Friday, 29 March 2024, 06:06

gaulislam edisi 790/tahun ke-16 (18 Jumadil Awal 1444 H/ 12 Desember 2022)

Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar udah hampir usai. Pekan ini sudah masuk babak semifinal. Timnas Argentina akan berhadapan dengan Timnas Kroasia, dan Timnas Perancis akan berduel dengan Timnas Maroko memperebutkan tiket ke final gelaran sepak bola dunia empat tahunan tersebut.

Timnas Maroko mencatatkan nama mereka sebagai negara pertama dari benua Afrika yang lolos ke babak semifinal selama digelarnya Piala Dunia. Akankah mereka berhasil menjadi juara? Kita tunggu saja nanti. Banyak sih yang berharap bahwa Timnas Maroko menjadi juara di Piala Dunia kali ini. Tahu dari mana banyak yang berharap? Setidaknya kalo baca komen-komen netizen di media sosial sih begitu indikasinya.

Sobat gaulislam, mungkin di antara kamu ada yang bertanya mengapa judulnya “Piala Dunia dan Dakwah”, iya kan? Eh, atau malah nggak ada yang peduli, pokoknya baca aja. Baik, tentu ada alasannya, ya. Gimana pun juga, event Piala Dunia kali ini digelar di Qatar, sebuah negeri di kawasan Timur Tengah yang mayoritas penduduknya muslim, dan tentu saja indentik dengan Islam selama ini. Bahkan diberitakan bahwa Qatar sudah menyiapkan gelaran ini dengan sangat serius dan konon kabarnya akan ‘mewarnai’ dengan syiar Islam. Pemerintah Qatar dan panitia juga melarang segala bentuk kampanye LGBT selama gelaran Piala Dunia yang digelar di negerinya.

Menjadi menarik adalah karena ada upaya memberikan ‘wajah’ Islam kepada warga dunia penggila bola yang pastinya akan mencurahkan perhatiannya kepada acara tersebut. Maka, panitia pastinya udah menyiapkan dengan matang. Ada event besar, plus sekaligus mengenalkan Islam. Dakwah, setidaknya bisa disebut demikian walau dengan kapasitas sesuai cara pandang mereka. Kadang, memang dakwah kepada orang-orang di luar Islam perlu cara tersendiri. Sepak bola, yang menjadi olah raga paling populer di jagat ini bisa dijadikan sarana untuk ‘menghadirkan’ Islam di ajang sekelas Piala Dunia. Apalagi digelar di Qatar, yang identik dengan negeri muslim.

Momen bersejarah bagi Qatar dimulai pada 2 Desember 2010 ketika Qatar memenangkan bidding (semacam aktivitas lelang) untuk menyelenggarakan turnamen Piala Dunia 2022. Tentu kesiapan dana menjadi yang tak bisa dikesampingkan. Sekadar tahu aja, untuk menggelar ajang paling bergengsi sepak bola empat tahunan yang berlangsung 20 November hingga 18 Desember 2022, Qatar mengeluarkan biaya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 3.400 triliun. Itu duit semua, lho. Duh, hampir setengahnya jumlah utang luar negeri Indonesia, tuh.

Syiar Islam di Piala Dunia

Qatar sepertinya memanfaatkan betul momen ini untuk syiar Islam di gelaran Piala Dunia tersebut. Sebagai catatan kecil saja, dan ini sudah ditulis di banyak berita media massa. Seperti di laman republika.co.id, yang menuliskan bahwa pada pembukaan piala dunia 2022 di  Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, Ahad (20/11/2022) malam WIB, diwarnai penampilan yang berbeda dibandingkan ajang tahun-tahun sebelumnya. Aktor senior Hollywod, Morgan Freeman tampil di upacara pembukaan Piala Dunia 2022.

Freeman berdialog dengan hafiz penyandang disabilitas bernama Ghanim Al Muftah, yang mendadak muncul. Ghanim adalah duta resmi Piala Dunia 2022 di Qatar.

Ghanim pun sempat menyinggung tentang persatuan dan keberagaman. Setelah itu, ia mengutip al-Quran dalam Surah al-Hujurat ayat 13. Isi surat tersebut artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”

Syiar Islam lainnya yang ditunjukkan Qatar adalah kode QR baru ditambahkan di kamar tamu hotel  yang memperkenalkan pengunjung kepada Islam dan budaya Qatar dalam semua bahasa.

Qatar menempatkan beberapa mural di seluruh negeri dengan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memperkenalkan Islam kepada para penggemar Piala Dunia yang akan datang. Di antaranya hadits yang berbunyi:

“Setiap kebaikan adalah sedekah. Barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, tidak akan disayang. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun dengan sedekah setengah kurma.”

“Barang siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”

Hadits-hadits ini dipasang agar masyarakat dunia tahu bahwa Islam mengajarkan pentingnya saling berbagi, mengutamakan nilai kepedulian, kasih dan sayang, dan perdamaian.

Dikabarkan juga di berbagai media massa dan media sosial, bahwa di ajang Piala Dunia kali ini ada 558 orang yang masuk Islam. Menjadi muslim. Alhamdulillah.

Kibaran bendera Palestina di dalam stadion saat laga Timnas Maroko di babak penyisihan Grup F (melawan Kroasia, Belgia, dan Kanada), juga di babak 16 besar saat Timnas Maroko melawan Timnas Spanyol, lalu di delapan besar (perempatfinal) ketika melawan Timnas Portugal. Kibaran bendera dari pendukungnya sebagai bentuk solidaritas kepada kaum muslimin Palestina.

Betul, memang masih banyak kekurangan di sana-sini. Tak sempurna dalam syiar Islam, bahkan mungkin ada juga yang mengatakan jauh dari islami. Namun, setidaknya atau minimal banget masyarakat dunia tahu tentang hal-hal baik dari Islam, yang disyiarkan di sana. Bukti bahwa ada lima ratus lebih orang yang masuk Islam, menandakan ada efek dari syiar yang dilakuan kaum muslimin di sana. Dan, barangkali memang itu yang bisa dilakukan saat ini di sana.

Masalah utama kaum muslimin

Sobat gaulislam, upaya panitia penyelenggara Piala Dunia di Qatar tahun ini yang menolak alias melarang segala bentuk kampanye LGBT, perlu diapresiasi. Setidaknya, negara-negara peserta Piala Dunia yang di negaranya perilaku menyimpang tersebut dibolehkan dan bahkan disahkan undang-undang negaranya, mereka nggak bisa nekat menunjukkan di publik saat di Qatar. Syiar Islam dalam beragam upaya juga patut diapresiasi meski masih jauh dari sempurna, bahkan mungkin ada yang mengatakan dakwah yang dilakukan di sana bukanlah dakwah yang hakiki. Baiklah, itu bisa memungkinkan adanya perbedaan pendapat dan bisa aja berdebat di antara yang punya pendapat berbeda.

Kita juga mesti memandang masalah ini dengan hati-hati supaya nggak terjadi kontraproduktif alias nggak menguntungkan bagi kaum muslimin secara umum. Lumayan sulit menyatukan pendapat kaum muslimin saat ini, termasuk juga dalam upaya dakwah. Itu sebabnya, kita hanya bisa memaklumi, dan sementara menghindari upaya menghakimi satu sama lain.

Lalu, masalah utama kaum muslimin apa? Apakah ajang seperti pesta sepak bola ini tak layak ditempeli dengan dakwah Islam atau boleh tetapi dengan banyak syarat? Hmm.. kalo mau dibahas ya bisa panjang penjelasannya.

Saya mencoba membaca fakta ini berdasarkan pengalaman dan pemahaman saya terhadap dakwah yang selama ini saya amati. Memang betul bahwa masalah-masalah kaum muslimin saat ini sangatlah banyak. Saking banyaknya kita bisa pusing. Apa saja? Masalah ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, pemerintahan, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, akidah, fikih, akhlak, belum lagi yang sudahlah ekonominya lemah, semangatnya juga melempem, fakir ilmu pula. Banyaklah, silakan dirinci sendiri ditambahi dari yang barusan saya tulis.

Nah, karena masalah kaum muslimin ini banyak banget, maka wajar jika dari kalangan kaum muslimin yang terpelajar dan peduli mereka kemudian membuat aksi atau gebrakan untuk berusaha menyelesaikan masalah-masalah tersebut satu per satu atau sesuai yang bisa mereka tangani. Itu sebabnya, kamu bisa lihat ya ada gerakan Islam atau ormas Islam yang fokus kepada pendidikan, ada yang khusus melayani di bidang ekonomi dan sosial seperti pemberdayaan generasi muda, ada juga yang memusatkan perhatian pada akidah agar kaum muslimin akidahnya kokoh, ada pula yang mengajak kepada penyucian hati, termasuk ada juga yang fokus pada dakwah politik. Dan, masih banyak lagi ragam perjuangan kaum muslimin untuk berdakwah. Inilah realitas yang ada saat ini. Beragam cara sesuai kemampuan dari kaum muslimin sudah dilakukan dan terus akan dilakukan. Semoga bisa menjadi amal shalih bagi kita semua yang sudah berupaya dengan niat ikhlas dan bersungguh-sungguh.

Jika melihat faktanya, memang sampai saat ini kaum muslimin belum bangkit sepenuhnya. Belum bisa bersatu dalam kekuatan yang diperhitungkan lawan dan menjadi kebanggan kaum muslimin sendiri. Terpecah-pecah menjadi negeri-negeri mini bin kecil. Indonesia termasuk negeri muslim yang besar, baik secara wilayah maupun jumlah penduduk muslimnya. Banyak SDA (sumber daya alam) dan potensi SDM (sumber daya manusia) yang sebenarnya unggul di negeri-negeri muslim, tetapi pengelolaan dan pemanfaatannya jauh dari memadai. Apalagi cengkraman kekuatan negeri-negeri penjajah masih membelenggu di berbagai negeri. Baik secara militer maupun politik. Kita masih tertatih untuk bisa bangkit, tegak dan menjadi kekuatan hebat.

Mengapa ini bisa terjadi? Banyak faktor, tetapi yang saya pahami berdasarkan pengalaman selama ini memang ada kondisi utama dari banyaknya masalah yang ada saat ini di negeri-negeri muslim, termasuk individu muslim. Problem yang berlangsung sangat lama dan sepertinya berat untuk memulihkannya kembali. Lama? Iya, sejak kaum muslimin tak memiliki lagi negara yang menerapkan Islam sebagai ideologi. Betul, sejak Khilafah Ustmaniy di Turki digulingkan pada 3 Maret 1924 silam, hampir seratus tahun yang lalu. Waktu yang bisa menjadi wajar bahwa problem yang menimpa kaum muslimin di seluruh dunia sangat banyak dan bahkan mungkin ada di antara kaum muslimin, termasuk generasimu, yang tak pernah tahu bahwa ada pemerintahan Islam bernama Khilafah Utsmaniy di Turki. Berarti kamu perlu belajar sejarah, ya. Serius.

Jika diibaratkan rumah, maka pemerintahan Islam (khilafah islamiyah) adalah naungan (atapnya). Jika atap bocor, apalagi sampe jebol, ya berarti kalo hujan datang, airnya tak terbendung, bisa bikin basah semua bagian rumah, bahkan lama kelamaan problemnya makin banyak kalo atapnya tak segera diperbaiki. Iya, kan? Berarti masalah utamanya adalah kaum muslimin tak memiliki negara yang berdaulat dan memiliki kekuatan untuk membela kaum muslimin dan menerapkan syariat Islam untuk kemaslahatan kaum muslimin, bahkan seluruh dunia.

Apa yang harus dilakukan? Buletin kesayangan kamu ini sudah sering membahasnya, silakan cek arsipnya di website kami, ya. Banyak. Nah, secara umum, di tulisan singkat ini, yang diperlukan adalah kesadaran dari seluruh kaum muslimin bahwa masalah utama kita semua adalah ketiadaan kepemimpinan Islam yang diterapkan dalam sebuah negara Islam yang besar. Kemudian, karena ini tugas yang berat dan besar untuk mewujudkannya, maka setidaknya masyarakat diedukasi terlebih dahulu, dikenalkan dengan Islam dan pemerintahan Islam. Sehingga ketika nanti kebangkitan Islam datang, baik tegaknya Khilafah Islamiyah yang diperjuangkan kaum muslimin atau Allah Ta’ala yang mewujudkannya melalui Imam Mahdi, maka insya Allah kita udah siap. Ini memang tentang masa depan. Maka, kita hanya bisa mengupayakan, berdoa, dan berharap itu bisa terjadi tak lama lagi.

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): ‘Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan al-Mahdi, yang diutus saat manusia berselisih dengan banyaknya keguncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman sebelumnya. Penduduk langit dan penduduk bumi meridhainya, ia akan membagikan harta dengan cara shihaah (merata).’

Perlu juga ditekankan bahwa jika syariat Islam diterapkan oleh negara, maka kekuatannya akan mengikat seluruh rakyat, bahkan orang di luar negaranya tak bisa sembarangan melanggar. Contoh kecilnya, ya saat Piala Dunia 2022 di Qatar, ketika kampanye LGBT dilarang selama ajang bal-balan dunia itu, negara yang warganya menjadi tamu harus tunduk pada aturan yang sudah ditetapkan Qatar. Nah, meski ini belum jadi negara Islam, hanya negeri muslim saja, tetapi jika nilai Islam diterapkan oleh negara, maka akan kuat. Apalagi, jika nanti negara Islam, Khilafah Islamiyah yang akan tegak kembali (melalui Imam Mahdi), insya Allah akan lebih baik lagi. Rakyat juga sejahtera di bawah naungan Islam.

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Pada akhir umatku akan keluar al-Mahdi. Allah menurunkan hujan kepadanya, bumi mengeluarkan tumbuhannya, harta akan dibagikan secara merata, binatang ternak melimpah dan umat menjadi mulia, dia akan hidup selama tujuh atau delapan (yakni, musim haji)—tujuh atau delapan tahun (pentj.).” (dalam Mustadrak al-Hakim, jilid IV, hlm. 557-558)

Jadi, gimana soal Piala Dunia dan dakwah Islam ini? Ya, sudah cukup untuk sekadar syiar Islam di aspek tertentu. Meski aspek lainnya masih perlu terus dibenahi, misalnya cara pandang kaum muslimin dalam hal pergaulan dan aturan aurat. Ya, kita tahu kan, para pemain sepak bola masih terlihat lutut dan pahanya, termasuk dari negeri muslim seperti Maroko. Belum lagi di dalam stadin yang campur baur antara penonton laki-laki dan perempuan. Memang begitu Raihan, eh, begitu syulit untuk bisa mengubah secara sekaligus dan total langsung sempurna. Setidaknya, gelaran Piala Dunia di Qatar nggak hedon banget, dan masih ada syiar Islam meski belum sempurna. Semoga Imam Mahdi tak lama lagi hadir untuk menyelesaikan semua problem kaum muslimin dan umat manusia pada umumnya. Insya Allah. [O. Solihin | IG @osolihin]