Thursday, 25 April 2024, 11:56

gaulislam edisi 672/tahun ke-13 (19 Muharram 1442 H/ 7 September 2020)

Hadeuuh kirain udah basi, eh masih juga dibahas, termasuk di buletin ini. Eh, kalo dibahas di buletin ini sih sekadar merespon aja, bukan sengaja membahas masalah radikal radikul gitu. Hehehe.. sori, sama aja, ya. Intinya membahas juga. Oke deh, nggak udah diperpanjang apalagi sampai dikali lebar jadinya luas. Ribet.

Jadi, gini aja deh. Apa ada yang salah dengan radikal? Padahal, nggak selalu lho istilah radikal ini identik dengan yang negatif. Ada yang positif juga. Itu sebabnya, tergantung konteksnya, ya. Kalo itu bicara perubahan ke arah yang baik, dan cara yang ditawarkan dari perubahan juga adalah hal yang baik, kenapa nggak?

Nah, persoalannya sekarang, istilah radikal, oleh pihak tertentu (yang benci Islam walau dia muslim), diidentikan dengan segala hal yang berkaitan dengan Islam. Kabar terbaru dari pernyataan ngawur Menag Fachrul Razi adalah bahwa pintu radikalisme itu melalui aktivis yang good looking (entah apa yang ia maksud) tapi sepertinya mengacu kepada penampilan yang menarik. Selain itu, yang hafidz al-Quran. Nah, kalo ini jelas ngawur kuadrat.

Hal ini disampaikan Menteri Agama soal strategi paham radikal masuk di lingkungan ASN dan Masyarakat dalam sebuah webinar berjudul “Strategi Menangkal Radikalisme pada ASN” yang digelar pada Rabu, 2 September 2020 lalu.

“Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-lama orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan,” ujar Menag Fahcrul Razi.

Jelas ini bener-bener parah, ya. Orang yang hafal al-Quran dianggap radikal dan membahayakan. Kok bisa? Ya, begitu itu. Jualan radikal udah nggak laku, masih aja dijabanin. Emangnya umat Islam nggak ngerti persoalan? Ada-ada aja.

Sobat gaulislam, radikal itu bukan kriminal. Jadi, mengapa harus ditakuti. Daripada mencurigai dan menuduh yang good looking plus yang hafal al-Quran sebagai kalangan yang membahayakan, basmi aja tuh yang kemarin pesta gay. Kaum homo yang justru harus dibina dan diarahkan ke jalan yang benar. Selain mereka sesat dan menyesatkan, juga berbahaya. Itu yang seharusnya mendapat perhatian. Iya, kan?

Oke deh, biar jelas dan gamblang dengan istilah radikal ini, ada baiknya kamu cek dah ke KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kalo males beli bukunya, ada kok disediakan sama kemendikbud secara daring alias online. Kalo pengen ngirit pulsa, download deh aplikasinya di Google Play atau App Store. Ada kok. Bisa baca-baca secara luring alias offline.

Di KBBI, radikal diartikan sebagai 1) secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip); 2) amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); 3) maju dalam berpikir dan bertindak.

Nah, kalo secara istilah menurut kamus, kira-kira menurut kamu ada yang salah nggak? Ternyata malah baik, ya. Hal mendasar emang harus dilakukan. Kalo bicara bangunan, ya fondasi itu yang harus kuat. Bangunan sebagus apa pun kalo dasarnya nggak kuat ya bakalan cepat roboh. Kalo bicara prinsip hidup, memang harus mendasar. Sebagai muslim punya aturan sendiri yang diajarkan Islam. Nggak bisa diganggu gugat. Orang kafir aja radikal kok dengan agamanya. Silakan cek sendiri. Bila diartikan amat keras menuntut perubahan, ya itu memang baik. Selama yang ditawarkan dalam perubahan tersebut adalah kebaikan. Caranya baik. Apa itu? Ya, Islam. Kalo ini saya juga setuju. Kalo diartikan maju dalam berpikir dan bertindak, maka mereka yang radikal dengan definisi ini jelas keren banget, Bro en Sis. Beneran!

Pejuang Islam, kudu kuat!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Di media sosial sih gegap gempita atas pernyataan Menag tersebut. Pro dan kontra jelas ada. Mereka yang pro dengan pernyataan Menag ya, nggak jauh dari para buzzer rezim dan para begundal yang memusuhi Islam. Bagaimana respon para pejuang Islam? Tentu saja menolak pernyataan Menag soal radikalisme tersebut. Itu sebenarnya menjadi momen penting dalam menyuarakan kebenaran Islam. Jangan malah melemah.

Saatnya umat bersatu karena punya musuh yang sama, yakni kaum kafir dan kaum munafiq. Betul, karena yang selama ini membenci kaum muslimin, kalo nggak orang kafir ya orang munafiq. Kenapa orang-orang kafir selalu membenci, menyudutkan dan menyalahkan kaum beriman? Udah dijelasin sih di al-Quran.

Firman Allah Ta’ala, “Hai Ahli Kitab, apakah kalian sangat membenci kami, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?” (QS al-Maidah [5]: 59)

Syaikh Abdurrahman as-Saâdiy dalam tafsirnya mengatakan, “Apakah kami ini di mata kalian memiliki aib/kesalahan, kecuali hanya kami beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya dan nabi-nabi-Nya yang terdahulu dan sekarang. Dan hanya karena kami berkeyakinan barang siapa yang tidak mengimani seperti iman kami ini, dia adalah kafir dan fasik?”

Imam al-Baghawi dalam tafsirnya menyebutkan, “Apakah kalian ini membenci kami hanya karena iman kami dan kefasikan (kejahatan) kalian? Sesungguhnya kalian telah membenci iman kami padahal kalian tahu kami ini di atas yang benar. Dikarenakan kalian telah berbuat fasik, dimana kalian menegakkan agama keyakinan kalian atas asas cinta kekuasaan dan cinta harta.”

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi langit yang mempunyai gugusan bintang. Dan hari yang dijanjikan. Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah pemilik parit; yang berapi-api. Ketika mereka (para pembesar Najran) duduk di sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Mereka tidak membenci orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.” (QS al-Buruj [85]: 1-9)

Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (Nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kafir, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini sesuatu yang mereka tidak memperolehnya. Dan tidaklah membenci dan mengingkari kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka yang beriman. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka. Dan jika mereka berpaling, niscaya Allah mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi” (QS at-Taubah [9]: 74)

Satu lagi firman Allah Ta’ala yang menjelaskan permusuhan orang-orang kafir kepada kaum muslimin, “Jika mereka menang atas kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu secara keji; dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir” (QS al-Mumtahanah [60]: 2)

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya berkata, “Dan jikalau mereka berjumpa denganmu, atau menang dan berkuasa atas kamu. Mereka akan leluasa menggunakan tangan mereka untuk menyiksa dan membunuhmu. Dan mulut mereka untuk menghina kamu. Dan mereka berharap agar kamu kafir kepada Muhammad. Maka dari itu janganlah bersikap baik kepada mereka, karena sesungguhnya mereka tidak akan bersikap baik kepada kalian.”

Sobat gaulislam, dari keempat ayat ini, insya Allah bisa menguatkan kedudukan kita sebagai muslim. Sudah tahu juga tabiat orang kafir dan munafiq. Jadi, waspadalah dan tetaplah berjuang. Harus menjadi pihak yang membela Islam. Jangan netral. Percuma netral hanya karena ingin dianggap baik di kalangan manusia, tetapi sejatinya memalingkan wajah dari keridhaan Allah Ta’ala. Itu bahaya. Nggak boleh seperti itu. Harus menunjukkan keberpihakan kepada Islam dan kaum muslimin.

Jangan jadi pengkhianat

Pejuang Islam memang harus kuat. Bila perlu radikal dalam pengertian maju dalam berpikir dan bertindak. Kuat juga secara karakter. Militansinya kudu ditunjukkan. Kokoh seperti batu karang. Tegak menjulang dalam membela kebenaran. Tak akan goyah. Itu baru keren. Intinya sih, jangan melempem. Apalagi jadi pengkhianat. Rugi.

Saya kutipkan tulisan Ustaz Fahmi Salim, yang terkait dengan pengkhianatan dalam perjuangan Islam. Beliau menulis seperti ini:

Ketika umat Islam diserang tentara Tatar, hampir seluruh wilayah Islam berhasil dijajah. Di antara yang terawal adalah wilayah Khurasan yang bertetangga dengan Mongol.

Pada mulanya, di Khurasan, Tatar tidak berdaya menembus pertahanan umat Islam di kota Bukhara. Lalu pemimpinnya, Genghis Khan, menulis surat kepada umat Islam:

“Barangsiapa yang menyerahkan senjata dan berada di sisi tentara Tatar, akan selamat. Tapi barangsiapa yang enggan, mereka akan kami buat menyesal.”

Surat tersebut menyebabkan umat Islam yang sedang terancam itu terpecah menjadi dua kubu.

Kubu pertama menolak keras tawaran Genghis Khan dengan berkata:

“Seandainya mereka mampu memerangi kita, tidak mungkin mereka memberi penawaran seperti ini. Ini menandakan peluang kita cerah. Teruskan perjuangan, pasti kita akan beroleh salah satu di antara dua kebaikan: menang atau syahid penuh bahagia!”

Namun kubu kedua cenderung menerima tawaran tersebut. Mereka berkata:

“Menghadapi Tatar sama saja bunuh diri massal! Tidakkah kalian lihat jumlah mereka dan kelengkapan senjata mereka?”

Genghis Khan terus memantau dan mengambil peluang dari pertentangan di tubuh umat Islam. Dia mengirim surat berikutnya, khusus kepada kubu kedua yang gamang dan kompromis. Dalam surat tersebut, Genghis Khan berjanji akan memberikan tampuk kekuasaan Bukhara kepada kubu kedua dengan syarat: mereka menumpas kubu pertama yang (dicapnya) ekstrim, radikal, dan fanatik.

Tawaran itu menyebabkan pihak kedua berbinar-binar. Mereka menyambutnya tanpa rasa bersalah sama sekali. Mereka bersedia memerangi saudara sendiri untuk Tatar!

Baku bunuh sesama muslim pun terjadi. Akhirnya, tumpaslah kubu yang teguh berjihad mempertahankan tanah air itu di tangan saudara-saudaranya sendiri yang menjual Islam demi dunia.

Apa yang menyedihkan? Apa lacur? Pihak yang menerima tawaran Tatar itu tidak diberi hadiah yang dijanjikan. Bahkan, senjata mereka dirampas, mereka ditangkap dan disembelih tanpa sisa.

Genghis Khan memberi sambutan yang sangat masyhur menjelang penyembelihan terhadap umat Islam yg mengkhianati saudara-saudaranya.

“Mereka sanggup memerangi saudara-saudara sendiri demi kita, padahal kita orang asing bagi mereka! Orang-orang semacam ini mustahil kita beri kepercayaan!”

Rugi banget kan jadi pengkhianat? Sudahlah mencelakakan saudara sendiri, eh dibunuh pula oleh musuh yang disangka akan berbuat baik kepadanya. So, tetaplah jadi muslim sejati, jangan lemah di hadapan manusia yang memusuhimu. Tunjukkan kewibawaan sebagai mukmin yang benar-benar membela dan memperjuangkan Islam, walau harus dicap radikal, tetapi yang penting bukan kriminal. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]