Thursday, 25 April 2024, 23:39

gaulislam edisi 539/tahun ke-11 (3 Jumadil Akhir 1439 H/ 19 Februari 2018)

 

 

Apa? Santri saling jatuh cinta? Memangnya ada apa dengan santri yang saling jatuh cinta? Apakah itu hal yang salah? Tidak wajar? Jangan-jangan itu bahkan adalah hal yang sangat salah? Sabar, Bro en Sis, sabar. Pada kesempatan kali ini, buletin gaulislam yang pastinya selalu Bro en Sis tunggu-tunggu, akan mengupas tentang ‘spesies’ manusia bernama santri, yang kabarnya ia juga bisa saling jatuh cinta. Ingin tahu lebih lanjut? Let’s go!

Ada apa ya, dengan santri yang saling jatuh cinta? Hehe… Ingat, Bro en Sis, santri juga manusia, loh. Mereka tentunya juga punya yang namanya naluri. Dan salah satu nalurinya inilah yang melahirkan rasa suka terhadap lawan jenis. Terus, apa dong, yang membedakan jatuh cinta santri dengan jatuh cinta yang lain? Penasaran, kan? Lanjut, yuk!

 

Santri itu siapa, sih?

Gini nih, Bro en Sis. Seperti yang mungkin sudah banyak diketahui sama kamu semua, santri adalah seseorang yang mempelajari Islam dan keilmuannya. Umumnya santri adalah pelajar yang tinggal dan menimba ilmu di pesantren atau madrasah. Sebagai pelajar yang belajar di tempat pembelajaran Islam, pastinya santri juga mengerti tentang bagaimana dasar-dasar kehidupan Islam dan syariatnya. Tentu saja, di dalamnya seharusnya juga ada keilmuan yang menjelaskan tentang peraturan hubungan pria dan wanita.

So, menjadi santri seharusnya tidak mengenal yang namanya hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom sebagai sesuatu yang lebih spesial, atau yang kita kenal dengan istilah pacaran. Bahkan biasanya ada peraturan tidak tertulis yang menjadi batasan bagi para santri, sehingga para santri bisa membatasi diri mereka untuk berinteraksi dengan lawan jenisnya. Termasuk sebagai sesama santri.

Tapi, Bro en Sis, santri juga manusia. Tidak terlepas dari bagaimana qadar dunia ini terbentuk. Namanya juga sekolah. Walau pun ada pesantren-pesantren yang benar-benar memisahkan antara santriwan dan santriwatinya, tapi di dalam diri masing-masing santri pasti ada juga yang namanya penasaran dengan lawan jenisnya. Mungkin bukan sesuatu yang disengaja. Namanya juga remaja. Mereka adalah remaja, yang pada usianya itu naluri ketertarikan kepada lawan jenisnya sedang dalam masa pengembangan. Jadi, wajarlah.

Penjagaan diri bagi santri tentu saja akan menghindarkannya dari perbuatan yang dimurkai Allah, seperti pacaran. Syaitan tentu saja akan mencari-cari celah untuk membuat para santri yang menjaga diri itu terpeleset. Tetapi dengan iman dan ilmu santri seharusnya bisa membentengi dirinya.

Tapi, Bro en Sis, kita pastinya juga sudah menyadari bahwa yang namanya ketertarikan tidak akan bisa dihindarkan. Bahkan ada kasus-kasus yang ia tidak menyadari ketertarikannya. Yah, hanya sekadar suka atau yang lainnya. Itu, loh. Istilah dari mata turun ke hati. Hihihi.. masa remaja yang berbunga-bunga.

 

Santri yang jatuh cinta

Sobat gaulislam, minimal pernah mengira-ngira lewat film atau novel, atau mungkin bagi yang pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, pasti tahu, deh. Tahu apa, ya? Itu, loh, rasa-rasa baru ketika sedang dilanda gemuruh cinta. Hihihi.. Santri yang sedang saling jatuh cinta, kurang lebih juga merasakan hal yang sama. Sekali lagi, tentu saja karena santri adalah bagian dari manusia.

Kalau dipikir-pikir, sisi positif santri yang saling jatuh cinta, ada nggak ya? Selain tentunya sebagai motivasi, penulis tidak bisa memikirkan lagi, apa sisi positif bagi santri yang sedang jatuh cinta. Kalau sebagai motivasi juga, tidak semua orang bisa menjadikan perasaan berbunga-bunganya sebagai motivasi untuk lebih giat belajar dan beramal. Tapi boleh juga, tuh, menjadikan perasaan jatuh cinta sebagai penyemangat. Eh, boleh nggak sih? Hmm.. ati-ati ah nanti niat cari ilmunya jadi nggak ikhlas.

Bro en Sis, jatuh cinta itu sehat. Kalau kalian santri, dan kalian jatuh cinta dengan lawan jenis kalian, itu adalah hal yang alami. Tapi, jatuh cinta bisa juga menjadi petaka bagi kita. Terutama kita sebagai santri. Bagaimana itu bisa terjadi? Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa perasaan-perasaan ketika sedang jatuh cinta, adakalanya memang bisa menjadi penyemangat bagi yang sedang kasmaran. Tetapi bisa juga menjadi sebaliknya. Apalagi, karena rasa suka itu tidak boleh dijawab dengan mendekati seseorang yang disukainya itu. Alamatnya, si santri malah bisa jadi galau dan nggak bersemangat. Tuh, kan!

Sebenarnya nih, tidak hanya berlaku bagi seseorang yang berstatus santri saja, Bro en Sis, yang harus memiliki batasan-batasan terhadap lawan jenis. Namun sebagai santri, penjagaan yang ada pada dirinya haruslah lebih kuat. Karena seorang santri seharusnya berfokus diri pada kegiatannya dalam menuntut Ilmu. Bisa dibilang, urusan cintanya lebih baik ditunda terlebih dahulu. Itu untuk menjaga motivasi awalnya, yaitu menuntut ilmu. Setuju, nggak?

Lalu, kalau santri sudah terlanjur jatuh cinta kepada lawan jenis, apa yang harus dilakukan? Hmm.. Pertama-pertama, bersyukurlah. Loh? Kok gitu? Ya, iyalah. Karena itu tandanya, Bro en Sis, kalau si santri masih sehat dan normal. Hihihi.. Bercanda, ya? Ya gitu, lah. Tapi yang nggak normal adalah jatuh cinta kepada sesama jenis. Ih, amit-amit!

Tapi bener, loh, Bro en Sis. Ketika seorang santri tiba-tiba menyadari perasaan saling jatuh cintanya itu, maka yang harus ia lakukan adalah semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Supaya apa? Supaya syaitan-syaitan yang ingin menggoda dan melalaikan tidak bisa mendekatinya. Karena si syaitan ternyata bisa menjadikan seseorang lalai, ketika ia memasukkan seseorang yang belum halal baginya ke dalam hatinya. Nggak percaya? Tanya aja si Syaitan. Eh, jangan, deh.

 

Dilema kisah cinta santri

Sobat gaulislam, sebagai seorang santri, ternyata juga tahu yang namanya galau-galauan soal perasaan. Ya iya lah. Sekali lagi, santri juga manusia. Iblis dan antek-anteknya, baik dari golongan jin dan manusia, bisa aja mampir ke benteng keimanan santri untuk mengacaukannya. Maka santri-santri yang sedang saling jatuh cinta pun, mulai dirundung dilema cinta mereka.

Kalau dibuat sebuah kisah, ceritanya bisa begini, Bro en Sis. Ceritanya ada santriwan dan santriwati yang saling menjaga diri masing-masing. Namun suatu masa, ketika tidak ada seorang pun yang bisa menyangka, ternyata keduanya saling berpandangan. Ada guratan kebahagiaan di mata mereka. Seakan keduanya telah menemukan bagian hidupnya yang hilang. Saat itulah iblis melemparkan panah-panah racunnya. Seharusnya, keduanya ingat untuk menundukkan pandangan mereka. Apalagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda tentang ini, “Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah iblis. Maka barang siapa yang menahan pandangannya dari kecantikan seorang wanita karena Allah, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinya sampai hari pertemuan dengan-Nya.” (HR al-Hakim)

Setelah keduanya terbuai dalam serangan pertama itu, serangan-serangan lainnya tidak akan berhenti dengan mudah. Pasukan nafsu yang menidurkan penjaga benteng keimanan belum merasa menang. Maka keinginan berikutnya akan timbul. Apakah kita harus bertemu? Dan bersambung. Sudah cukup ya, cerita fiksi yang terinspirasi dari kenyataan ini. Hehehe.. Peace..

Jadi gimana, nih, Bro en Sis? Apakah mereka harus bertemu? Jangan sampai! Karena kalau mereka melanjutkan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya, maka iblis akan tertawa. Tuh, kan, jadinya dilema. Gimana, ya? Sebagai santri seharusnya sudah tahu, kan, bahwa pacaran itu dilarang dalam Islam. Tapi, kok, rasa cinta yang dirasakannya malah semakin menggebu. Konsentrasinya buyar, tidak bersemangat, atau yang lebih dramatisnya, malah jatuh sakit. Padahal santri seharusnya berfokus pada tujuannya menuntut ilmu Islam. Bagaimana, dong, solusinya?

 

Islam punya solusi

Tentu saja, Bro en Sis, hanya Islam, satu-satunya wadah yang kita bisa mencari solusi terbaik dari semua permasalahan yang ada di dunia ini. Termasuk juga permasalahan cinta bagi santri ini.

Harus selalu diingat, Bro en Sis. Bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala yang Maha Menciptakan. Termasuk Menciptakan rasa cinta yang ada di dunia ini. Allah sendiri loh, yang mengatakan dalam Kalam-Nya yang Mulia, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran [3]: 14)

Sobat gaulislam, kita harus selalu ingat untuk mengatur rasa cinta itu dengan sebagaimana mestinya. Yaitu, sesuai dengan ketentuan dari Allah Ta’ala. Nggak boleh tuh alias dilawang, yang namanya mendekati zina. Apalagi sebagai santri, yang seharusnya sudah mengetahui tentang ajaran-ajaran Islam. Jangan lupa, loh. Ilmu tanpa amal itu, seperti pohon tanpa buah. Bisa dibilang, pohon tanpa buah itu sedikit manfaatnya. Nggak ada, loh, yang namanya pacaran dengan label pacaran islami. Yang namanya pacaran, sudah pasti melanggar batasan interaksi pria dan wanita menurut aturan Islam, seperti Ghodul bashar, khalwat, dan lain-lain. Iya, kan?

Jadi, buat para santri yang terlanjur jatuh cinta, sekali lagi ingat, jangan sampai terlena. Apalagi sampai berbuat maksiat. Tingkatkan kesabaran, dan terus istiqomah di jalan kebenaran Islam. Masih banyak, loh, kewajiban yang harus ditunaikan sebagai santri, yang utama adalah menuntut ilmu. Kamu bisa loh, meredam perasaan cinta itu dengan kegiatan positif. Tentu saja, syaratnya tetap dalam kondisi selalu mendekatkan diri kepada Allah. Bisa, ya? In Syaa Allah. [Fathimah NJL | IG: @FathimahNJL]