Friday, 29 March 2024, 19:30

gaulislam edisi 759/tahun ke-15 (8 Syawal 1443 H/ 9 Mei 2022)

Umat Islam udah banyak yang jauh dari ajarannya sendiri. Ngaku muslim tapi tak islami kehidupannya. Menjauhkan diri dari al-Quran, nggak mau baca al-Quran (apalagi memahami dan mengamalkannya). Kok bisa? Sebabnya, karena udah diinstal virus sekular. Memisahkan antara agama dengan kehidupan. Agama cuma dibatasi seputar ibadah shalat dan paling banter urusan jenazah. Merasa sudah cukup jadi muslim kalo udah shalat. Padahal, pelaksanaannya sekadar menggugurkan kewajiban. Tak menjadikan shalatnya sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar.

Selain itu, pemikirannya malah dijejali dengan segala ide dari luar Islam. Aturan Islam yang mengatur kehidupan manusia dianggap kuno dan nggak relevan diterapkan di masa sekarang. Buktinya, pacaran dianggap hubungan yang boleh-boleh saja. Padahal jelas maksiat, jelas dosa dan kerugiannya. Hubungan sejenis (lelaki suka lelaki dan perempuan suka perempuan) alias homoseksual malah diberikan tempat. Dikasih panggung untuk dipromosikan, dengan target agar dianggap lumrah. Agar masyarakat menganggap biasa alias normal. Padahal, itu penyimpangan dan itu perbuatan maksiat, yang jelas ganjarannya dosa.

Bro en Sis, jelas salah banget kalo ada pelaku homoseksual yang diundang di sebuah acara (nggak perlu disebutin nama acara dan seleb yang ngadainnya ya, supaya nggak tambah viral) dan diberikan tempat untuk menjelaskan bagaimana agar menjadi homoseksual. Itu namanya menjadi corong kemaksiatan atau menjadi promotor penyebar kemaksiatan. Waspadalah. Justru sebaliknya, maksiat jangan dikasih tempat. Maksiat kudu disikat sampe bersih. Nggak boleh lagi orang yang bermaksiat secara terang-terangan di depan umum, apalagi diberikan panggung untuk menceritakan kebanggaannya dalam berbuat maksiat.

Homoseksual itu menyimpang

Sobat gaulislam, mestinya kamu tahu istilah menyimpang. Ya, menyimpang itu menyalahi kebiasaan atau aturan, bisa juga artinya menyeleweng dari hukum, kebenaran, dan agama. Nah, itu sebabnya pelaku homoseksual terkategori melakukan penyimpangan. Fitrahnya manusia itu tertarik dengan lawan jenisnya, bukan dengan sesama jenis. Apakah ini perbuatan maksiat? Jelas banget!

 Oya, ini bukan perilaku orang modern, lho. Ini perilaku kuno. Sudah ada dan dipraktekkan oleh manusia di masa Nabi Luth ‘alaihi sallam. Sudah diingatkan oleh Nabi Luth, tetapi mereka durhaka.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya, kalian telah melakukan al-fahisyah, yang belum pernah dilakukan seorang pun di alam ini.‘” (QS al-‘Ankabut [29]:28)

Ini kebejatan yang luar biasa. Sebelum umat Nabi Luth juga ada yang melakukan kemaksiatan, seperti umat Nabi Nuh, kaum ‘Ad, dan kaum Tsamud. Namun mereka nggak sampe sebejat itu. Itu sebabnya Nabi Luth menyampaikan kepada kaumnya, “sesungguhnya kalian telah melakukan al-fahisyah, yang belum pernah dilakukan seorang pun di alam ini.”

Oya, apa itu al-fahisyah? Menurut KH Dr Ali Nurdin, MA, dalam penjelasan di website-nya, salah satu ungkapan yang menunjukkan pada arti keburukan yang disebut dalam al-Quran adalah kata fahisyah. Kata ini secara bahasa menurut ar-Raghib al-Asyfahani diartikan sebagai segala perbuatan yang dinilai sangat buruk oleh agama, budaya, naluri kemanusiaan dan akal yang sehat, menyangkut ucapan atau perbuatan.

Homoseksual dikategorikan al-fahisyah. Itu sudah dilakukan sejak zaman baheula. Jadi, kalo di zaman sekarang ada yang mengamalkan dan mengkampanyekan perilaku homoseksual artinya kembali ke masa lalu, menghidupkan perbuatan maksiat yang azabnya sangat berat. Allah menghukum umatnya Nabi Luth, dengan hukuman yang sangat berat, yang belum pernah diberikan kepada orang kafir lainnya. Buminya dijungkir, lalu mereka dilempari batu.

Menukil penjelasan di laman konsultasisyariah.com, Allah Ta’ala menghukum umat Nabi Luth dengan empat hukuman sekaligus.

Pertama, dibutakan matanya. Di surat al-Qamar ayat 33, Allah Ta’ala berfirman, “Kaumnya Luth telah mendustakan peringatan.”

Kemudian, di ayat 37 Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS al-Qamar [54]: 37)

Diceritakan dalam buku sirah, ketika lelaki kaum Luth berusaha untuk masuk ke rumah Nabi Luth, karena ingin merebut tamu Luth yang ganteng-ganteng – malaikat yang berubah wujud manusia – maka keluarlah Jibril. Lalu beliau memukul wajah mereka semua dengan ujung sayapnya. Seketika mereka jadi buta. Akhirnya mereka nabrak-nabrak tembok, hingga mereka bisa kembali ke rumahnya sendiri. Mereka mengancam Luth, besok akan datang lagi dan mengadakan perhitungan dengan Luth. (Fabihudahum Iqtadih, hlm. 257)

Kedua, Allah kirimkan suara yang sangat keras. Allah Ta’ala berfirman, “Mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit.” (QS al-Hijr [15]: 73)

Suara itu sangat keras, datang memekakkan telinga mereka, di saat matahari terbit. Di saat, bumi mereka telah diangkat.

Ketiga, bumi yang mereka tempati diangkat dan dibalik. Allah berfirman, “Tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS Hud [11]: 82)

Sesungguhnya Jibril mengangat seluruh wilayah kampung ini dari bumi, diangkat dengan sayapnya hingga sampai ke langit dunia. Hingga penduduk langit dunia mendengar lolongan anjing mereka dan kokok ayam. Kemudian dibalik. Itu sebabnya, Allah Ta’ala sebut mereka dengan al-Muktafikah, terbalik kepala dan kakinya.

Lalu dilempar kembali ke tanah. Allah berfirman, “Al-Muktafikah (negeri-negeri kaum Luth) yang dilempar ke bawah.” (QS an-Najm [53]: 53)

Keempat, dihujani dengan batu. Allah berfirman, “Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.” (QS al-Hijr [15]: 74)

Setiap batu ada namanya. Allah Ta’ala menyebutnya, “Yang diberi nama oleh Rabmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas.” (QS adz-Dzariyat [51]: 34)

Jadi, ini sekaligus peringatan bagi mereka yang mengamalkan perilaku homoseksual dan bagi mereka yang menjadi sponsor kemaksiatan tersebut. Sebab, maksiat akan mengundang laknat.

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Allah melaknat manusia yang melakukan perbuatan homo seperti kaum Luth… Allah melaknat manusia yang melakukan perbuatan homo seperti kaum Luth… 3 kali.” (HR Ahmad, no. 2915 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)

Oya, hukuman bagi para pelaku homoseksual adalah dibunuh (yang mengumpuli dan yang dikumpuli). Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Siapa menjumpai orang yang melakukan perbuatan homo seperti kelakuan kaum Luth maka bunuhlah pelaku dan objeknya!” (HR Ahmad, no. 2784, Abu Daud, no. 4462, dan disahihkan al-Albani)

Akibat buruk maksiat

Sobat gaulislam, kemaksiatan di sekitar kita sangat banyak. Kita sebisa mungkin mencegahnya. Khawatir, nanti laknat Allah akan merata kepada semuanya akibat nggak ada yang mau mengingatkan atau mencegah kemaksiatan tersebut. Maksiat itu bikin sengsara. Taat selamat, maksiat celaka.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Adam pun mendurhakai Rabb-nya, maka ia sesat. Kemudian Rabb-nya (Adam) memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberi Adam petunjuk. Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan seat dan ia tidak akan celaka. Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia:”Ya, Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang bisa melihat”. Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini pun kamu dilupakan”. Dan demikanlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabb-nya. Dan sesungguhnya adzab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” (QS Thaha [20]: 121-127)

Di dalam Kitab al-Jawabul Kafi, Ibnul Qayyim al-Jauziyah merinci dampak-dampak buruk dari perbuatan dosa dan maksiat terhadap kehidupan seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:

Pertama, terhalang untuk mendapatkan keberkahan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dinyalakan Allah di dalam hati seorang hamba, dan maksiat mematikan cahaya tersebut.

Kedua, kegelisahan yang dirasakan pelaku maksiat di dalam hatinya, dan hilangnya ketenangan dari dalam hati.

Ketiga, Allah akan mempersulit setiap urusan dalam hidupnya.

Keempat, menimbulkan sifat lemah baik pada agama dan badannya, sehingga pelaku maksiat terasa berat dan malas untuk melakukan ketaatan.

Kelima, maksiat menghilangkan keberkahan umur dan melenyapkan kebaikannya.

Keenam, perbuatan maksiat akan mengundang perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana ketaatan akan mengundang ketaatan yang lain.

Ketujuh, maksiat akan menghalangi seseorang dari taubat kepada Allah dan pelaku maksiat akan menjadi ‘tawanan’ bagi syaitan yang menguasainya.

Kedelapan, maksiat yang dilakukan berulang-ulang akan menanamkan rasa cinta terhadap maksiat itu sendiri di dalam hati, sehingga pelaku maksiat akan merasa bangga dengan maksiat yang dia lakukan.

Kesembilan, maksiat akan menghinakan dan menjatuhkan kedudukan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Kesepuluh, akibat buruk dari maksiat akan menimpa semua makhluk; manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Kesebelas, maksiat akan melahirkan kehinaan. Keduabelas, maksiat bisa merusak akal fikiran dan menghilangkan kecerdasannya.

Ketigabelas, maksiat akan menutup mata hati, menyebabkan kerasnya hati, dan pelakunya dianggap sebagai orang yang lalai. Keempatbelas, maksiat mendatangkan laknat Allah dan Rasul-Nya. Kelimabelas, maksiat akan menghalangi doa malaikat dan Rasulullah. Keenambelas, maksiat menyebabkan kerusakan, keguncangan, gempa dan musibah. Ketujuhbelas, maksiat bisa mematikan semangat, menghilangkan rasa malu, membutakan mata hati.

Kedelapanbelas, maksiat dan dosa bisa melenyapkan nikmat dan mendatangkan bencana. Kesembilanbelas, maksiat dan dosa akan meninggalkan tatatan masyarakat yang rusak akhlak dan agamanya.

Oya, perlu diperhatikan juga, selain harus menghindari maksiat, berarti nggak boleh juga menjadi corong kemaksiatan alias mempromosikan kemaksiatan. Pelaku maksiat jangan bangga bisa berbuat maksiat lalu ngoceh ngajak orang lain berbuat maksiat seperti dirinya. Bisa bejibun nanti dosanya, lho.

Lebih keren itu, sadar diri lalu bertaubat dan berhenti dari perbuatan maksiat. Selanjutnya, ngajak orang untuk menjauhi maksiat dan berlomba dalam kebaikan. Kalo ngajak kebaikan, pahalanya juga akan kian bertambah.  

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)

Yuk, tinggalkan maksiat. Jauhi maksiat agar laknat tak datang. Jangan biarkan maksiat ada di sekitar kita. Semarakkan dakwah agar banyak orang menjauhi maksiat, sehingga selamat di dunia serta di akhirat. [O. Solihin | IG @osolihin]