Thursday, 25 April 2024, 21:42

gaulislam edisi 703/tahun ke-14 (29 Sya’ban 1442 H/ 12 April 2021)

Alhamdulillah, edisi yang terbit pekan ini adalah pas di akhir bulan Sya’ban 1442 H. Esok, udah 1 Ramadhan 1442 H. Semoga kita bisa menikmati keberkahan Ramadhan, dan memanfaatkannya dengan mengerjakan berbagai amal shalih selama sebulan penuh. Ini kesempatan yang nggak boleh dilewatkan, Bro en Sis.

Memang sih, hari-hari lain di bulan selain Ramadhan juga tetap kudu beramal shalih. Amalan wajib dikerjakan, amalan sunnah diupayakan. Itu pasti, ya. Hanya saja, bulan Ramadhan ini terasa spesial karena pahalanya dilipatgandakan. Ada malam qadar (lailatul qadar) dimana kalo kita beribadah di malam tersebut dengan ikhlas dan sesuai tuntunan syariat, pahalanya setara dengan ibadah selama seribu bulan. Luar biasa. Semoga kita semua bisa mendapatkannya, ya. Insya Allah.

Sobat gaulislam, sebelum melanjutkan, sempat berpikir nggak kalo ini adalah Ramadhan yang ke berapa yang kita jalani? Tentu beda-beda ya tergantung usia dan sejak kapan mulai memanfaatkan Ramadhan dengan ibadah shaum dan lainnya. Intinya, kita bersyukur bisa sampai ke bulan Ramadhan ini. Lalu, kita berusaha mengisinya dengan beragam kebaikan.

Oya, pernah nggak muhasabah bahwa ini Ramadhan kesekian kita, dan selama ini apakah sudah memanfaatkannya dengan benar dan baik? Silakan jawab masing-masing aja sesuai faktanya, ya. Bersyukur bila setiap Ramadhan kita melaksanakan shaum wajib selalu full sebulan penuh (tentunya untuk yang cowok, ya). Bersyukur bila setiap Ramadhan kita senantiasa beramal shalih: shalat tarawih, sedekah, berbakti kepada orang tua, mencari ilmu, banyak tilawah al-Quran, banyak mengkaji Islam, dan amalan shalih lainnya.

Jika ini adalah Ramadhan keempat puluh, berarti selama empat puluh tahun kita melakukan amal shalih khusus di bulan Ramadhan dengan pahala yang insya Allah berlipatganda. Jika ini adalah Ramdhan ketiga puluh, berarti selama tiga puluh tahun kita menjejakkan kebaikan. Insya Allah. Begitu pula yang kedua puluh atau kesepuluh dan lainnya. Semua itu adalah jejak amal shalih. Bagaimana jika sekadar bilangan waktu saja, karena tak sepenuhnya diisi dengan kebaikan?  Istighfar dan muhasabahlah. Perbaiki dan berbenahlah agar lebih optimal memanfaatkan momen Ramadhan.

Why? Ya, sayang aja, hitungannya sih, Ramadhan yang kesekian puluh, tetapi amal shalih hanya sedikit yang bisa dilakukan. Ruginya banyak.

Panen pahala

Beneran. Kalo penjual es bisa panen duit di musim kemarau, maka pada bulan Ramadhan, kaum muslimin yang sudah baligh dan berakal serta mampu melakukan shaum Ramdhan, ini juga saatnya panen pahala. Bahkan bukan sekadar dari ibadah shaum, tetapi dari banyak amal shalih lainnya. Melaksanakan kewajiban shaum dengan iman dan mengharap pahala, maka dosa kita yang terdahulu akan diampuni oleh Allah Ta’ala. Pasti mau kan dosa kita diampuni, sekalian dapat pahala. Alhamdulillah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

Mengenai hadits ini, begini penjelasannya, saya nukil dari laman muslim.or.id, bahwa yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).

Al-Khattabi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.” (Idem)

Hadits yang kita kaji di atas menunjukkan itulah orang yang berpuasa dengan benar. Puasanya dikatakan benar jika didasari atas iman dan puasa tersebut dilakukan ikhlas karena Allah, mengharap pahala-Nya, mengagungkan syari’at-Nya, bukan melakukannya atas dasar riya’, cari pujian atau hanya sekadar mengikuti kebiasaan orang sekitar.

Kalau seseorang mendasari puasanya karena dasar iman, mengharap pahala dan ridha, maka tentu hatinya semakin tenang, lapang dan bahagia. Ia pun akan bersyukur atas nikmat puasa Ramadhan yang ia dapati tahun ini. Hatinya tentu tidak merasa berat dan susah ketika menjalani puasa. Sehingga ia pun terlihat berhati ceria dan berakhlak yang baik. Lihat kitab Ramadhan karya Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamad, hal. 18.

Selain itu, amalan shalih di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan. Ini namanya ‘super bonus’. Mau nggak? Ah, aneh aja kalo nggak ada yang mau dikasih bonus banyak. Wong kalo belanja aja pengennya diskon dan bonus sekalian. Betul nggak? Nah, ini pahala yang berlipatganda banyaknya. Orang normal, pasti pengen lah. Meraih pahala banyak. Insya Allah.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 271)

Yuk, semangat meraih pahala banyak. Saatnya paneh pahala.

Jangan maksiat

Sobat gaulislam, banyak amal shalih di bulan Ramadhan yang pahalanya begitu besar karena dilipatgandakan. Apalagi setan-setan di belenggu, pintu neraka ditutup, pintu surga dibuka. Logikanya, mestinya nggak ada orang yang maksiat, kan? But, kenapa tetap diingatkan jangan maksiat?

Benar bahwa setan-setan dibelenggu. Ada dalilnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Menukil dari laman rumaysho.com, dijelaskan bahwa al-Qadhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.”

Lanjut al-Qadhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.” (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/188)

Begitulah kemuliaan bulan Ramadhan, kita diberikan kesempatan untuk fokus beribadah mengharap keridhaan dan pahala dari Allah Ta’ala. Namun pertanyaannya, mengapa masih banyak orang yang berbuat maksiat meski di bulan Ramadhan? Padahal, setan dibelenggu dan pintu neraka ditutup?

Disebutkan penjelasannya oleh Abul ‘Abbas Al-Qurthubi, sebagai berikut:

Pertama, setan diikat dari orang yang menjalankan puasa yang memperhatikan syarat dan adab saat berpuasa. Adapun yang tidak menjalankan puasa dengan benar, maka setan tidaklah terbelenggu darinya.

Kedua, seandainya pun kita katakan bahwa setan tidak mengganggu orang yang berpuasa, tetap saja maksiat bisa terjadi dengan sebab lain yaitu dorongan hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejelekan, adat kebiasaan dan gangguan dari setan manusia.

Ketiga, bisa juga maksudnya bahwa setan yang diikat adalah umumnya setan dan yang memiliki pasukan sedangkan yang tidak memiliki pasukan tidaklah dibelenggu.

Jadi, maksudnya adalah kejelekan itu berkurang di bulan Ramadhan. Ini nyata terjadi dibandingkan dengan bulan lainnya. (Al-Mufhim lima Asykala min Takhlis Kitab Muslim, 3: 136. Dinukil dari Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 221162, dalam penjelasan di laman rumaysho.com)

Nah, itu artinya, selain kita kudu benar dalam syarat dan ketentuan berpuasa agar mendapatkan pahala, juga kita berusaha keras agar pintu-pintu syahwat dan hawa nafsu lainnya yang mengarah pada perbuatan maksiat dan dosa bisa kita jauhi. Ada upaya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Momen bahagia

Sobat gaulislam, yuk berbahagia di bulan Ramadhan. Semangat beramal shalih dan jangan kasih kendor hingga akhir Ramadhan. Yuk, bener bareng, sama-sama berjuang untuk meraih pahala. Ini momen bahagia  yang patut dirayakan bersama. Insya Allah di Ramadhan ini kita akan paneh pahala, hindari maksiat, dan istiqomah dalam kebaikan. Potensi untuk melakukan kebaikan ini terbuka lebar ketimbang bulan lainnya.

Beneran. Coba aja ambil contoh shaum sunnah di bulan lain. Berat banget. Kenapa? Karena nggak semua teman kita berpuasa sunnah, semisal Senin dan Kamis. Tantangannya berat banget. Lapar, haus, tetapi aktivitas nggak berubah. Kalo sekarang kan, sahur barengan (meski di rumah masing-masing), buka puasa juga barengan karena pas azan maghrib (meski di berbagai tempat), juga puasa barengan. Senasib sepenanggungan. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Kalo bulan lain, ibaratnya, duduk sama rendah, berdiri tak sama nasibnya (naik KRL di jam berangkat kerja).

Hehehe… ini perumpaan aja, karena pas temen kita puasa, kita nggak, atau sebaliknya. Di Ramadhan, insya Allah bisa barengan melaksanakan ibadah shaum. Jadi, bisa saling support. Yuk, memanfaatkan momen bahagia ini dengan menyiapkan fisik dan psikis untuk beramal shalih, khususnya menjalankan ibadah shaum wajib Ramadhan, juga amalan sunnah yang berpotensi meraih pahala berlipat ganda. Semangat, dan jangan lupa, bahagia menjalani bulan Ramadhan. [O. Solihin | IG @osolihin]