Friday, 4 October 2024, 21:48

 gaulislam edisi 590/tahun ke-12 (6 Jumadil Akhir 1440 H/ 11 Februari 2019)

W-O-W! Bulan Ferbuari biasanya identik dengan satu ‘perayaan’ universal yang dianggap spesial oleh sebagian besar orang seluruh dunia. Khususnya buat para pemuda dan pemudinya, nih. Tidak terkecuali di negeri kita ini. Simbol-simbolnya kurang lebih difokuskan dengan nuansa pewarnaan pinky-pinky si merah jambu, sekuntum atau buket bunga yang indah, coklat dengan berbagai sensasi mereka masing-masing, dan tidak lupa juga simbol bentuk hati. Bro en Sis, kamu ngerasa nggak, sih?

Kamu semua pastinya tahu, dong, ‘perayaan’ apa yang sedang kita ulas di sini. Yup! Nggak salah lagi, yaitu Valentine’s Day atau yang bisa juga disebut Hari Valentine. Wah, bahkan kemarin, ya, sebelum mencapai bulan Februari, di supermarket-supermarket sudah mulai dipajang hadiah-hadiah untuk ‘perayaan’ Valentine di tanggal 14 bulan Februari ini.

Nyaris semua orang, baik di dunia nyata mau pun dunia maya, mendadak banyak-banyak ngobrolin tentang segala hal yang beraroma cinta. Ada yang heboh membicarakan cinta, atau ada juga yang heboh ikut-ikutan cari pacar. Ceritanya biar bisa ikutan memanfaatkan momen cinta itu, loh. Menghindari label jones di Hari Valentine kali, ya. Pftt.. Nggak gitu juga kali…

Hari kasih sayang? Cuma mitos!

Sobat gaulislam, percaya, deh. Kita pasti bisa memikirkan dengan akal sehat kita bahwa ungkapan-ungkapan cinta khas hari Valentine itu cuma mitos buatan orang-orang yang jualan pernah-pernik Valentine’s Day. Maksudnya gimana tuh? Faktanya nih, perusahaan-perusahaan tersebut menggembor-gemborkan opini yang menggambarkan suatu kepentingan ‘atas nama cinta’. Hmm.. Misalnya, nih, opini; “Nyatakan Cintamu dengan Coklat untuk yang Dicinta” atau “Cintamu Tersampaikan dengan blablaba..”, dan banyak lagi bentuk-bentuk ungkapan ‘atas nama cinta’ khusus bulan Februari ini.

Nah, karena momen ini nih, para pengusaha beramai-ramai menjual atribut-atribut pelengkap perayaan hari Valentine. Mulai dari coklat dengan berbagai desain tulisan romantis, buket-buket bunga khusus hari Valentine, baju couple untuk diberikan kepada pasangan, promo tiket-tiket taman hiburan khusus hari Valentine, pastinya target semua penjualan itu ditujukan kepada para remaja.

Jadinya, banyak remaja seusiamu yang berbondong-bondong membeli produk berisi ungkapan-ungkapan manis khas V-Day tersebut. Dan para pebisnis dalam hal ini akan meraih keuntungan yang sangat besar. Bahkan nih, yang parah banget itu mungkin kamu ada yang sudah tahu, adalah maraknya dijual kondom. Hiiiyy… apa hubungannya, coba? Berarti ada sesuatu nih. Bahaya!

Mungkin Bro en Sis pernah mendengar ungkapan semacam, “Coklat dan Bunga sebagai Bukti Cinta”. Wuiss.. Kesannya memang seperti ungkapan yang manis, ya. Padahal kalau dipikir-pikir, kalau cinta hanya dibuktikan dengan coklat atau bunga, artinya cinta itu seharga dengan coklat atau bunga tersebut, bukan? Kalau diibaratkan cinta ibu yang sepanjang masa, coklat dan bunga yang sebanyak dan semahal apa pun, tidak ada artinya dibandingkan cinta tersebut.

Dari sedikit gambaran tadi, nih, Bro en Sis, kesimpulannya, cinta yang digembor-gemborkan dalam beragam bentuk tersebut itu hanyalah mitos semata. Karena nyatanya, pernak-pernik penghias Valentine’s Day yang lovey dovey itu nggak lain adalah urusan bisnis dengan kemasan ‘atas nama cinta’. Waduh!

Benarkah V-Day itu memaknai cinta yang sebenarnya?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kalau dipikir-pikir nih ya, faktanya kegiatan yang dilakukan para pemuda dan pemudi dalam merayakan hari Valentine ini, apakah sudah menggambarkan bagaimana cinta itu?

Sedangkan fakta-fakta yang terlihat di perayaan ini adalah memberikan coklat atau bunga kepada lawan jenis yang disukai, atau mengungkapkan perasaan cinta, ‘berkasih sayang’ dengan kekasih, pacaran, dan fakta yang kacau adalah fakta seks bebas bertemakan hari Valentine. Astaghfirullah…

Bro en Sis, coba kita pikirkan bersama dalam memaknai makna Valentine’s Day ini. Jika ternyata dilampiaskan dengan pacaran, apakah itu yang namanya cinta? Apalagi dilampiaskan dengan seks bebas. Masa’ sih, yang seperti itu yang namanya cinta? Istilah ‘berkasih sayang’-nya mungkin berbeda dengan kasih sayang terhadap sesama muslim yang sebenarnya. Bukannya pelampiasan makna hari berkasih sayang sebagaimana fakta yang terjadi itu malah lebih menggambarkan pelampiasan nafsu? Yuk, kita renungkan lagi.

Selain itu, apakah bisa disebut Hari Kasih Sayang, jika Yahudi Israel tetap membantai dan membunuhi Muslim Palestina? Apakah adanya perayaan Valentine’s Day tersebut serta merta menjadikan seluruh dunia diliputi kasih sayang? Faktanya, tidak. Sejak awal Yahudi Israel memerangi Palestina hingga sekarang, sudah bertahun-tahun lamanya pun sudah berkali-kali Valentine’s Day terlewati, tiada hari bagi Muslim Palestina bisa tenang tanpa dibayang-bayangi Yahudi Israel yang tidak tahu kapan akan menyerangnya.

Faktanya lagi ya, Bro en Sis, Valentine’s Day, yang katanya Hari Kasih Sayang tidak serta merta memberi ‘waktu’ kasih sayang bagi semua orang. Rakyat Palestina hanya satu contoh kecil bahwa V-Day tidak memaknai cinta yang sebenarnya. Masih ada di Rohingya, Suriah, Irak dan negeri muslim lainnya yang tetap tak mendapatkan kasih sayang meski banyak orang lainnya merayakan, konon kabarnya, hari kasih sayang. Preeet!

Kita belum melihat di negara sendiri, Indonesia, dengan jutaan rakyat miskin yang membutuhkan pertolongan. Seharusnya ada kasih sayang sesama warga negara, bukan? Maka apakah dengan dirayakannya V-Day, mereka yang kesusahan dapat merasakan kasih sayang antara sesama manusia? Apalagi membantu meringankan beban kesulitan mereka? Kalau mau melihat fakta, jawabannya jelas tidak.

Bukan cinta sejati

Sobat gaulislam, perayaan Valentine’s Day ternyata bukanlah cinta sejati. Kalau butuh pembuktian, apakah cinta sejati hanya ada pada satu hari? Apakah hanya di hari itu saja kita boleh berkasih sayang, sementara hari lainnya tidak? Apakah dengan merayakan V-Day kita bisa memastikan bahwa cinta yang diperjuangkan itu akan abadi hingga maut memisahkan? Nah, kalau ini sih, namanya cinta yang dipertanyakan.

Nyatanya, apa yang disebut cinta pada Hari Valentine itu hanyalah mitos belaka. Buktinya bisa dilihat dari sejarah V-Day yang berasal dari tradisi Romawi Kuno yang menganut paham paganisme. Paganisme adalah paham yang menyembah dewa-dewa itu, loh. Berbagai kisah mitos orang Romawi Kuno yang mendunia dan beragam versinya, perlahan menjadi satu bentuk kepercayaan dalam diri banyak orang. Tapi apakah kita mau, kehidupan ini hanya bergantung pada mitos, kisah yang belum pasti kebenarannya, asal-usulnya, maknanya? Sebuah kesalahan fatal jika mau hidup terombang-ambing di antara mitos. Kalau mitosnya salah, pakai mitos yang lain, atau lainnya. Tidak pasti dan hanya menduga-duga. Betul, nggak?

Ada lagi nih, si bayi bersayap pembawa panah cinta bernama Cupid, yang katanya menembakkan panah cinta pada dua orang agar saling jatuh cinta? Hmm.. Padahal, ya, perlu diketahui bahwa Cupid juga bagian dari mitologi (mitos) Romawi Kuno. Yang turun-temurun diceritakan nih, Bro e Sis, Cupid adalah dewa cinta, yang digambarkan sebagai anak kecil bersayap, membawa panah dan anak panah untuk mempersatukan dua insan. Katanya, ketika dua orang saling menyukai, artinya Cupid sudah menembakkan panah cinta mereka pada keduanya. Sangat aneh rasanya kalau membayangkan bahwa perasaan dua orang (dewasa) akan saling menyukai karena panah dari anak kecil. Hihihi..

Oya, kayaknya ada benernya juga, kalau ada istilah cinta itu bikin buta dan tuli. Karena atas nama cinta, banyak orang mau dibohongi dan tertipu. Banyak orang tertipu dengan opini-pini cinta pada Valentine’s Day dan terbawa arus untuk berpacaran, bahkan seks bebas. Padahal V-Day nyatanya adalah upaya dari kaum liberalis dalam melegalisasi pacaran dan seks bebas. Tidak luput juga, momen ini lebih diprovokasi oleh para kapitalis agar banyak orang membeli segala pernak-pernik cinta dan kasih sayang di bulan Februari ini.

Fix!! Cinta V-Day itu cuma mitos!

Nah, Bro en Sis, pembaca setia gaulislam. Di antara ramainya dunia nyata dan dunia maya dalam menggembar-gemborkan V-Day yang tinggal hitungan hari, yuk, kita renungkan. Kalau sebenarnya apa yang selama ini dikampanyekan tentang V-Day dan Hari Kasih Sayang itu hanyalah mitos seputar cinta. Bukan cinta sejati yang sesungguhnya. Karena cinta sejati bukan tentang betapa manisnya atau romantis kegiatan yang dilakukan oleh pasangan yang mencinta. Bukan pula ucapan-ucapan mesra yang mengumbar janji dari pasangan.

Terlebih, cinta sejati bukan tentang melegalkan pacaran dan menghalalkan seks bebas yang keluar dari zona Islam. Tapi, cinta sejati adalah bagaimana mereka membahagiakan pasangan dengan sesuai syariat Islam. Yaitu bersama dan berpisah hanya karena Allah Taala. Nah, ini yang betul.

Bro en Sis, ungkapan “Cinta itu indah”, “Manisnya cinta dengan cokelat” dan sejenisnya hanyalah bentuk mitos yang dikampanyekan dengan berbagai tujuan. Salah satunya adalah untuk melemahkan mental remaja muslim. Kemudian menyebarluaskan paham liberal dan pagan yang berlepas diri dari Pencipta. Dan tentunya juga bagian dari pemikiran licik pengusaha dalam memperkaya bisnisnya dengan memanfaatkan momen V-Day. Iya ya, bukannya ngasih tahu kalo itu nggak boleh, malah memfasilitasi agar bisninya lancar.

Terakhir, nih, Bro en Sis. Cinta itu ada aturannya. Tidak sembarang mengikuti hawa nafsu. Apa yang sesuai dengan aturan Allah adalah bentuk cinta sejati. Sementara apa yang melanggar aturan Allah adalah cinta yang mengikuti hawa nafsu. Setuju? So, jauhi mitos cinta di bulan Februari ini. [Fathimah NJL | IG @FathimahNJL]