari siapa kita mengidolakan seseorang. Oya, kalo mengidolakan, otomatis mencintai dong. Maka, kita perlu menyimak perkataan Imam al-Mubarakfury rahimahullah (ini saya kutip dari website dakwahsunnah.com):

قوله المرء مع من أحب أي يحشر مع محبوبه ويكون رفيقا لمطلوبه قال تعالى ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم الآية وظاهر الحديث العموم الشامل للصالح والطالح ويؤيده حديث المرء على دين خليله كما مر ففيه ترغيب وترهيب ووعد ووعيد

Artinya: “Sabda beliau “Seseorang bersama yang yang dia cintai”, maksudnya adalah dia akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai  dan akan menjadi teman untuk yang dicarinya, Allah berfirman: “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan bersama orang-orang yang yang dianugerahkan oleh Allah nikmat atas mereka”, dan secara lahir hadits , mencakup keumuman baik untuk mencintai orang shalih atau orang yang tidak shalih, dan yang menguatkan pendapat ini adalah hadits yang berbunyi: “Seseorang sesuai dengan agama temannya”, sebagaimana yang sudah disebutkan. Maka di dalam hadits ini, terdapat motivasi (untuk berteman dengan orang shalih-pent) dan peringatan keras (untuk tidak berteman dengan orang tidak shalih-pent), di dalam hadits ini terdapat janji yang baik (bagi yang berteman dengan orang shalih-pent) dan ancaman siksa (bagi yang berteman dengan orang tidak shalih-pent).”

 

Memilih idola

Sobat gaulislam, gimana sih kriteria orang yang pantas diidolakan? Nggak mau, kan, mengidolakan orang yang salah? Karena itu, kita harus pandai-pandai menentukan siapa idola kita. Jangan sampai kita termasuk ke dalam barisan orang yang mengantri kepada keburukan.

Nah, kriteria idola yang harus kita pilih sebenarnya nggak banyak kok. Yang pertama dan yang paling utama, kita harus memilih orang yang bertakwa kepada Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa menjalankan perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan larangan-Nya. Kriteria utama idola kita adalah ia harus bertakwa. Bukan harus lagi, Bro en Sis. Wajib malah. Perlu ditekankan nih, bahwa orang yang bertakwa itu sudah pasti beragama Islam. Jadi kita harus menghindari untuk mengidolakan orang yang bukan beragama Islam, ya.

Kita harus mengidolakan orang-orang yang shalih. Karena kepribadian kita akan dilihat dari kepada siapa kita mengidolakan seseorang. Kalau kita mengidolakan orang yang buruk, bisa-bisa kita malah ikut-ikutan menjadi buruk.

Siapa sih contoh orang-orang shalih yang bisa kita jadikan idola? Bro en Sis, ada banyak sekali contoh dari orang-orang shalih yang pantas kita jadikan idola. Kita bisa mengambil contoh dari para nabi dan rasul, para shahabat, ulama-ulama, dan banyak lagi tokoh-tokoh muslim lainnya yang bisa kita jadikan idola.

Tapi kalau pun ingin mengidolakan idola-idola modern masa kini, boleh juga, kok. Asal kita bisa memilah dan memilih, mana yang patut dicontoh dan mana yang tidak. Kita hanya boleh mencontoh hal-hal yang baik saja. Misalnya, semangat sang idola dalam melatih kemampuannya, atau dalam meraih kehidupan terbaiknya. Pokoknya jangan sampai, kita tidak menyaring keburukan dari idola tersebut.

Sobat gaulislam, alangkah baiknya kalau kita mengidolakan orang-orang yang shalih di masa lalu. Karena orang-orang shalih di masa lalu tidak hanya bagus akhlak dan kepribadiannya, tetapi mereka juga memiliki kepandaian, ketekunan, keberanian, dan kehebatan masing-masing yang luar biasa. Ada Imam Syafi’i yang mampu menghafal dan mempelajari kitab-kitab fikih di usia muda. Ada Muhammad Al-Fatih yang meminpin pasukan membebaskan Konstantinopel di usia muda. Ada shahabat-shahabat nabi yang memiliki banyak keutamaan. Ada Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, dan banyak lagi yang lain. Mereka bahkan telah dijamin masuk surga oleh Allah.

Tuh, kan. Banyak sekali orang-orang shalih yang bisa kita jadikan idola. Asal kita mau mencari dan membaca kisah-kisah orang yang shalih, tentu kita akan mengagumi mereka. Jadi nggak perlu lagi, deh, cari-cari idola baru. Sebab, udah banyak orang shalih di masa lampau yang bisa kita jadikan idola.

 

Idola yang sempurna

Oh iya, ada seorang manusia yang sangat sempurna untuk kita jadikan sebagai idola. Idola ini adalah manusia yang terbaik. Tidak ada manusia lain yang melebihi kesempurnaan sang idola ini. Dan idola ini tak terhitung lagi banyak jasanya bagi umat manusia, sehingga banyak di antara mereka yang kemudian menjadi muslim. Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan Rasulullah, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beliau adalah idola yang paling sempurna. Seandainya kita pernah melihat beliau, pasti kita akan langsung merasa wajib untuk mengidolakan, mengagumi, dan mengikuti beliau. Hanya dengan mendengar kisahnya saja, kehebatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan terasa sampai ke dalam hati kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam juga orang yang berjasa membawa umat manusia dari masa kegelapan kepada cahaya Islam. Beliau juga memiliki akhlak yang terbaik. Wah, banyak sekali kehebatan yang dimiliki idola kita ini. Dalam al-Qur’an telah dijelaskan, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21)

So, nggak ada manusia yang lebih pantas diidolakan melebihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau telah banyak berkorban untuk umatnya. Bahkan hingga hari kiamat nanti, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam akan memberikan syafaat terhadap umatnya yang shalih. Beliau sangat menyayangi umatnya. Bahkan ketika ajalnya tinggal beberapa waktu lagi, yang dikhawatirkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam adalah umatnya. Katanya, “Ummatii.. Ummatii..”, “Umatku.. Umatku..”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam jugalah yang mengenalkan Islam dan mengajarkan Islam kepada manusia yang pada saat itu mereka dalam keadaan yang buruk. Hingga sekarang ajarannya masih terus dilaksanakan oleh umatnya yang berharap kebaikan di dunia dan akhirat nanti.

Kesimpulannya, jangan tanggung pilih idola. Kalau memilih idola, langsung saja jadikan orang-orang yang shalih untuk menjadi idola kita. Mengidolakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam adalah hal yang penting. Karena kita seorang muslim dan menjadi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, maka menjadi kewajiban kita untuk senantiasa mengikuti dan meneladani nabi kita.

Sobat gaulislam, pokoknya nih, jangan sampai deh kita mengidolakan orang yang salah (apalagi mendukung dan mengidolakan si penista al-Quran itu. Hih!). Waspadalah! Sebab orang yang salah tapi kita idolakan dengan cara membabi-buta, bisa menjerumuskan kita kepada neraka. Naudzubillahi min dzalik.  [Fathimah NJL | Twitter @FathimahNJL]