Tuesday, 8 October 2024, 03:15

gaulislam edisi 645/tahun ke-13 (7 Rajab 1441 H/ 2 Maret 2020)

Mestinya kamu juga tahu soal ini. Seperti dilansir serambinews.com (2/3/2020) yang mengutip Mumbai Mirror, diberitakan bahwa pekan lalu, momen pahit terjadi di India, yakni kerusuhan berlangsung di New Delhi dan menewaskan hingga 42 orang.

Bentrokan itu terjadi pada Minggu (23/2/2020), dan mengalami eskalasi ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkunjung selama dua hari.

Para korban tewas kerusuhan India tidak hanya terjadi dari kalangan warga sipil, tetapi juga polisi yang tengah menjaga keamanan.

Ketegangan itu dipicu UU Kewarganegaraan kontroversial, Citizenship Amendment Act (CAA) yang disahkan oleh pemerintah pada 2019.

Dari 42 orang yang tewas, paling banyak meninggal di Guru Teg Bahadur (GTB) Hospital yakni 38 orang.

CNN Indonesia di portal berita online-nya pada 26/2/2020 menuliskan bahwa UU kontroversial itu mengizinkan India memberi status kewarganegaraan terhadap imigran yang menerima persekusi di negara asalnya seperti Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan.

Beleid itu disahkan oleh pemerintahan Narendra Modi yang beraliran sayap kanan. Partai pengusungnya, Bharatiya Janata (BJP), dituduh bersikap diskriminatif terhadap umat Muslim.

Namun, UU itu hanya berlaku bagi imigran pemeluk agama Hindu, Kristen, dan agama minoritas lainnya selain Muslim.

Kalo mau lebih detil infonya silakan bisa kamu cari di sumber lain yang tersebar di internet. Tapi, kudu ati-ati, jangan sampai yang kamu dapatkan adalah hoax. Perlu bijak menerima, mencerna, dan apalagi kalo kemudian menyebarkan lagi informasi yang sudah didapat. Selalu, lalukan cek en ricek.

Hindu ingin berkuasa

Mengutip sebagian dari tulisan panjang di tirto.id (23/12/2017), dipaparkan bahwa kolonisasi Inggris pada abad ke 18 menyisakan sejumlah umat Islam di India dan menuai perlawanan umat Hindu pada awal 1900-an. Pamflet bertajuk ‘Hindu: A Dying Race’ pun tersebar. Isinya: pesan-pesan ketakutan bahwa Hindu akan segera menjadi minoritas dan Muslim jadi mayoritas di India.

Hindutva—istilah yang dicetuskan pada 1923 oleh penulis, penyair dan politikus Vinayak Damodar Savarkar. Ideologi ini menyerukan menciptakan tanah air Hindu yang bebas dari pemeluk agama lain.

Meski secara resmi ditolak oleh pemerintah nasional, ideologi Hindutva tetap memengaruhi beberapa kebijakan pemerintah di tingkat negara bagian.

Sejak 1925, kelompok Hindu nasionalis Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) mulai melancarkan propaganda Hindutva.

Pamflet lain juga muncul pada 1923 dari seorang Vinayak Damodar Savarkar, ideolog terkemuka Hindutva yang menulis ‘Who is a Hindu’ atau ‘Essentials of Hindutva.’ Dalam pamflet itu tertulis bahwa orang Hindu adalah ‘penduduk asli’ kawasan Himalaya hingga Samudera Hindia. Tempat-tempat ini diklaim sebagai tanah air (pitrubhumi) dan tanah suci (punyabhumi) umat Hindu. Selain Hindu, hanya penganut agama-agama lain yang berasal dari India-lah—Sikhisme, Jainisme dan Budhisme—yang boleh jadi warganegara. Sedangkan penganut Zoroaster, Kristen, Islam dan Yudaisme dianggap “pendatang” karena memiliki tanah suci di luar wilayah tersebut.

Gerakan nasionalis India yang sekuler dan demokratis mengecam pamflet ini. Mereka ingin semua warga negara, minoritas, etnis dan agama, diperlakukan setara.

Salah satu yang menentang Hindutva adalah Mahatma Gandhi. Ia percaya berbagai kelompok atau agama dapa hidup damai di sebuah negara. Gandhi sendiri mengecam pemisahan antara India (Hindu) dan Pakistan (Islam) yang berdasarkan agama. Tokoh Hindu yang juga menghormati ajaran Islam dan Kristen ini bahkan ditembak mati oleh seorang Hindu garis keras yang menuduh Gandhi “pembela Islam”.

Kebencian orang-orang kafir

Sobat gaulislam, ini adalah salah satu bukti kebencian orang-orang kafir (dari kalangan ahlu kitab—Yahudi dan Nasrani—maupun orang-orang musyrik seperti Hindu, Budha dan sejenisnya).

Orang kafir merasa tidak senang dan benci ketika orang Mukmin mendapatkan nikmat dari Allah Ta’ala, baik itu nikmat dunia maupun nikmat akhirat. Alloh berfirman (yang artinya), “Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS al-Baqarah [2]: 105)

Pada ayat di atas menyebutkan bahwa orang kafir dari kalangan Ahli kitab, maka termasuk di sini Yahudi dan Nasrani, serta orang-orang Musyrik yaitu semua orang yang mempersekutukan Allah Ta’ala merasa tidak senang jika orang beriman memdapat kebaikan dari Tuhannya. Dan kebaikan yang dimaksudkan di sini adalah kebaikan dunia dan akhirat.

Syaikh Shalih Utsaimin rahimahullah memberikan keterangan ketika menjelaskan ayat ini:

Jika saja orang kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani dan orang-orang Musyrik mampu untuk menghalangi hujan turun kepada orang-orang yang beriman, niscaya mereka akan menghalanginya, karena mereka tidak senang jika kebaikan apapun macamnya diturunkan kepada kita (karena hujan adalah rahmat, dan rahmat adalah kebaikan dari Allah).

Dan jika saja mereka mampu untuk menghalangi ilmu yang bermanfaat itu tersampaikan kepada kita niscaya mereka akan melakukannya. Dan sifat ini tidak hanya khusus dimiliki oleh orang-orang kafir di masa Rasululloh Shalallahu alaihi wa Sallam saja, namun sifat ini umum (dimiliki oleh orang kafir siapa saja dan di zaman apa saja semenjak dulu hingga sekarang). Itu sebabnya, bentuk kalimatnya menggunakan fi’il mudhori’ (“tidak senang”) dan ini menunjukkan kalau itu di lakukan terus-menerus.” (Tafsirul Qurani Karim, Surat Al Fatihah dan Surat Al Baqarah, karya Syaikh Shalih Al Utsaimin jilid 1 halaman 105, terbitan Dar Ibnil Jauzi)

Kasus persekusi terhadap muslim bukan saja terjadi di India, lho. Iya. Kejadian ini untuk kesekian kalinya di berbagai belahan dunia yang penduduk muslimnya menjadi minoritas. Silakan detilnya cek. Saya sekadar mengutip beberapa informasi yang tersebar dan menjadi arsip. Itu pun disampaikan secara global.

Bener. Kita pernah tahu, kaum muslimin di Irak dan Afghanistan, mereka dipersekusi bahkan dibunuh. Ini ceritanya agak lain, lebih faktor politis kebijakan Amerika Serikat setelah Tragedi WTC 2001 silam. Muslim Rohingya. Kamu pernah denger, kan? Itu saudara kita sesama muslim. Mereka dizalimi ekstrimis bin teroris Budha (yang sepertinya diamini pemerintahnya). Meski setiap hari ada berita pilunya, tetapi dunia bungkam sejuta bahasa.

Muslim Palestina? Ya, ini sih masih aja terus dijajah. Bukan sekadar persekusi, tetapi sudah dizalimi. Sebenarnya di Tanah Air kita kita demikian, kok. Masih ingat Kasus kerusahan di Ambon dan Poso di akhir tahun 90-an? Itu dilakukan penganut agama Kristen sebagai mayoritas di sana. Belum lama terjadi juga di Wamena, Banyak muslim dipersekusi, bahkan banyak yang dibunuh.

Namun, semua pendekar HAM itu kayak kerupuk kena air. Melempem. Ya, melempem kalo korbannya dari pihak kaum muslimin. Sebaliknya, mereka akan berteriak lantang jika yang menjadi korban adalah orang kafir, apalagi diduga kuat dilakukan kelompok muslim. Tanpa tabayun lagi, langsung aja hajar. Ini jelas aneh bin ajaib. Bahaya pake banget!

Saatnya Islam memimpin dunia

Bro en Sis, pembaca setia gaulislam. Siapa yang nggak sedih mendapat kabar seperti ini. Kesal, kecewa, marah. Namun, ya sebatas begitu saja. Nggak bisa beraksi lebih dari itu, misalnya mengirimkan pasukan jihad. Namun, sebenarnya merasa marah ketika ada fakta saudara sesama muslim ditindas, itu sudah cukup bagus. Ya, ketimbang cuek saja dengan urusan pribadi atau menganggap itu bagian dari fenomena saja.

Jika diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan. Kata Buya Hamka, “Jika ghirah telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan 3 lapis. Sebab, kehilangan ghirah sama dengan mati.”

Saya mengambil secuil informasi terkat ini dari hidayatullah.com (20/01/2019). Portal berita online ini memuat pernyataan Pakar sejarah yang juga peneliti INSISTS Dr Tiar Anwar Bachtiar menjelaskan bahwa ke depan, dunia akan dipimpin oleh peradaban Islam.

“Kalau kita meyakini bahwa nanti di akhir zaman, yang akan menjadi penguasa dunia, berarti ini akan menjadi pemimpin peradaban dunia itu adalah peradaban Islam. Karena kita melihat ada tanda-tanda bahwa sampai hari ini, belum ada alternatif pemikiran baru bagi peradaban yang sedang berkembang hari ini (peradaban Barat),” urainya dalam Seminar dan Bedah Buku Era Peradaban Baru pada rangkaian Rakerwil DPW Hidayatullah Jabodebek IV, di Islamic Center Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (19/01/2019).

Hal ini tidak lepas dari sifat dan landasan dari peradaban Barat itu sendiri yang sekuler dan materialistik.

“(Peradaban Barat) suatu peradaban yang dilandasi dengan pemikiran sekuler, pemikiran yang sangat materialistik, menyingkirkan agama, menyingkirkan ruhiyah dalam kehidupan manusia dan dunia. Yang, hari ini kita bisa melihat peradaban yang maju hanya diartikan dengan yang sifatnya fisik,” ulasnya.

Berbeda dengan peradaban Islam, terutama kala merujuk pada Rasulullah.

“Padahal kalau kita kembali, bahwa apa yang dicontohkan oleh Rasulullah, kemudian dilanjutkan para sahabat, generasi berikutnya, sampai menciptakan apa yang disebut Islamic civilization, itu mencerminkan bahwa yang namanya peradaban bukan semata-mata peradaban fisik. Ini yang tidak dikaji banyak pengkaji peradaban zaman sekarang.

Padahal, sesungguhnya, peradaban yang unggul, yang sejati, peradaban yang benar adalah peradaban yang ia sanggup menemukan hakikat kehidupan itu yang hakiki, yang sebenarnya,” ulasnya.

Bro en Sis, Islam udah lengkap turun dan menjadi tuntunan bukan hanya buat kaum Muslimin, tapi untuk semua manusia. Islam tuh rahmatan lil alamin alias rahmat bagi seluruh alam (termasuk umat manusia). Tentu, jika manusia mau memahami Islam dengan benar dan dari sumber yang benar. Sebagai Muslim, kayaknya kagak pantes banget kalo kita nggak mau diatur oleh Islam dalam hidup ini.

Allah Ta’ala menjelaskan dalam firman-Nya (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Hanya kepada Allah Ta’ala kita berharap dan memohon segala pertolongan. Semoga kita semua diberkahi, dirahmati, dan senantiasa dilindungi oleh Allah Ta’ala. Dia nggak bakalan salah dalam mengkalkulasi amalan kita. Jadi, yuk sama-sama kita berjuang untuk membela Islam. Semoga keimanan, ketakwaan, keberanian, keikhlasan, dan semangat juang senantiasa menjadi penggerak dakwah kita. Tentu, agar Islam tetap bergema hingga akhir jaman.

Oya, saya kutipkan sebuah hadis yang semoga saja kian meyakinkan diri kita dan mampu mengobarkan semangat kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban)

Sobat gaulislam, semoga kita semua menjadi pejuang dan pembela Islam yang ikhlas dan gagah berani, sebagaimana Muhammad al-Fatih sang pembebas Konstantinopel. Beliau dan pasukannya menaklukkan Konstantinopel alias Byzantium yang saat itu merupakan pusat kekaisaran Romawi Timur pada 1453 M (857 H).

Muhammad al-Fatih, pemimpin para pemuda yang usianya belum genap 23 tahun telah dimuliakan oleh Allah Ta’ala melalui pujian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai pembebas Konstantinopel: “Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang membebaskan) Konstatinopel dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.” (HR Ahmad)

Nah, sekarang tinggal Roma (Vatikan), yang belum ditaklukkan. Semoga kita semua bisa membebaskannya dari kekufuran dan menjadikannya wilayah Islam dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah. Siap? Mestinya, iya. Supaya nggak ada lagi kaum muslimin yang dipersekusi, dianiaya, dizalimi, bahkan dibunuh di berbagai wilayah yang jumlah muslimnya minoritas seperti di India saat ini. Semangat berjuang, Bro en Sis! [O. Solihin | IG @osolihin]