Thursday, 28 March 2024, 16:43

gaulislam edisi 441/tahun ke-9 (26 Jumadil Akhir 1437 H/ 4 April 2016)
Hari Senin tanggal 4 April 2016 ini, bagi kamu yang udah kelas 12 alias kelas 3 SMA/MA/SMK (termasuk yang Program Paket C, ya) adalah hari pertama melaksanakan UN (Ujian Nasional). Tentu saja, persiapan kamu udah jauh-jauh hari. Nggak mungkinlah kalo hari ini pelaksanaan UN, baru sekali belajar malam sebelumnya. Dadakan banget itu mah (emangnya yang jualan tahu bulat yang digoreng dadakan itu?). Persiapan untuk UN hari ini, malah ada yang sejak awal masuk kelas 12 udah ikut bimbel karena merasa nggak cukup hanya belajar di sekolah. Intinya, persiapan untuk menghadapi UN ini semaksimal kamu bisa. Semoga hasilnya juga bagus ya. Semangat!

Sobat gaulislam, untuk persiapan ujian akademik di sekolah saja kita bela-belain berusaha semaksimal kita bisa. Berharap agar hasilnya juga bagus banget. Sebab, nilai UN tinggi itu enak, kalo mau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi kemungkinan besar bisa mudah masuk ke sekolah unggulan. Walau ada juga sih, sekolah yang mensyaratkan ujian lagi bagi calon siswa yang hendak belajar di sekolahnya. Ini sih kalo untuk yang SMP mau ke SMK atau SMA ya. Tetapi kalo dari SMA/SMK ngejarnya perguruan tinggi favorit.

Lalu, apa maksudnya judul buletin gaulislam edisi ini, “Ujian Tak Hanya di UN”? Ya, maksudnya adalah, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita seharusnya siap menghadapi berbagai ujian. Kadang malah tiap hari tuh ujiannya dan banyak pula. Kalo ujian di sekolah kan biasanya waktunya tertentu, ya kayak UN ini. Setiap tahun. Itu pun buat kelas akhir saja. Ujian semester juga hanya tiap 6 bulan sekali. Sudah tercantum di kalender pendidikan. Sehingga, sebenarnya lebih memudahkan untuk persiapan. Sementara ujian lain, dalam kehidupan sehari-hari, hakikat ujiannya tahu, tetapi seringkali lupa cara menghadapinya. Malah banyak di antara kita yang nggak siap pula saat ujian itu benar-benar datang.

 

Ujian kehidupan

Kalo ujian di sekolah sih kayaknya udah biasa ya. Tetapi ujian yang hampir tiap hari dalam kehidupan sehari-haris harusnya siap juga dalam menghadapinya. Why? Sebab, di situlah hakikat ujian dalam hidup. Sayangnya, tak semua dari kita siap menghadapi ujian kehidupan. Bisa saja kamu ada yang berhasil menjawab semua soal ujian matematika pada UTS atau UAS, atau bahkan UN. Tetapi belum tentu bisa lulus ujian hidup seperti ujian keuangan, ujian kemiskinan, ujian dalam melakukan amal shalih, ujian ketika mendapat kegagalan mencapai keinginan dan lain sebagainya.

Bagi hamba Allah Ta’ala yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama itulah kita diuji Allah Ta’ala. Firman-Nya, “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk [67]: 2)

Apa saja sih ujian hidup yang perlu kita ketahui? Sepertinya banyak juga yang sudah tahu, tetapi lupa. Ada juga yang belum tahu, tetapi nggak mau tahu. Ok, buat semuanya aja ya. Nih beberapa ujian hidup yang biasa kita temui sehari-hari dan kita harus bisa melewatinya.

Pertama, ujian berupa perintah Allah Ta’ala, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putra tercintanya bernama Ismail. Ini berat banget, Bro en Sis. Orang tua mana yang tega terhadap anaknya? Kecuali orang tua yang gelap mata atau stres, banyak juga yang membunuh anaknya. Tetapi dalam kasus Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam, Allah Ta’ala memberikan ujian yang berat, dan Nabi Ibrahim berhasil memenuhinya, walau dalam kisah atas pengorbanan beliau, Allah menggantinya dengan qibas, yang kemudian sering kita dengar dalam khutbah Idul Adha tentang pengorbanan.

Bagaimana dalam kehidupan modern saat ini? Minimal di zaman kita deh. Banyak, tentunya karena perintah Allah Ta’ala yang wajib dilaksanakan kita amatlah banyak. Misalnya aja nih, perintah shalat. Nggak semua mau untuk melaksanakannya, kan? Padahal mereka muslim. Silakan kamu introspeksi deh. Betapa banyak kan, di antara teman kita, atau bahkan kita sendiri yang kalo ujian akademik di sekolah berhasl melewatinya dengan jawaban yang benar. Tetapi pada saat bersamaan, kita malah gagal dengan ujian perintah shalat. Kasihan, ya. Itu sebabnya, dulu saya punya guru pelajaran agama semasa SMA, beliau menerapkan penilaian berdasarkan perilaku. Kalo ada muridnya yang bisa menjawab pertanyaan pelajaran agama saat ujian dengan benar, belum tentu nilainya bagus di rapor kalo kelakuan sehari-hari tidak mencerminkan sebagai muslim, misalnya nggak shalat atau yang perempuan nggak pake kerudung. Unik juga ya penilaiannya? Bagus itu!

Kedua, ujian larangan Allah Ta’ala, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok, mencuri, suap-menyuap, dan segala kemaksiatan serta kezaliman. Jika ada muslim yang berzina dan semua kemaksiatan lainnya, berarti dia nggak lulus ujian terhadap larangan Allah Ta’ala. Sayangnya, banyak juga remaja yang secara akademik pandai dan bisa menjawab berbagai soal ujian di sekolah, tetapi dia gagal menghadapi ujian berupa larangan dari Allah Ta’ala. Buktinya, banyak yang pinter tapi jadi pecandu narkoba, banyak yang pandai tetapi doyan pacaran dan bahkan berzina, banyak yang juara di kelasnya, tetapi hobi mencuri dan jenis kemaksiatan lainnya. Padahal, ujian hidup ini jauh lebih penting untuk dihadapi dan jangan sampe gagal.

Ketiga, ujian berupa musibah. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (QS al-Baqarah [2]: 155)

Sobat gaulislam, banyak di antara kita yang nggak bersabar saat mendapat musibah. Menggerutu melulu, bahkan tak sedikit yang putus asa. Gawat!

Keempat, ujian nikmat, sebagaimana Allah Ta’ala jelaskan dalam surat al-Kahfi ayat 7. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”

Banyak lho, kaum muslimin yang diberi kelebihan harta kekayaan, namun pelit mengeluarkannya untuk kebaikan. Nikmat kekayaan malah menjerumuskannya ke dalam kenistaan karena tidak bersyukur. Oya, nikmat bukan semata harta yang banyak ya. Ketika kita bisa menghirup udara segar tanpa perlu bayar, itu kan nikmat tiada tara. Kalo udah dikasih nikmat, tetapi nikmat itu tak membuat kita bisa mengendalikan diri berarti kita gagal dalam ujian ini. Bersyukur adalah jawaban yang tepat untuk ujian ini.

Kelima, ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Allah Ta’ala), munafiqun, jahilun (bodoh), fasiqun (menentang syariat Allah), maupu hasidun (dengki, iri hati). Ya, adakalanya kita berhadapan dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Jawaban untuk ujian ini apa? Jawaban yang tepat: waspada dan tak menyerah dengan perilaku mereka. Waspada agar tidak terpedaya dengan kejahatan mereka dan tidak menyerah jika mereka berbuat kejahatan kepada kita. Jangan menyerah, tetapi sebaliknya bertahan atau menyerang (baca: salah satunya nasihatin mereka).

Keenam, ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah Ta’ala. Betul. Banyak di antara kita yang keluarga besar sama sekali nggak mendukung langkah kita sebagai remaja muslim untuk taat kepada ajaran Islam, Misalnya nih, buat kamu yang muslimah dan hendak mengenakan busana muslimah (yakni kerudung dan lengkap dengan jilbabnya), malah dilarang. Bahkan dikata-katain kuno atau bagian dari para teroris. Idih, nuduh kok sembarangan ya. Tapi begitulah faktanya yang ada. Ketika aktif ngaji, ada ortu yang malah khawatir anaknya terlibat jaringan teroris. Waduh, kok bisa mudah termakan opini dari musuh-musuh Islam yang hendak menjauhkan umatnya dari Islam ya? Tetapi dalam waktu yang bersamaan, banyak ortu yang nggak merasa resah kalo anaknya pacaran. Hmm…

Ketujuh, ujian lingkungan berupa tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, teman di sekolah, termasuk sistem pemerintahan atau negara. Tetangga yang baik, itu bagian dari kebahagiaan, tetapi ketika memiliki tetangga yang buruk akhlaknya, itu adalah ujian. Menjawab ujian ini, kuncinya adalah berani menasihati dan tidak mudah tergoda untuk melakukan hal yang sama. Begitu juga jika ada teman di sekolah yang ngajakin tawuran atau pesta miras atau ngajakin merokok, kamu harus tahan godaan. Jangan sampe ngikut kemauan mereka. Kalo kamu berani ya ajak mereka jadi baik. Ok?

 

Diuji sesuai kualitas iman

Sobat gaulislam, kalo kamu kini udah kelas 12, maka ujian sekolah yang diberikan berbeda soalnya dengan adik kelasmu yang kelas 10 atau 11, termasuk pasti beda dengan kelas-kelas di bawahnya. Ujian sesuai dengan kemampuan dalam belajar. Begitu pula dalam ujian kehidupan kita, Allah Ta’ala akan memberikan ujian sesuai kualitas iman hamba-Nya. Makin tinggi kualitas iman seorang muslim, makin berat ujiannya.

Saya kutipkan beberapa hal terkait ujian dan kualitas iman dari website rumaysho.com. Dari Mush’ab bin Sa’id–seorang tabi’in–dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

 الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.(HR Tirmidzi no. 2398 dan Ibnu Majah no. 4024)

Imam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ

“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.” (al-Istiqomah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2/260, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud, cetakan pertama, 1403 H)

Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah.”( HR Tirmidzi no. 2396, dari Anas bin Malik)

Kewajiban kita adalah bersabar dan bersabar. Ganjaran bersabar sangat luar biasa. Ingatlah janji Allah,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).(QS az-Zumar [39]: 10)

al-Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan as-Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.(dalam Tafsir al-Quran al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 7/89, Dar Thoyibah, cetakan kedua, tahun 1420 H)

Makna asal dari sabar adalah “menahan”. Secara syar’i, pengertian sabar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim,

فَالصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزْعِ وَاللَِّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي، وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُوْد وَشَقِّ الثِيَابِ وَنَحْوِهِمَا

Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan perbuatan tidak sabar selain keduanya.” (Iddatush Shobirin, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hlm. 7, Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut)

Jadi, sabar meliputi menahan hati, lisan dan anggota badan. Sementara ujian kehidupan akan selalu datang selama kita hidup. Kalo ujian sekolah kan hanya ketika kita belajar di sekolah tersebut (SD, SMP, SMA, dan kalo melanjutkan ke perguruan tinggi ditambah 1 atau 3 ujian lagi). Intinya bisa dihitung dengan jari. Tetapi ujian kehidupan, selama kita hidup. Jadi, lebih banyak mana ujiannya? Kamu pasti bisa menjawabnya. Semoga kita diberikan taufik dan kekuatan oleh Allah Ta’ala dalam menghadapi dan menjalani berbagai ujian hidup. Istiqomah dan semangat, ya! [O. Solihin | Twitter @osolihin]

1 thought on “Ujian Tak Hanya di UN

Comments are closed.