Friday, 29 March 2024, 02:00

Cita-cita Yahudi untuk menggenggam dunia nampaknya hampir terkabul. Media massa, sebagai sarana efektif dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, berhasil dimiliki Yahudi. Itu sebabnya opini dunia selalu menguntungkan mereka dan merugikan umat Muslim. Apa yang bisa dilakukan kaum muslimin?

Jangan kaget kalo apa yang kamu baca, kamu dengar, dan kamu lihat nyaris semuanya dikendalikan kaum Yahudi. Nggak percaya? Di jalur media massa ini, Yahudi berhasil menyebarkan informasi yang cenderung menguntungkan mereka, baik dari segi bisnis maupun politis. Koran, majalah, tabloid, radio, bahkan televisi dan perusahaan film di Amerika di bawah kendali Yahudi. Jaringan mereka pun tersebar luas di seluruh dunia. Mantan wartawan Jawa Pos biro Washington DC, Djoko Susilo yang pernah tinggal di Amerika selama 4 tahun mengaku bila hampir semua media massa yang berpengaruh di Amerika semuanya dipegang orang-orang Yahudi. Walah?

Kartel Opini
Tercatat beberapa media yang berada di bawah kontrol Yahudi; The New York Times (terbit sejak 1941), The Wall Street Journal, dan The Washington Post. The Times (Inggris), The Daily Express, The News Chronicle, The Daily Mail, The Observer, The Mirror, koran The Sun dan The Times yang dimiliki Rupert Murdoch, mantan warga Australia yang pernah mendapat hadiah Bintang David, sebuah penghargaan tertinggi yang disampaikan oleh warga Yahudi-Israel. Selain itu ada juga Majalah Time, Newsweek, U.S. News & World Report. Di bawah payung perusahaan Time Warner Communication yang dipimpin seorang Yahudi bernama Gerald Levin, Majalah mingguan Time, mencapai sirkulasi hampir 4,1 juta. Newsweek, di bawah orang Yahudi bernama Katherine Meyer Graham telah memiliki sirkulasi mencapai hampir 3,2 juta eksemplar.

Fu`ad bin Sayyid Abdurrahman ar-Rifa’i dalam bukunya Yahudi dalam Informasi dan Organisasi, menunjukkan bagaimana kaum Yahudi memperkuat pengaruhnya lewat dominasi kantor berita, media massa, perfilman, keuangan dan lembaga dunia. Kantor berita terbesar dunia, Reuters, dibangun keturunan Yahudi, Julius Reuters. Kantor berita besar lainnya, Associated Press, International News Service dan United Press International, juga dimiliki orang Yahudi. Bahkan, surat kabar yang tidak terlalu besar pun, seperti The Sunday Times, The Chicago Sun Times dan The City Magazine, tidak mereka lepaskan.

Selain media cetak, beberapa konglomerat Yahudi berhasil merambah dunia broadcasting. Di jalur ini ada American Broadcasting Companies (ABC), Columbia Broadcasting System (CBS), National Broadcasting Company (NBC), dan Cable News Network (CNN). Dunia hiburan yang masih ada hubungan dengan media massa juga nggak dilepaskan dari kontrol Yahudi. Jajaran pengusaha top bisnis hiburan di Hollywood tercatat sebagai bagian dari jaringan media Yahudi. Sebut saja Perusahaan film Fox Company milik William Fox, Golden Company (Samuel Golden), Metro Company (Lewis Mayer), Warner & Bross Company (Harny Warner), serta Paramount Company milik Hod Dixon, merupakan perusahaan film yang punya pengaruh besar di bidangnya.

Bukan hanya itu, di AS hampir 90% pekerja film mulai dari sutradara, produser, editor, artis, dan krunya adalah orang-orang Yahudi. Luasnya keterlibatan orang-orang Yahudi di industri ini membuktikan bahwa mereka sangat mendominasi perfilman Amerika dan bahkan dunia.

Konglomerat hiburan terbesar saat ini seperti Walt Disney Company, dipimpin oleh seorang Yahudi bernama Michael Eisner (CEO), Disney memiliki beberapa anak perusahaan dibidang stasiun televisi. Misalnya Walt Disney Television, Touchstone Television, Buena Vista Television. Untuk film, Walt Disney memiliki Walt Disney Picture Group yang dikepalai oleh Joe Roth, seorang keturunan Yahudi. Termasuk juga Touchstone Pictures, Hollywood Pictures, dan Caravan Pictures. Disney juga memiliki Miramax Films. Wah, wah, wah.

Sobat muda, jaringan mereka cukup kuat juga. Di bisnis penerbitan buku, tercatat ada tiga penerbit kaliber raksasa dan cukup berpengaruh; Random House, Simon & Schuster, dan Time Inc. Book Co. Semuanya dimiliki pemodal Yahudi. Pimpinan eksekutif Simon & Schuster, Richard Snyder dan ketuanya Jeremy Kaplan, keduanya orang Yahudi. Malah di luar penerbit yang tiga di atas, Western Publishing tercatat ada pada peringkat paling atas, yang menerbitkan buku-buku untuk anak-anak, dengan pangsa pasar yang dikuasainya 50 persen dari pangsa pasar buku untuk anak-anak yang ada di dunia. CEO Western Publishing adalah Richard Bernstein, seorang Yahudi.

Celakanya bagi kita, media massa di berbagai negara kerapkali mengambil media-media massa besar tersebut sebagai rujukan beritanya. Termasuk di negeri ini tentunya. Hasilnya, opini yang berkembang jadi seragam. Bener lho. Gimana nggak seragam, wong yang diambil dari sono kok. Ambil contoh, media cetak di negeri kita aja suka mencantumkan sumbernya, seperti dari Reuters, CNN, AP dan lain sebagainya. Emang sih nggak semuanya media massa dikuasai Yahudi. Tapi gaswatnya, justru yang besar dan berpengaruh yang dimiliki mereka. Jadi, mau nggak mau kudu nelan mentah-mentah informasi yang diberikan mereka. Dan inget lho, film-film yang ditayangkan di televisi or di layar lebar di seluruh dunia, juga nggak lepas dari muatan yang dipesan oleh kalangan Yahudi. Paling nggak, hal itu akan mempengaruhi penilaian kita dalam menerima informasi. Apalagi kemasannya begitu memikat.

Tak salah jika George Gerbner dalam bukunya Mass Media and Human Communication Theory (1967) menyebutkan, “Mass Communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies� (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).

Media massa sebagai agent of change
Mc.Luhan, penulis buku Understanding Media: The Extensive of Man, menyebutkan bahwa media massa adalah perpanjangan alat indera kita. Yup, dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lainnya. Surat kabar pun, melalui proses yang disebut “gatekeeping� lebih banyak menyajikan berbagai berita tentang “darah dan dada� (blood and breast) dari pada tentang contoh dan teladan. Itu sebabnya, kita nggak bisa, atau bahkan nggak sempat untuk mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media. Boleh dibilang, kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.

Televisi misalnya, kerap kali menyajikan tayangan kekerasan, dan itu membuat pemirsa televisi menganggap bahwa dunia ternyata lebih keras. Begitu pula ketika sebuah film ditonton, yang, biasanya dengan misi tertentu dari pembuatnya, akan memberikan kesan tersendiri bagi penontonnya. Film?  Eraser misalnya, film laga yang dibintangi mantan binaragawan asal Austria, Arnold Schwarzenegger â€?menyisipkan pesan sekilas’ bahwa Hamas di Palestina adalah Teroris. Bisa diduga akibatnya, jika kemudian opini masyarakat tentang Hamas menjadi jelek. Belum lagi Film Schindler’s List besutan sutradara berdarah Yahudi, Steven Spielbergh, yang juga pernah menyutradarai film Jurassic Park,?  berhasil memanipulasi perasaan masyarakat dunia. Lewat film tersebut, kebencian terhadap kaum Yahudi berubah menjadi empati dan simpati. Inilah kekuatan sebuah media massa. Dahsyat!

Kamu pernah nonton sekuelnya film James Bond, yang berjudul Tomorrow Never Die? Nah, kisah dalam film itu kian menegaskan bahwa media massa benar-benar sebagai agent of change, alias agen pengubah. Bahkan di sinilah perang informasi bisa diwujudkan. Di film itu, Cina dan Inggris hampir saja perang, karena surat kabar Tomorrow menurunkan laporan terjadinya penembakan kapal perang Inggris oleh pesawat tempur Cina dan sebaliknya. Padahal, semua itu direkayasa oleh Tomorrow. Selain tujuan bisnis, ia juga mempunyai misi bahwa media memang efektif juga untuk memicu ketegangan. Ujungnya, meraih keuntungan secara politis.

Jadi nggak heran juga jika majalah TIME, dalam situs internet time.com edisi 17 September 2002 menurunkan berita yang menghebohkan tentang pengakuan Omar al-Faruq mengenai adanya jaringan terorisme al-Qaidah di Indonesia. Pada waktu bersamaan, CNN.com edisi 17 September 2002 menurunkan dua berita sekaligus, yaitu tentang adanya gerakan Islam fundamentalis di Asia Tenggara untuk mendirikan “Super State� dan berita tentang rincian operasi al-Qaidah dalam rangka memperluas jaringannya di Asia Tenggara.

Bagaimana dengan tanggapan masyarakat? Ada yang percaya, tapi tentu ada juga yang menganggapnya bahwa berita itu adalah akal-akalannya pemerintah AS yang memiliki link kuat dengan media-media berpengaruh di dunia tersebut. Celakanya, penentu kebijakan di negeri seperti kerbau dicocok hidung, mau aja ngikutin pesan (baca: tekanan) dari AS via informasi tersebut yang emang lagi bernafsu dalam kampanye memerangi apa yang mereka sebut sebagai terorisme.

Dalam kondisi seperti ini, media memang menjadi corong untuk membangun dan membentuk opini. Gawatnya, jika opini tersebut sudah diseleksi (baca: diplintir) oleh pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan keinginannya. Hasilnya, media massa telah berubah menjadi ancaman yang sangat mengerikan.

�Tradisi’ mengubah persepsi berlaku juga dalam tataran dunia hiburan. Kita tahu betapa gencarnya rumah produksi di Hollywood yang rata-rata dikuasai Yahudi, telah memberikan gambaran yang buruk kepada kita, kaum muslimin. Kalangan Yahudi punya semboyan: “Kita tidak sekadar memberikan pengaruh yang menentukan dalam sistem politik yang kita kehendaki serta kontrol terhadap pemerintah; kita juga melakukan kontrol terhadap alam pikiran dan jiwa anak-anak mereka� (Henry Ford, Sr., “The International Jew: The World Foremost Problem�)

Perlukah media tandingan?
Hmm… kalo begini ceritanya, genderang perang baru sudah ditabuh. Sekarang, saatnya perang opini. Tentunya, jika kita melihat fakta, pastinya bakalan keder duluan dengan hegemoni dari kartel opini Yahudi. Mereka ada di mana-mana, dan menyerang secara sistematis. Nyaris tak ada sasaran yang kelewat. Mulai dari pasar anak-anak, remaja, sampe dewasa. Lengkap. Dan harap diinget bahwa semuanya berpotensi untuk mengubah cara pandang dan penilaian kita terhadap perkembangan yang ada. Tentunya setelah mereka menyeleksi pesan apa yang diinginkan sesuai dengan kepentingannya sebelum disebar ke pembacanya dan pemirsanya.

Kalo setiap hari kita menelan mentah-mentah info yang disebar kartel opini Yahudi, maka nggak usah kaget kalo kita kemudian jadi terpengaruh dengan opini yang dikembangkan mereka. Sementara upaya untuk membendung kekuatan jaringan opini Yahudi nyaris kepayahan. Bukan apa-apa, media kita, Islam, jauh lebih sedikit dan kalah canggih ketimbang media yang dimiliki Yahudi. Tapi tentunya tidak melemahkan semangat kita untuk menandinginya. Kita justru tambah semangat.

Memang sih pengennya, atau idealnya kita punya juga media tandingan. Untuk mewujudkannya, bisa aja para konglomerat muslim menginvestasikan dananya untuk penerbitan media Islam. Memang bukan hal mudah, buktinya sampai sekarang para investor atau orang-orang Islam yang kaya mungkin kurang begitu peduli dengan urusan kayak begini. Mungkin juga karena mereka menganggap media Islam itu tidak menjanjikan keuntungan bagi mereka. Kalau itu permasalahannya, kan bisa dicari formula bacaan yang tepat dan juga manajemen yang profesional. Lagipula, untuk urusan dakwah bukankah keikhlasan dan keseriusan menjadi prioritas?

Kalo hal itu masih dirasa sulit juga, barangkali yang paling mungkin dilakukan dalam tataran solusi praktis adalah memilih dan memilah informasi. Namun hal ini pun nggak begitu mudah, kalo kita nggak punya filter. Apa filternya? Kita kudu mengetahui mana yang salah mana yang bener. Singkatnya begini deh, selalu merujuk kepada Islam. Dan tentunya ketika mendapat info, jangan langsung telen aja. Sebaliknya kudu selalu �curiga’ terhadap info yang disebar media asing (baca; bukan Islam).

Memang sih, kalo pengen benar-benar optimal, yang harus kita lakukan adalah menggalang kekuatan bersama dari seluruh kaum muslimin di dunia ini untuk membangun kesadaran dalam menyatukan pikiran dan perasaan, serta aturan. Kapan dimulainya? Sekarang dong.?  Jadi, mari ubah individu dengan melakukan perubahan terhadap masyarakat. Kita bangun kembali masyarakat Islam dalam sebuah negara yang akan mampu melawan seluruh hegemoni kekuatan asing; tidak saja Yahudi, tapi seluruh kekuatan yang menghalangi Islam bakalan dilibas.. bas..bas. Yes, We are the champion my friends! [O. Solihin]

111 thoughts on “Yahudi, Diktator Media Massa Dunia

  1. assalammualaikum wr. wb

    forum yg hebat!!!

    tp ISLAM msh lbh hebat..

    Rakyat Palestina,,ada kita disini..

    Kalian tidak sndiri..

    10 muhharam,tgl dmna mukjizat Allah diturunkan..

    israel tggl mnggu waktu..

    menunggu waktu untuk hancur..

    sbg balasan untuk nyawa anak-anak palestina..

    wassalammualaikum wr. wb

  2. setuju dengan no name…
    kalau ilmu hanya sedikit tidak usah berkomentar…

    tapi sayangnya apa yang disampaikan Jali, meskipun sedikit, ternyata benar adanya. aq dukung!

    sudah jelas bedanya antara muslim dan kafir. jadi tidak usahlah diperdebatkan.. masing2 sudah ada risikonya. tapi lebih bagus lagi adalah dengan mengingatkan orang2 kafir supaya tobat dan masuk Islam, juga ingatkan saudara2 kita yang masih pikirannya seperti orang kafir untuk segera sadar dan bertobat… itulah pentingnya dakwah..

    bravo gaulislam! situs ini mang keren banget!

  3. jangan tertipu dan terpancing dengan syetan berwujud manusia ,bukti tipu daya disini kita telah melenceng jauh dari topik, YAHUDI DIKTATOR MEDIA MASA DUNIA, mendingan kita kembali ke topik .biarkan saja SYETAN2 itu menggoda.ok

  4. Yaks…karena tulisannya puanjaaang banget jadi langsung kasih komentar aja deuh..

    Sampe kapan laknatullah yahudi ‘n Nasrani terus2 membantah al Quran…

  5. Kita simpel saja kita boikot produk2 yang jelas2 mendukung negara israel, yang tidak mendukung ya kita pake, produk dari negara manapun, yang positif kita terima yang jelek kita buang, kalau satu saat negara israel sadar dan mau berdamai dan bersahabat dengan muslim ya kita terima, dan bisa kita berdagang dengan mereka sebagaimana Rosul Saw juga pernah berhubungan dagang dengan mereka, kalo israel belum mau berdamai ya kita boikot tersu produk2 pendukung israel.

  6. salam kenal.. aku anak kecil lho,, bukan orang2 dewasa yang pada komentar2 di atas..
    iihh… Islam itu kan Indah..
    bukannya Rahmatan lil ‘alamin.. katanya mesti bersatu saling-salingan
    ko komen2nya pada sinis2 gitu sih
    aku malah sedih. malu lagi,, kita kan sama2 orang islam
    kaya kata2 siapa tuh tadi.. ahmad jewish! ih,, malu deh
    malu dong.. Rasulullah ajah yang udah dijamn masuk Surga, yang Allah sayangi.. yang jadi kekasih Allah.. kata2nya untuk mneyampaikan kebenaran kan selalu baik.. kalian pada ngga malu apa ih!
    kan ISLAM itu indah..
    Aku cinta Islam.. muach! makanya aku kesini, aku lagi belajar2 islam..
    buat ahmad jewish khususnya…
    kalo aku jadi kamu aku bakal malu deh! aku aja yang masih bisa dibilang anak kecil mikir.. malu dong sama Rasulullah..
    kalo misalnyah emang mau nyampein kbenaran..nyampein biar pada damai.. caranya ko begitu! bukan jadi damai donk? gimana siih,, iihhhh Maluuuuuuuuu! hihihi

  7. Wahai seluruh umat non Muslim terutama yahudi yg katanya pinter….
    Islam menantang kalian, cobalah ciptakan kitab yang lebih unggul dari Al’Quran. Jika memang lebih unggul….saya akan pakai kitab itu.

    Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS 17:88)

  8. Yahudi tidak akan pernah berhenti untuk merusak perilaku penganut agama samawi, dari sejarah nya yahudi yg berasal dari Banu Israil, targetnya semuala adalah utk kembali ke tanah (yg menurut mereka) dijanjikan yakni Israel. Akibat tujuannya yg blm (dan mudahan tidak) tercapai menimbulkan bias yg sangat besar dengan melbatkan unsur media, ekonomi, budaya, dll terhadap bangsa apapun yang khususnya beragama Islam…Mereka menggunakan Amerika sebagai bonekanya untuk mencapai tujuan. Berbaagi peristiwa pengeboman yang sasarannya adalah asset milik amerika atau Inggris, mereka jadikan alat propaganda bg mereka dg menuding islam garis keras yg berbuat….yahudi tdk akan berhenti berbuat kekacauan dimuka bumi…dari berbaai aspek..dan itu dpt dibuktikan…

  9. kawan-kawan mereka yang mendukung yahudi dan toleransi bicara seolah-olah Islam tidak mengenal toleransi, mereka itulah sesungguhnya yahudi sejati, mereka zionis di indonesia, meeka mencoba membuyarkan perhatian kita mengenai yahudi yg sudah jelas-jelas mengadu domba antara Islam dengan agam2 lainnya, sehingga orang2 lupa akan perlakuan keji mereka(yahudi) terhadap rakyat palestin….mereka ingin membangun kerajaan Israel raya dengan gerakan freemasonry nya yg nanti akan siap menguasai dunia dan memusnahkan 2/3 dari umat manusia di seluruh dunia..kalo gak percaya cari aja kitab talmud,itu kitab orang yahudi,itu dasar saya bicara seperti ini,mereka tidak lagi menggunakan kitab taurat dari nabi musa,tapi memakai kitab talmud ajaran Yudas eskariot murit Isa yang berkhianat….pakai otak kawan-kawan,klo bicara itu pake dasar…

    Islam tidak pernah sentimen dengan yahudi tp justru sebaliknya..
    -salam damai-

Comments are closed.